11. [MPB] Kecelakaan

122K 6.8K 46
                                    


Di sepanjang koridor yang nampak ramai karena ini memang waktu pulang sekolah, Dara selalu menggerutu kesal. Ia mengumpat terus sampai sampai mengabsen semua binatang di ragungan dalam hati. Hatinya sudah terkotori oleh umpatan umpatan itu. Menyesal sudah tak ada gunanya bagi Dara. Eva yang sedari tadi berjalan di sampingnya juga sesekali merutuki kebodohan Dara.

"Elo juga bodoh banget jadi orang. Bisa bisanya lo nantang Kak Reza basket, jelas elo lah yang kalah." Eva melirik sahabatnya itu yang masih menggerutu.

"Ini nggak sepenuhnya salah gue. Coba aja Reza nggak cium pipi gue. Pasti gue yang menang. Emang ya Reza pengen gue gantung deh tu orang." Jawab Dara masih berjalan menuju parkiran.

"Huss jangan kenceng kenceng ngomongnya masih ada mbak kutub tuh di belakang kita." Eva melirik ke belakang.

"Biarin ajalah Va. Gue malah pengen ngomong langsung di depan Reza pake toa masjid sekalian."

"Pengen ngomong apa Ra?"

Jedar...

Suara Reza membuat langkah Dara dan Eva terhenti. Dara menelan susah ludahnya, ia melirik ke Eva yang sudah pucat wajahnya itu karena takut.

"Ra gue ke toilet dulu ya." Buru buru Eva meninggalkan Dara tanpa memikirkan nasib yang akan diterima sahabatnya dari Reza

"Ngomong apa barusan Ra?" Ulang Reza datar.

"Ohh itu Za, kamu hari ini ganteng banget Za." Ucap Dara cengengesan. Reza tersenyum mendengar penuturan dari Dara. Reza tahu Dara bohong tapi dia juga tahu kalau ucapan Dara yang tadi hanya bercanda mana mungkin Dara berani gantung gue batin Reza

"Oiya Za kalau gitu aku pulang. Daaaa." Dara menarik tangan mbak mbak kutub itu dan melambaikan tangan kepada Reza.

"Aku mau mengantarmu pulang Yang." Sahut Reza berlari mengejar Dara.

"Nggak usah Za. Aku sama pengawalmu aja. Bye sayang." Dara berlaru lagi meninggalkan Reza. Reza membiarkan Dara pulang dengan pengawalnyanya itu. Lagi pula Dara juga akan aman dengan pengawalnya itu. Pikir Reza.

Sesampainya di rumah, Dara langsung menuju kamarnya. Untung pengawalnya tak mengikuti sampai kamar, membuat Dara bisa leluasa memikirkan bagaimana ia bisa bebas hari ini. Dara mengamati keadaan sekitar rumahnya dari balkon kamarnya, tampak beberapa pengawal menjaga dari tiap sisi rumahnya itu, tapi Dara tersenyum senang saat melihat pintu belakang dekat taman belakang tidak ada penjaganya. Buru buru Dara mengambil ponselnya yang ada di dalam tas.

"Hallo Va." Sapa Dara

"Iya. Ada apa lo telpon gue?" Balas Eva

"Sekarang lo ke gang deket rumah gue ya."

"Jangan bilang lo mau kabur?" Tebak Eva

"Emang." Jawab enteng Dara

"Udah gue bilang Ra, gue nggak mau berurusan sama kak Reza ya."

"Plis Va sekali aja ya."

"Nggak Ra. Sorry."

"Kok lo gitu sih sama gue. Ayolah Va bantu gue. Kalau lo bantu gue, gue ajak lo shopping."

"Lo traktir gue?"

"Iya Va. Gue beliin deh semua kemauan lo."

"Oke siap. Gue tunggu di mana tadi?"

"Di gang deket warung bakso, lo tau kan?"

"Oke gue tunggu lo di sana."

Dara mematikan teleponnya. Dara segera mengganti pakaiannya. Dengan memakai jaket putihnya Dara berjalan keluar menuju taman belakang. Dia mengawasi keadaan sekitarnya dan untungnya tak ada satupun pengawal yang melihatnya. Dara membuka pintu belakang itu dan segera berlari menuju gang tempat pertemuannya dengan Eva.

"Cepetan Va. Keburu pengawal itu tahu kalau gue kabur." Ucap Dara setelah masuk ke mobil Eva.

"Oke. Sekarang kita ke mana?" Tanya Eva sambil menghidupkan mobilnya.

"Ke mall aja." Jawab Dara.

"Kalau gitu ke mall deket sini aja ya."

