3 (REVISI)

185 5 0
                                    

Hai readers :)
Mohon di baca ya revisi dari part 3😋 Isi cerita gak sama dengan yang 3, sudah di ubah hehehe😁

-----

Sesampai Cathrine dirumah, ia melihat pintu pagar yang tertutup itu. Cathrine menurunkan tas dari punggungnya dan mengambil kunci disana, setelah itu ia langsung menutup tasnya.

Cathrine membuka gembok dengan kunci di tangannya dan masuk ke dalam. Tak lupa ia juga menggembok kembali pagar rumahnya.

Setelah Cathrine merasa pagar sudah terkunci dengan baik, ia melangkahkan kakinya ke arah pintu rumah yang berwarna coklat tua.

Cathrine memasukkan kunci ke dalam lobang di pintu dan membukanya.

Saat Cathrine membuka pintu, ia melihat kakaknya yang bernama John sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Kak John?" panggil Cathrine.

"Hai, Cathrine. Apa kabar adik kakak?" ucap John sambil tertawa kecil.

Cathrine meneteskan air matanya melihat John.

"Kakak kenapa gak bilang kalau mau pulang?" tanya Cathrine sambil terisak.

Cathrine memang jarang bertemu dengan kakaknya sejak kakaknya itu di terima bekerja di Yogyakarta.

"Maaf kakak gak bilang. Kakak kan mau kasih Cathrine surprise," ucap John lalu mengusap air mata Cathrine. Cathrine memeluk John.

"Kakak jangan pergi lagi ya!" perintah Cathrine.

"Kalau Cathrine bilang seperti ini 'Kak John yang keren dan gantengnya selangit, jangan pergi lagi ya. Cathrine kangen gak lihat kakak ganteng', mungkin kakak akan mempertimbangkannya," ucap John menjahili Cathrine.

Cathrine melepaskan pelukannya dan memukul-mukul John dengan kesal.

"Kakak pergi aja deh!" ucap Cathrine kesal.

John tertawa dengan keras melihat muka adiknya.

"Kakak main-main kali. Lagian kakak juga sudah dibolehin kok," ucap John misterius.

"Dibolehin apa?" tanya Cathrine penasaran.

"Beberapa minggu yang lalu kakak kirim surat pernyataan ke bos kakak yang berada di Jakarta," ucap John.

"Surat pernyataan apa?" tanya Cathrine.

"Surat pernyataan bahwa kakak mau pindah kerja ke Jakarta," ucap John.

"Terus sudah dibolehin? Kapan kakak pindah?" tanya Cathrine.

"Hmm.. Mungkin setahun lagi kata bosnya," ucap John yang langsung membuat Cathrine cemberut.

John tertawa melihat muka Cathrine yang sudah mirip seperti bebek.

"Kakak bercanda. Sudah dibolehin pindah kok mulai hari ini," ucap John sambil tertawa kecil.

Cathrine memukul lengan John. John tertawa dengan keras karena berhasil mengerjai adiknya dua kali.

"Gimana kabar adik kakak? Ada cerita?" tanya John lalu menyuruh Cathrine duduk.

"Hmm.. Aku lupa mengucapkan terima kasih kepada penolongku waktu itu," ucap Cathrine.

"Penolong?" tanya John.

"Ya. Namanya Roy, ia menolongku saat di pasar malam. Waktu itu tasku hampir saja di copet," jawab Cathrine.

"Cathrine tidak sempat mengucapkan terima kasih waktu dia menolongmu?" John bertanya lagi.

"Ya iyalah kak, kalau tidak untuk apa aku berterima kasih lagi," jawab Cathrine dengan nada jengkel.

"Kamu menyukainya?" tanya John penasaran.

"Tidak kak. Kakak kan tau aku tidak menyukai laki-laki. Laki-laki itu bau, kasar. Aku tidak menyukainya," jawab Cathrine.

"Ohh iya kakak lupa. Tapi kalau Cathrine tidak menyukai laki-laki, berarti kamu juga tidak sayang kepada kakak dong?" ucap John.

