26. [MPB] Sorry

66.3K 3.5K 50
                                    


Sedari tadi Dara terus saja gelisah sambil mengecek ponselnya, berharap Reza meneleponnya. Tak bisa dipungkiri oleh Dara kalau dia khawatir karena dari pagi Reza belum menghubunginya. Apalagi Eva bilang kalau Reza hari ini tak bersekolah. Ia ingin menelepon Reza tapi gengsinya terlalu besar karena marah pada Reza. Mungkin karena itu juga ia tak ke kantin saat Eva mengajaknya tadi setelah bel istirahat berbunyi. Entahlah yang jelas perasaannya sekarang tercampur menjadi satu antara khawati dan amarah.

"Lo nggak ke kantin Sya?" tanya Raka lalu duduk di depan bangku Dara. Dara menggeleng pelan sebagai jawabannya.

"Kita mau nampilin apa buat pensi minggu depan?" tanya Raka memulai pembicaraannya mengenai pensi minggu depan. Ia sangat semangat karena mungkin beberapa hari ini akan dekat dengan sahabat kecilnya itu.

"Gimana kalau kita nyanyi aja?" ujar Dara, mungkin menurutnya itu sangat mudah karena menyanyi adalah hobinya.

"Okee, nanti gue yang gitar lo yang nyanyi." Tambah Raka.

"Gimana kalau kita berdua juga sama sama pegang gitar?" ucap Dara.

"Hmm, yaudah. Terus kapan kita mulai latihannya?" Tanya Raka.

"Besok aja di rumah gue ya." Usul Dara yang disetujui Raka.

***

Bel pulang sekolah berbunyi lima menit lalu. Beberapa teman teman Dara sudah keluar tetapi ada juga yang belum karena piket kelas.

"Sorry Ra, gue tadi diantar mama gue, dan sekarang mama gue udah di depan." Ucap Eva tak enak karena tak bisa menebengi Dara.

"Yaudah deh nggak papa, gue..."

"Bareng gue aja." Raka memotong ucapan Dara.

"Kenapa harus sama elo?" sewot Eva tak terima.

"Lo cemburu ya?" Raka menaik naikkan alisnya, Eva yang melihat itu berlagak kayak muntah mendengar ucapan Raka.

"Najis gue cemburu sama elo." Raka menghiraukannya, ia beralih menatap Dara.

"Bareng gue aja ya?" Dara tampak berpikir sejenak kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi jika Reza melihatnya pulang bersama Raka, pasti sangat marah padanya. Lalu ia mengingat kejadian pagi tadi dan dari pagi tadi juga Reza belum mengabarinya sama sekali membuat Dara mengiyakan. Terserah kalau Reza melihat atau bahkan marah padanya karena pulang bersama Raka, ia tak memusingkan itu.

Raka dan Dara berjalan ke arah parkiran. Dara melihat keluar gerbang sekolahnya, ia berharap Reza menjemputnya atau sekedar meminta maaf soal pagi tadi. Tapi lagi lagi wajah Dara cemberut saat tak ada Reza di depan gerbang sekolahnya. Tepukan di pundaknya mengalihkan pandangan Dara, ia melihat Raka sudah siap di motornya, bergegas ia menaiki motor itu.

Raka mengemudi dengan santai ingin menikmati moment bersama Dara, sayangnya moment itu terhenti ketika sebuah mobil sport warna hitam itu menyalip motor yang di kendarai Raka dan Dara, lalu berhenti dan menghalangi jalan motor Raka. Pengendara mobil itu keluar dengan membanting pintu mobilnya keras. Dara yang melihat siapa pengendara mobil itu membulatkan matanya, Reza kekasihnya itu menghampirinya dengan wajah yang sudah sangat emosi. Hati Dara yang tadi khawatir sekarang mulai lega karena Reza terlihat baik baik saja. Sekarang malah hatinya masih tersisa kemarahan pada Reza. Bukan karena Reza tak menjemputnya tapi karena Reza dari pagi tak mengabarinya.

"Turun Ra." Perintah Reza memegang tangan Dara supaya turun.

"Tasya pulang sama gue." Ucapan Raka itu membuat Reza emosi.

"Dara pacar gue dan dia harus pulang sama gue." Ucap Reza menekan di setiap kata katanya.

"Sekarang kamu turun Ra, pulang sama aku." Perintah Reza lagi yang melihat Dara masih duduk di motor Raka.

My Possesive BoyfriendWhere stories live. Discover now