26

79 6 0
                                    

Cathrine Peraldy
Aku berjalan di koridor rumah sakit untuk menjenguk Roy. Akhirnya setelah beberapa hari, aku berniat untuk menjenguknya. Aku mendengar dari kak John, bahwa 2 hari lagi Roy akan keluar dari rumah sakit.

Aku berdiri di depan pintu rumah sakit. Aku tau setelah aku memasuki ruangan ini, aku tidak akan bisa kembali lagi.

Dengan ragu aku mengetuk pintu dengan tangan kiriku--karena tangan kananku sedang memegang keranjang buah.

"Masuk.." sepertinya itu suara Roy.

Aku membuka pintu dengan perlahan. Kulangkahkan kakiku ke dalam ruangan, lalu aku menutup pintu.

Kubalikkan tubuhku untuk melihat Roy. Tetapi ternyata aku tidak hanya berdua dengan Roy di ruangan ini. Ada Ani yang duduk disebelah tempat tidur Roy.

"Oh.. Hai Ani.. Maaf, apakah aku mengganggu kalian?" tanyaku, aku masih berdiri di dekat pintu.

Ani tersenyum manis, "Tidak, aku baru saja datang. Kemarilah.."

Dengan ragu kulangkahkan kakiku ke arah mereka.

Ani tersenyum melihatku dan mengulurkan tangannya, "Perkenalkan nama saya Ani Dewitta. Kau bisa memanggilku Ani. Dan... Siapa namamu?"

Aku tersenyum menyambut uluran tangannya, "Aku Cathrine. Panggil saja Ririn."

"Kau pacar Roy? Aku ingat kau yang waktu itu salah paham pada Roy. Maaf ya, waktu itu aku telah membuat kalian bertengkar."

Pipiku memerah, "A-Apa? Aku bukan pacar Roy. Aku hanya temannya."

Aku melihat Roy menggenggam tangan Ani, lalu Roy berkata "Bukankah kau tunanganku? Kenapa kau mengatakan ia adalah pacarku? Jangan berpikir yang tidak2, aku akan menikah denganmu bukan?"

Mendengar perkataan Roy membuatku sadar bahwa aku bukanlah siapa2 baginya.

Sontak aku membelalakan mataku saat baru tersadar bahwa Ani lah yang telah mencelakakan kami. Dan aku baru tersadar bahwa aku kesini untuk membicarakan soalnya.

Ani tersenyum hangat kepada Roy lalu tertawa kecil, "Rupanya kau telah jatuh cinta padaku ya?"

Roy tertawa, "Aku sangat ingin mencintaimu sekarang, namun aku kehilangan beberapa memoriku saat aku kecelakaan. Aku merasa ada sesuatu di dalam diriku yang membuatku tidak bisa mencintaimu. Mungkin tidak sekarang. Tapi aku yakin setelah aku menikahimu, aku akan belajar untuk mencintaimu."

Kalimat panjang dari Roy seakan menyadarkanku, bahwa aku tidak layak lagi untuk berada disana. Mendengar semua perkataannya membuatku kembali merasakan kesedihan.

Aku melihat Ani tersipu malu, "Aku juga akan belajar untuk mencintaimu, Roy."

Aku tersenyum sinis, "Apakah kau tau siapa yang mencelakakan kami, Ani?"

Ani terlihat berpikir lalu tersenyum menenangkan, "Aku akan mencarinya. Kalian tenang saja."

Aku memberikan buah yang kubawa, "Oh ya. Ini buatmu Roy."

Roy tersenyum, "Terima kasih, Rin. Oh ya... Kenapa kamu tidak menjengukku? Aku merindukan cerita2mu."

Aku terkejut dengan perkataannya, benarkah ia mencariku selama aku tidak menjenguknya?

"Oh, maaf. Aku harus mengikuti Ujian Akhir Sekolah jadi tidak punya waktu untuk kesini."

Roy cemberut, "Benarkah? Hmm.. Aku juga sudah ketinggalan untuk mengikuti UAS di sekolahku. Tapi mamaku bilang, bahwa kepala sekolah telah mengijinkan aku untuk mengikuti ujian susulan."

Aku tersenyum pada Roy, "Oh baguslah. Kapan kau keluar dari rumah sakit?", walaupun aku sudah tau tapi ada baiknya aku memastikan.

"Dua hari lagi," Ani yang menjawab.

You Are My Happy EndingWhere stories live. Discover now