27

80 6 0
                                    

Cathrine Peraldy
Aku kembali melangkahkan kakiku di koridor rumah sakit. Jika dihitung, dalam sebulan ada 3 kali aku bolak balik ke rumah sakit. Karena jam masih menunjukkan pukul 7.30 pagi, maka aku pergi menjenguk Roy terlebih dahulu. Masih ada waktu 1 setengah jam lagi.

Setelah berada di depan pintu ruangan Roy di rawat, aku mengetuk pintu tersebut.

Tok.. Tok..

Tidak ada jawaban.

Aku langsung membuka pintu tersebut dengan perlahan. Ternyata Roy masih tertidur. Aku memasuki ruangannya, menutup pintu, lalu aku berjalan ke kursi di sebelah Roy. Aku duduk disana dan memperhatikan Roy tidur. Dia terlihat sangat nyaman dalam tidurnya.

Tak beberapa lama kemudian, ada seorang perempuan paruh baya membuka pintu ruangan Roy. Ia adalah Dessie, ibu dari Roy.

"Oh. Hai.. Cathrine bukan?", tanyanya setelah menutup pintu.

Aku berdiri, "Ya. Maaf aku mengganggu pagi2 seperti ini."

Tante Dessie tersenyum padaku, "Tidak apa2. Aku ingat kau adalah teman Roy. Tak kusangka ternyata kau juga anak tiriku."

Aku tersenyum padanya, "Maaf soal kejadian tempo hari. Tapi tante tenang saja, aku tidak membencimu."

Dessie tersenyum tipis, "Aku yang seharusnya minta maaf padamu. Karena aku, keluarga kalian berantakan. Padahal aku adalah teman dekat ibumu. Aku benar2 ingin minta maaf kepada ibumu. Ia perempuan yang baik, dan tak sepantasnya aku menghianati dia."

Aku berjalan ke arah tante Dessie yang menundukkan kepalanya, dan memegang bahu kirinya dengan tangan kananku, "Sudahlah, tidak apa2. Itu sudah berlalu, tidak ada yang bisa kita lakukan."

Tante Dessie mengangkat kepalanya dan tersenyum padaku, "Terima kasih. Kau memang anak yang baik."

Baru aku ingin menjawab, tiba2 Roy sudah terbangun. Ia mendudukkan dirinya di kasur dan merentangkan tangannya di udara.

"Oh. Hai Ririn. Maaf aku baru bangun," ucap Roy lalu tersenyum padaku.

Aku berjalan ke arahnya, "Tidak apa2, aku juga baru sampai."

Roy menoleh ke arah belakangku, "Mama sudah bangun?"

Tante Dessie mendekat ke arah ku, "Iya. Mama tadi ke bawah untuk membelikan sarapan untukmu."

Roy tersenyum dan kembali menoleh ke arah ku, "Pagi sekali kau datang, kukira kau akan datang setelah jam makan siang."

Aku tersenyum tipis, "Mm.. Maaf, nanti jam 9 aku harus memeriksa kondisiku dengan dokter. Setelah jam makan siang aku baru bisa kesini lagi nanti."

"Oh begitu.. Tidak apa2. Apakah kepalamu masih sakit?", tanyanya lalu menyuruhku duduk di kursi sebelahnya.

Setelah aku duduk dengan nyaman, aku berbohong "Sedikit. Hanya terkadang bisa sangat sakit."

Tiba2 Roy memegang kepalanya seperti kesakitan, "A-Aduh.. Sakit... Sa-Sakit sekali.."

Aku langsung membelalakan mataku dan memencet tombol panggilan yang ada di belakang tempat tidur Roy, "Apa? Apa yang sakit? Tahan sebentar ya.."

Tak berapa lama datanglah dua orang suster, "Kenapa? Ada yang sakit?"

Roy memegang kepalanya masih kesakitan, "Ke-Kepalaku.. Sakit sekali.."

Lalu salah satu suster tadi keluar untuk memanggil dokter. Setelah dokter datang, dokter tersebut langsung memeriksa kondisi Roy. Tapi tiba2 Roy pingsan. Aku yang melihat itu langsung melangkah mundur.

You Are My Happy EndingWhere stories live. Discover now