12. [MPB] Sad

97.8K 5.3K 101
                                    

Reza Pov

Duniaku seakan runtuh seketika setelah mendengar kabar dari pengawalku. Kekasihku mengalami kecelakan. Ingin aku membunuh pengawal yang memberi kabar seperti itu, bisa bisanya mereka memberi kabar bodoh seperti itu. Tapi mengapa hati ini dipenuhi rasa kekhawatiran dan ketakutan teramat mendalam. Akhirnya aku mengendari mobil dengan kecepatan di atas rata rata menuju rumah sakit untuk memastikan kabar itu. Sesampainya di rumah sakit, aku melihat beberapa pengawalku di depan rumah sakit itu. Ini nggak mungkin terjadi. Ini pasti ide gila Dara lagi. Dara pasti sengaja membuat aku khawatir. Berulang kali aku berpikiran seperti itu.

"Siapa yang berani memberi kabar seperti itu padaku, HAH??" ucapku penuh penekanan.

"JAWAB!!"

"Berita itu benar tuan, nona Dara mengalami kecelakaan. Nona ditabrak tuan." Ku raih kerah kemeja pengawal itu.

"BERANI BERANINYA KAU MENGATAKAN ITU PADAKU HAH" Aku tak bisa menahan emosi ini lagi. Aku memukul wajah pengawal itu berkali kali untuk meredakan emosiku.

"Tuan berhenti tuan. Tuan lihat ini tuan." Aku berhenti memukul pengawal itu dan menatap apa yang dibawa pengawal barusan. No. Ini nggak mungkinkan. Jaket itu. Jaket coupleku sama Dara. Aku meraih jaket itu dengan tangan gemetar. Aku menatap jaket yang sudah dipenuhi darah itu lekat lekat. Rasanya aku ingin mati saja dari dunia ini.

"Di mana dia sekarang?" Tanyaku lemah

"Nona sedang di ruang operasi tuan." Aku langsung meninggalkan pengawalku itu dan berlari menuju ruang operasi.

Kulihat dari tempatku berdiri ada dua pengawalku di depan ruang operasi. Aku berjalan lemah menuju mereka.

"Siapa pelakunya?" Tanyaku penuh emosi.

"Maaf tuan. Pelaku yang menabrak nona itu kabur."

Emosiku benar benar berada dipuncaknya. Berani beraninya ia kabur tanpa bertanggung jawab. Akan aku buat dia menyesal seumur hidup.

"Cari dia secepatnya. Kalau kalian tak bisa menemukannya, kalian akan tahu akibatnya." Perintahku setengah berteriak.

"Baik tuan." Jawab mereka

Tak berselang lama Dokter keluar dari ruang operasi itu, aku langsung bertanya mengenai kondisi Dara

"Bagaimana keadaannya Dok?" Aku benar benar khawatir jika terjadi sesuatu pada kekasihku itu. Dokter itu menghembuskan napas. Perasaanku benar benar tak enak sekarang.

"Apa anda keluarganya?" Tanya Dokter itu padaku.

"Ya aku keluarganya." Tak ada jawaban lain selain itu, lagipula orangtua Dara juga masih berada di luar negeri dan kakaknya ikut mereka.

"Mari ikut ke ruangan saya." Aku mengikuti Dokter itu ke ruangannya.

"Bagaimana keadaannya Dok?" Tanyaku tak sabaran setelah Dokter itu mempersilahkanku duduk di kursi depannya.

"Kecelakaan itu cukup parah, membuat pasien kemungkinan mengalami koma dengan rentan waktu yang tak bisa di tentukan."
Lagi lagi air mataku lolos. Dara koma. Ini nggak mungkin kan. Dara nggak mungkin koma.

"Sembuhkan dia. Kalau tidak aku akan menghancurkan rumah sakit ini." Ancamku pada Dokter itu. Katakan aku kejam pada Dokter itu, tapi ini demi Dara. Dara nggak boleh ninggalin aku. Oh Tuhan kumohon sembuhkan dia.

Kembali lagi diriku berjalan dengan lemah menuju ruang rawat Dara. Aku melihat dari kaca jendela ruang rawat itu. Di sana Dara terbaring dengan perban di kepalanya. Banyak alat alat medis yang terpasang di tubuh mungil itu. Sungguh pasti itu menyakitkan. Beberapa perawat masih di sana sedang memeriksa Dara. Tanganku terkepal kuat menahan amarah. Ya amarah karena kebodohanku yang tak bisa menjaga Dara. Berulang kali aku menyalahkan diriku yang tak bisa menjaga keselamatan Dara.

My Possesive BoyfriendWhere stories live. Discover now