"Eh jangan Va." Cegah Dara

"Kenapa?" Eva menoleh pada Dara.

"Kalau mall deket sini itu berarti mall miliknya Reza. Percuma dong gue kabur, kalau ujung ujungnya gue ketangkep." Ucap Dara.

"Kalau gitu ke mall lain. Eh tapi lo beneran traktir gue kan?" Eva memastikan ucapan Dara beneran atau tidak.

"Iya iya bawel lo. Cepetan dong." Kesel Dara.

Hari ini Dara merasa bebas tanpa beban. Tak ada yang mengawasinya dan tak ada yang melarangnya. Dara dan Eva mulai mengelilingi mall. Eva yang sedari tadi meminta beliin ini itu pada Dara dan Dara harus pasrah membelikannya.

"Puas lo." Eva hanya menyengir gak jelas menanggapi ungkapan Dara.

"Lo niat banget sih porotin gue." Dara memandang Eva tajam.

"Lo udah janji traktir gue Ra." Balas Eva. Dara memalingkan wajahnya dari Eva. Ia berjalan menuju kedai kopi. Dara membeli satu cup coffe latte kesukaannya.

"Sekarang kita kemana nih?" Tanya Eva sambil membawa paper bag berisi belanjaannya.

"Sekarang jam berapa?" Tanya balik Dara. Sesekali Dara meminum kopi itu. Eva melihat jam di tangan nya.

"Jam 8 Ra." Ucap Eva agak takut

"What. Jam 8 Va?" Dara memastikan. Eva mengangguk mengiyakan.

"Oke kalau gitu lo pulang duluan aja." Tutur Dara

"Terus elo gimana.?"

"tenang aja, gue nggak mau lo kena marah sama Reza. Gue bisa pulang naik taksi."

"Beneran gak papa?"

"Iya Va tenang aja. Oiya thanks udah bantu gue kabur." Dibalas deheman oleh Eva. Eva sebenarnya tak tega meninggalkan Dara sendirian, tapi apa boleh buat Dara terus memaksanya. Dan ia sendiri juga takut dimarahi Reza.

Dara merutuki kesialannya hari ini. Di luar mall hujan deras sudah mengguyur jalanan ditambah kilatan kilatan petir. Dara menoleh ke kanan ke kiri mencari taksi. Apalah daya dia lupa kalau kartu kreditnya ada di dalam tas Eva. Ia tadi berangkat tak membawa tas, ia pikir hanya membutuhkan kartu kredit saja. Dan sialnya kenapa tadi ia lupa mengambil kartu kredit dari tas Eva. Apakah ini karma karena Dara kabur dari rumah. Apakah ini karma karena membantah perintah Reza. Dara hanya bisa duduk di kursi dekat pintu masuk mall itu. Dara juga tak bisa menghubungi siapapun karena ia sengaja meninggalkan ponselnya di kamar. Pasti di sana Reza sangat khawatir padanya.

Dara tak bisa lama lama di sini, kilatan petir membuat Dara takut. Dara mencoba memikirkan sesuatu bagaimana ia bisa pulang. Dara ingat, tak jauh dari mall sini ada apartement yang dibelikan Reza dengan percuma itu. Dari mall sini hanya membutuhkan jalan kaki saja tapi hujan deras ini akan membuat ia basah kuyub, Dara tak menghiraukannya. Ia berlari melawan hujan menuju apartemen itu.

Karena hujan yang begitu deras, Dara berlari dengan kencang menembus hujan itu. Saat hendak menyeberang, Dara tak melihat kanan kiri, ia tidak tahu kalau dari arah kanan ada sebuah mobil melaju dengan kencang dan.....

Braaakkkkkk

Tubuh Dara terpental beberapa meter dari posisinya saat menyeberang. Darah dari kepalanya sudah mengalir deras. Tak hanya itu, tangan dan kakinya juga lecet akibat gesekan aspal. Dara kehilangan kesadaran saat itu juga. Sedangkan sang pengendara yang menabraknya tadi kabur meninggalkan Dara yang sedang sekarat. Orang orang yang ada di sekitar mall yang melihat kejadian itu, segera berlari menolong Dara.

Selamat hari Pendidikan Nasional semuanya. Semoga pendidikan di Indonesia tambah diperbaiki supaya lebih bagus lagi.

Kok nggak ada Rezanya ya??
Tenang. Ini emang sengaja, soalnya aku mau buat chapter selanjutnya itu Reza Pov. Jadi tunggu aja bagaimana reaksi Reza saat tahu Dara kecelakaan.

Vote dan coment dong....:)

Happy reading guys...

My Possesive BoyfriendWhere stories live. Discover now