6

245 15 2
                                    

John
"Rin.. Kau kenapa? Sebentar lagi kita sampai dirumah sakit", kataku panik.

"Kak John.. Kak Rin kenapa?", kata Teresa.

"Teresa... Ririn tidak apa apa, Teresa jangan panik ya", kataku menyemangati Teresa.

"Pa.. Cepat sedikit ngendarain mobilnya!", kata Mama.

"Iya Ma.. Ini sudah cepat, kalau lebih cepat lagi dari ini nanti bisa kecelakaan Ma", kata Papa.

Dalam hati aku berdoa agar Ririn tidak apa apa.
Sampai dirumah sakit aku pun menggendong Ririn yang sedang pingsan kedalam rumah sakit itu.

.....

Sudah 5 hari Ririn tidak sadarkan diri. Tapi hari ini Ririn terbangun. Ririn dijaga oleh Papa dan Mama. Aku dan Teresa dirumah. Karena mendapat telepon dari Papa kalau Ririn sudah sadar, aku dan Teresa pun kerumah sakit. Aku membawa balon yang diberikan Roy pada Ririn kerumah sakit.

Wajah Ririn pucat. Tapi aku tau Ririn pasti baik baik saja. Aku mengikat balon itu dipinggir tempat tidur Ririn.

"Rin.. Kamu tidak apa apa?", kataku cemas.

"Ma.. Pa.. Teresa.. bisa kalian tinggalkan aku dan kak John disini?", kata Ririn.

Mereka pun meninggalkan ruangan tersebut.

Cathrine a.k.a Ririn
"Kak.. Berapa hari aku tertidur?", kataku.

"5 hari Rin", jawab kakak.

"Kak...", panggilku.

"Ya Rin?", kata kakak bingung.

"Selama 5 hari itu aku bermimpi kak", kataku.

"Ririn mimpi apa? Ririn bisa cerita sama kakak jika itu mengganggu pikiranmu", kata kak John.

"Aku mimpi, aku bertemu dengan Roy lagi. Tapi aku tidak tau itu dimana. Aku menghindarinya tapi dia selalu mengikutiku dimanapun aku berada. Aku merasa dia aneh. Dia seperti ingin memberikan balon padaku. Tapi aku menolaknya. Dan dia mengikutiku dengan membawa balon itu. Aku seperti kehilangan arah. Aku tidak tau harus kemana. Dan aku melihat pintu. Aku masuk kedalamnya dan tiba tiba aku ada disini", kataku menceritakan mimpiku pada kakak.

"Rin.. Jangan terlalu kamu pikirkan. Itu hanya mimpi. Dan kakak akan selalu menjagamu agar kamu tidak kehilangan arah dan diganggu oleh orang lain", kata kakak.

"Ya kak. Aku merasa aneh saja. Ini kedua kalinya aku memimpikan Roy. Sebelumnya aku tidak pernah memimpikan laki-laki selain kakak dan Papa. Dan anehnya lagi, dia seperti itu", kataku.

"Itu hanya mimpi dan itu tidak aneh Rin. Sudah kamu jangan pikirkan. Kamu lapar? Kakak belikan makanan ya", kata kakak sambil memegang kepalaku.

"Iya kak aku lapar", kataku sambil menggosok perutku.

"Ya udah, kalau gitu kamu tunggu sebentar ya. Kakak belikan makanan dulu. Kakak panggil Mama, Papa, dan Teresa kesini ya untuk jagain Ririn", kata kakak sambil berdiri disamping tempat tidurku.

Aku hanya menganggukan kepala.

John
Aku menyuruh Mama, Papa, dan Teresa masuk untuk menjaga Ririn.
Setelah itu, aku pun pergi ke kantin rumah sakit. Seperti biasa. Ririn suka sekali roti. Dulu setiap kali ada roti, dia selalu berteriak dan meminta dibelikan.
Setelah membeli roti kesukaan Ririn, aku pun kembali keruangan Ririn berada.

"Ini Rin. Kamu makan dulu ya. Nanti baru bicara lagi sama Mama", kataku sambil memberikan roti itu pada Ririn.

"Iya kak. Terima kasih ya", kata Ririn lalu mengambil roti ditanganku.

Cathrine a.k.a Ririn
Setelah makan, balon itu pecah dan aku sangat terkejut. Aku pun meminta izin sama Mama dan Papa untuk jalan jalan. Mereka meminta izin pada suster dan diizinkan. Siapa tau kan aku bisa bertemu Roy. Karena Roy bilang jika balon itu pecah aku akan bertemu dengannya lagi. Aku pergi ke taman dirumah sakit itu. Tetapi sesampaiku disana...

*****

Akan di revisi kalau sempat :v

Btw baca ceritaku yuk. Cerita fantasi (on going - update setiap hari). JUDULNYA The Destiny of Photographer. Butuh saran dan kritiknya ya, jangan lupa vote :)

Thanks❤

You Are My Happy EndingDär berättelser lever. Upptäck nu