1. [MPB] Pencabut Nyawa

446K 17.8K 614
                                    

__Telah di revisi__

Dengan napas yang masih terengah akibat lari belum lagi sebelumnya ia loncat dari gerbang belakang sekolahnya, Dara masih waspada agar tidak bertemu sang pencabut nyawanya.

Dengan memakai kemeja putih dan dibalut jas merah maroon dengan rok kotak kotak warna hitam dan merah maroon diatas lutut sedikit, serta dasi yang tak terpasang rapi, Dara menatap koridor sekolahnya yang sudah sepi karena pelajaran pasti sudah dimulai. Dari name tag di seragamnya terlihat nama lengkapnya "Adara Natasya Wijaya"

Panggilannya Dara. Anak kedua dari keluarga Wijaya. Siapa yang tak kenal dengan keluarga Wijaya. Pasti semua orang tahu apalagi dikalangan orang berada. Keluarga Wijaya adalah keluarga terpandang di Indonesia. Mereka mempunyai banyak bisnis baik di dalam maupun di luar negeri.

Dara masih mengamati koridor sekolahnya, ia harus waspada jika malaikat pencabut nyawa menemuinya. Dengan menatap mata hitam legamnya bak mata elang, ia sudah tak kuat. Apalagi saat Malaikat pencabut nyawanya itu sudah berbicara. Sudah dipastikan hidupnya nggak akan tentram.

Untuk hari ini sepertinya dewi fortuna sedang berpihak padanya. Tak terlihat malaikat pencabut nyawanya itu. Koridor tampak sepi tanpa ada seorang pun kecuali dirinya. Dara tampak menghela napasnya. Jantungnya kembali normal. Ia berjalan menuju kelasnya 10-2.

Dara bersenandung ria pagi ini. Ia berhasil lolos dari malaikat pencabut nyawanya itu. Biasanya ia tak akan pernah lolos dari malaikat pencabut nyawanya itu. Belum sempat ia menaiki tangga menuju kelasnya, terdengar suara dari seseorang yang sangat ia kenal. Jantungnya kembali berdetak tak karuan. Tubuhnya lemas. Pikirannya bahwa ia berhasil lolos dari sang pencabut nyawa hilang sudah.

"Terlambat lagi heh?" Suara nan dingin tapi tampak serius itu membuat Dara menelan ludahnya susah dan berbalik mengahadap sumber suara.

"He he he. Piss" dengan menaikan dua jarinya dan memasang muka imutnya, Dara cengengesan.
"Sumpah Za, ini semua gara gara bang Andra. Coba aja semalem dia nggak ngajakin nonton bola pasti aku nggak akan kesiangan kayak gini." Dara menjelaskan kepada Reza. Ya benar. Malaikat pencabut nyawa yang dimaksud Dara adalah Reza, kekasihnya.

Kenapa Dara menyebut Reza Malaikat pencabut nyawa, karena Reza mempunyai sifat yang amat possesive sama Dara. Sekali bilang tidak ya tidak. Dara kadang tak bisa nolak perintahnya ataupun permintaannya. Dara sudah pacaran dengan Reza hampir setahun. Mereka mulai pacaran sejak Dara kelas 3 SMP. Sekarang Reza sudah duduk dibangku kelas 12. Dara juga terpaksa sekolah di SMA Pratama yang notabennya milik keluarga Reza. Lebih tepatnya Arreza Pratama.

Keluarga Pratama juga sama seperti keluarga Wijaya, mereka sama sama terpandang apalagi dalam dunia bisnis baik dalam maupun di luar negeri,  keluarga Pratama juga sudah dikenal banyak orang dari luar negeri karena mereka memiliki banyak bisnis di luar negeri. 

Hebat bukan seorang Dara yang bisa pacaran dengan Reza. Reza dikenal sebagai pribadi yang dingin. Tapi ketika Reza berhadapan dengan Dara, sifat Reza akan berbanding terbalik dengan sifat dinginnya itu. Seolah Dara lah yang mampu mencairkan sifat dingin Reza.

Andai Dara tidak dipaksa oleh Reza untuk sekolah di sekolah miliknya pasti Dara bisa sekolah di SMA Wijaya milik papanya. Walau SMA Pratama lebih maju sedikit dari SMA Wijaya tapi tetap saja Dara ingin sekolah di SMA Wijaya milik papanya itu. Apa boleh buat, Dara harus sekolah disini bersama sang kekasih possesivenya. Walau sudah menolak, Reza terus memaksa bahkan orang tua Dara juga menyetujuinya, dengan alasan biar ada yang jagain terus sekolahnya juga lebih maju, itu yang dikatakan papa Dara.

"Beneran Za. Hari ini aku emang kesiangan" jelas lagi Dara. Tampak Reza menghela napas panjang. Reza mengamati Dara yang masih menatapnya dengan tatapan memohon.

Angin yang menyapu poni rambut Dara, membuat Reza mengerutkan dahinya. Tampak merah di dahi Dara yang dipastikan itu adalah luka. Tubuh Reza mulai mengeras terutama tangannya yang mulai mengepal. Sorot matanya tajam menatap luka itu. Dara menatap Reza yang mulai mendekat beberapa langkah. Dara menelan ludahnya susah. Reza menyisir poni Dara, Reza seakan ingin meneggelamkan diri ke samudra ketika melihat luka itu. Reza tidak ingin ada luka sedikitpun di tubuh Dara.

"Ini dahinya kenapa?" Tanya Reza dengan suara lembut namun masih menatap luka itu. Dara tampak berpikir. Dia mengingat kejadian waktu berangkat sekolah. Dara ingat. Ia hampir menabrak kucing sampai akhirnya ia harus ngerem mendadak. Dan akhirnya dahinya kecedot stir mobilnya.

"Oh ini!" Dara menunjuk lukanya
"Tadi pagi kecedot stir mobil gara gara mau nabrak kucing" jelas Dara lagi dengan santainya.

"APA!!!" Reza kaget mendengar penjelasan Dara, ditambah lagi Dara yang bersikap santai saat mengatakannya.

         --- 4 September 2017 ---

My Possesive BoyfriendWhere stories live. Discover now