8

199 16 5
                                    

Aku masuk kedalam. Sampai didalam aku pun bertemu dengan Teresa dan kakak sedang makan dikantin rumah sakit. Aku menghapirinya lalu duduk disebelah Teresa.

"Sudah jalan jalannya Rin?", tanya kakak.

"Sudah kak", kataku sambil berdiri mendekati kursi kakak.

"Kak.. Aku bertemu dengan Roy", bisikku pada kakak.

"APA?! Bagaimana bisa ajaib seperti itu Rin? Apakah dia pesulap?", katanya terkejut.

"Aku juga awalnya kira dia pesulap dan aku juga terkejut kenapa bisa ajaib seperti itu. Kak.. Dia sudah menjadi temanku yang pertama", kataku.

"Waw.. Pasti ada sesuatu diantara kalian nantinya", katanya.

"Ahh.. Kakak ini apaan sihh", kataku kesal.

Kakak hanya tertawa. Aku pun kembali duduk disebelah Teresa.

"Kak Rin bicara apa sama kak John?", kata Teresa.

"Teresa tidak perlu tau", kataku sambil mencubit pipi gendutnya.

"Huh.. Kak Rin selalu saja hanya menceritakan masalah kakak ke kak John tidak ke Teresa."

"Maaf dehhh.. Tapi khusus yang satu ini kakak tidak mau menceritakannya ke siapa pun kecuali kak John.. Lain kali kalau kak Rin ada masalah, kakak cerita dehh ke Teresa. Oke?"

"Yayaya.. Palingan kakak nanti berbohong", kata adikku dengan wajah menyebalkan.

"Sudahlah kalian ini selalu saja seperti ini. Cepat makan makanan kalian!", kata kak John.

"Hmm.. Kak?"

"Ya Rin?"

"Kapan aku boleh pulang?"

"Hmm.. Kalau itu kakak kurang tau Rin. Sebaiknya Ririn tanya Mama dan Papa"

"Mama dan Papa kemana?"

"Hmm..", kak John mencari
"Haaa, itu merekaaa", kata kak John sambil menunjuk ke Mama dan Papa.

Aku pun berdiri dan mendekati Mama Papa..

"Ma.. Pa.. Aku kapan boleh pulang?"

"Ada kabar baik Rin. Kamu boleh pulang besok jam 8 pagi", kata mama sambil tersenyum.

"Yessss!! Btw papa tidak kerja?"

"Papa minta ijin ke bos. Dan papa dibolehkan untuk menjagamu sampai kamu keluar rumah sakit."

"Ooo gitu. Jadi Papa akan pergi lagi? Huhh! Tau begitu lebih baik aku tidak keluar rumah sakit"

"Jaga mulutmu nak", kata Mama.

"Sudahlah. Lebih baik kamu pergi makan Rin. Dan Mama juga jangan ribut dirumah sakit!", kata Papa.

Setelah makan, akupun kembali ke kamar. Tidak kusangka ada satu buah balon terikat di sebelah tempat tidurku. Dan ada sebuah surat di tempat tidurku. Aku pun membukanya.

"Seperti yang lalu. Jangan pecahkan balonnya! Kalau aku melihatmu lagi, aku mau kau memberitahuku alamat emailmu."

Tanpa kusadari aku tersenyum. Bagiku dia orang yang terlalu percaya dengan keajaiban. Hahahaha. Aneh!
Keesokan hari, aku pagi pagi sekali terbangun karena mengingat aku sudah boleh pulang. Ada senang ada sedih. Senang karena aku tidak gelisah dirumah sakit, dan sedih karena papa pergi lagi.
Sudah jam 7. Itu artinya sejam lagi aku boleh pulang. Dan 6 jam lagi papa akan pergi. Aku pun keluar kamar dengan memegang balon berwarna putih yang John berikan untukku. Ketika aku berada di dekat pintu kamarku, tanpa kusangka aku bertemu lagi dengannya.

"WHAT!? FERDINAND!?", kataku berteriak hingga membuat orang lain heran.

"Cathrine? Sedang apa kamu disini? Sudah lama kita tidak bertemu. Kamu apa kabar?", kata Ferdinand.
( Ferdinand itu sebenarnya adalah XX [LIHAT YANG KE4!] )

"Jangan sok dekat deh!"
Dalam hati aku berkata, "kenapa aku bisa bertemu dengan cowok brengsek ini? Ewh!"

"Jangan gitu dong Rin. Sudah lama kita tidak bertemu kenapa kamu masih saja jutek hahaha", kata Ferdinand.

"Terserah aku dong! Mana fans kamu yang ewh banget itu!?"

"Hahahahaha kenapa kamu masih ingat? Jangan jangan kamu rindu dengannya? Hahahaha"

"GAK!!"

"Kamu sakit apa? Kok ada disini?"

"Bukan urusanmu!"

"Yaudah deh aku pergi dulu ya. Bye sayang", Ferdinand melambaikan tangan.

Ohh Tuhannnn.. Semoga aku tidak bertemu si brengsek itu lagi!
Ketika sampai dirumah akupun menceritakannya kepada kak John. Dan kak John yang sudah lama tidak melihat Ferdinand pun terkejut. Ternyata dia masih saja diJakarta.

Aku pergi kekamarku ketika sudah bercerita ke kak John. Aku membuka diary ku. Aku lihat lagi diary pada saat aku masih menyukai ferdinand. "Omg! Aku sangat menyesal kenapa bisa suka sama dia." Tetapi sudahlah. Yang penting mulai sekarang aku harus menjaga kesehatanku.

Aku tidak tau berapa lama lagi aku bisa hidup. Intinya aku pasrah saja. Tapi entah kenapa mulai hari ini, perasaan 'pasrah saja' itu pudar. Aku menjadi semangat untuk hidup karena aku bertemu dengan Roy dan perkataan Roy. Oh My God! Ada apa denganku? Kenapa aku jadi memikirkan Roy? Si aneh itu? No no no! Pliss deh Rin jangan gila! Aku mau tidur saja deh.

Tiba tiba aku terbangun karena suara balon pecah. Aku melihat balon yang Roy berikan dan ternyata balon itu yang pecah. Huhh bikin kaget saja! Aku mau tidur lagi ahh.. Tapi tiba tiba aku ingat perkataan Roy, "Ketika balon itu pecah, kita akan bertemu lagi."

Aku pun berlari keluar rumah. Kenapa aku jadi sangat ingin bertemu dengannya? Terserah dehh, pokoknya sekarang aku mau lihat, apakah keajaiban itu beneran ada?
Ketika aku berlari keluar rumah, kakak mencegatku.

"Kamu mau kemana Rin?"

"Kakak diam dulu deh! Aku mau membuktikan kalau sebenarnya keajaiban itu tidak pernah ada!"

"Oo gituuu.. Ternyata Ririn terburu buru keluar gara gara cowok balon itu? Hahahahahah"

"Jangan menggodaku kak!"

Ketika aku sampai didepan rumah...

"Kamu lagi?"

*****

Akan di revisi kalau sempat :v

Btw baca ceritaku yuk. Cerita fantasi (on going - update setiap hari). JUDULNYA The Destiny of Photographer. Butuh saran dan kritiknya ya, jangan lupa vote :)

Thanks❤

You Are My Happy EndingWhere stories live. Discover now