"Cathrine hanya sayang dua orang laki-laki di dunia ini. Kakak mau tau siapa?" kata Cathrine balik bertanya.

"Siapa? Apakah sahabat laki-lakimu?" tanya John penasaran.

"Tidak kak. Dua laki-laki yang kumaksud itu kakak dan papa. Cathrine sayang kak John. Cathrine juga sayang papa," ucap Cathrine sambil tersenyum.

John mengusap kepala Cathrine.

"Kirain kakak gak di hitung," ucap John sambil tertawa kecil. Cathrine pun ikut tertawa.

"Kak, papa kapan sih pulang ke Indonesia? Papa selalu sibuk dengan pekerjaannya, apakah papa tidak merindukan kita semua?" ucap Cathrine sambil berkaca-kaca.

"Cathrine sayang.. Papa tidak pulang karena ada urusan pekerjaan. Bukannya papa tidak merindukan kita semua, pasti papa juga merindukan kita. Tapi papa bekerja mencari uang untuk menghidupi kita semua. Sudah kamu jangan menangis lagi," jawab John.

Cathrine menghapus air matanya.

"Aku hanya merindukannya," ucap Cathrine.

"Iya kakak ngerti," ucap John menenangkan Cathrine.

"Oh iya kak. Mama kemana? Kok aku tidak melihatnya dari tadi?", tanya Cathrine.

"Mama sama Teresa pergi kepasar," ucap kak John.

"Loh.. Kakak gak ikut?" tanya Cathrine.

"Tadi mama menyuruh kakak menjaga rumah sekalian menunggumu pulang sekolah," jawab John.

"Ohh begitu. Kakak mau minum kopi kesukaan kakak?" tanya Cathrine.

"Boleh," jawab John.

Cathrine berjalan ke arah dapur.

"Memangnya masih tau cara buat kopi kesukaan kakak?" tanya John.

Cathrine membalikkan badannya menghadap ke arah John.

"Kakak meremehkanku? Aku masih ingat dengan sangat jelas. Dan aku juga masih ingat makanan kesukaan kakak," ucap Cathrine sombong.

"Kalau begitu coba buatkan," ucap John tersenyum miring. Cathrine menganga tidak percaya.

"Kakak mengerjaiku lagi!" ucap Cathrine dengan kesal.

John tertawa melihat muka kesal Cathrine untuk yang ketiga kalinya.

"Kok mengerjai? Kan kakak minta dibuatkan. Kalau gak mau berarti sudah lupa," ucap John santai.

"Dasar kakak! Mengambil kesempatan dalam kesempitan!" ucap Cathrine pelan.

"Kakak masih bisa mendengarnya, sweety!" sahut kak John.

Cathrine pergi ke dapur dan menyiapkan secangkir gelas untuk di isi dengan kopi.

Cathrine juga menyiapkan panci untuk membuat makanan kesukaan kakaknya, chicken steak.

Setelah selesai dengan pekerjaan dapur, Cathrine membawa makanan serta minuman itu ke ruang tamu. Ia memberikannya kepada John.

Setiap bulan biasanya John akan pulang. Tapi bulan kemarin John tidak pulang ke rumah dan tidak mengabari Cathrine beserta keluarganya.

Cathrine senang sekali kakaknya pulang dan akan tinggal di rumah itu lagi.

Dulu sewaktu John belum bekerja, Cathrine selalu cerita banyak hal yang dialaminya kepada kakaknya itu. Entah itu hal yang bahagia ataupun sedih.

Berbeda dengan papanya. Karena dari Cathrine SD, papanya sudah bekerja di luar negeri. Jadi Cathrine jarang menceritakan ceritanya pada papanya itu.

Dulu waktu Cathrine masih kecil, papanya sayang sekali pada Cathrine. Semua yang Cathrine inginkan selalu terpenuhi. Papanya lah yang selalu mendukungnya.

Setiap kali Cathrine menelepon papanya, pasti papanya itu akan berkata kalau ia sedang sibuk.

Sesibuk apakah ayahnya sehingga tidak dapat mengabari keluarga dalam waktu setengah jam saja?

You Are My Happy EndingWhere stories live. Discover now