2. [MPB] Protective

247K 14.2K 240
                                    

--Telah direvisi--

"APA!!" Suara Reza menggema di telinga Dara. Dara merutuki kebodohannya. Tak seharusnya ia berkata seperti itu. Ia menundukkan kepalanya.

"Jadi kamu nyetir sendiri?" Dara hanya mampu menganggukan kepalanya. Posisinya masih menundukkan kepala, ia tak berani menatap mata elang itu dan tajam itu.

"Kamu lupa apa yang aku bilang dulu? Perlu aku ulangi lagi hah?" Dara menggelengkan kepalanya, ia ingat ucapan Reza dulu. Reza melarang dirinya untuk menyetir mobil. Padahal Dara sudah lancar menyetir sejak kelas 3 SMP.

"Kenapa nggak diantar sopir aja?" Reza mulai berbicara lembut, ia berhasil mengatur emosinya.

"Kalau diantar sopir tambah telat Za. Kamu tahukan kalau sopirku aja kamu suruh nyetir lambat. Bisa bisa aku datangnya jam 8." Reza menghela napasnya lagi. Ia menarik tangan Dara lembut menuju UKS.

"Duduk!" perintah Reza setelah sampai di tempat tidur UKS. Dara hanya bisa mematuhi perintah Reza. Kemudian Reza mengambil kotak P3K dan mulai mengobati luka Dara.

"Za ini hanya luka kecil aja. Lagian juga nggak sakit. Nggak perlu diobati." kata Dara tenang.

"Ini kamu bilang luka kecil Ra? Ini bisa infeksi Ra, aku nggak mau ya kalau kamu luka sedikit pun." jelas Reza. Dara hanya bisa pasrah diobati Reza. Ia menahan sakit ketika Reza dengan sengaja menekan lukanya.

"Ini yang kamu bilang nggak sakit?" Dara menatap Reza jengah. Setelah selesai mengobati luka Dara, ia memperhatikan tampilan seragam Dara. Reza merapikan dasi Dara yang tampak compang camping akibat lari pagi tadi.

"Seharusnya aku yang merapikan dasi kamu. Bukan kamu yang ngrapiin dasi aku." Reza tampak tersenyum sambil masih merapikan dasi Dara. Dara memanyunkan bibirnya gemas karena Reza hanya senyum aja.

"Ini rok kamu terlalu pendek. Kamu harus ganti dengan yang lebih panjang." tutur Reza. Kembali lagi Dara cemberut.

"Apanya yang pendek sih Za. Ini standartnya sekolahan kan. Aku nggak mau ganti." kukuh pendirian Dara. Reza menatap tajam ke arah Dara lalu mengeluarkan ponselnya hendak menelepon seseorang.

"Belikan rok sekolah yang agak panjang." perintah Reza pada seseorang di seberang sana. Reza menutup teloponnya dan kembali menatap Dara yang masih cemberut.

"Za." panggil Dara dengan suara manjanya.
"Nggak usah ganti ya." bujuknya pada Reza.

"Kamu sudah sarapan?" Reza mengalihkan pembicaraannya.

"Sudah." ketus Dara kesal. Dara turun dari tempat tidur hendak keluar dari ruangan mencekamkam itu. Tapi sebuah tangan kekar malah nenariknya keluar ruangan UKS.

"Kemana sih Za kita?" Tanya Dara yang masih berjalan ditarik Reza. Reza hanya menatap sekilas ke Dara lalu kembali menarik tangan Dara.

"Makan sayang!" suruh Reza. Dara dibawa Reza ke kantin. Eh ini bukan sekedar kantin biasa. Kantin ini didesain seperti restoran. Banyak meja di lengkapi empat kursi mengelilingi meja meja kantin. Banyak tersedia meja di sini, jadi tidak usah khawatir kalau tidak dapat meja.

"Aku nggak laper Za." tutur Dara menolak makanan yang disodorkan Reza. Sebenarnya ucapan Dara tak sesuai dengan keadaan perutnya. Tapi apa boleh buat, jika dihadapannya bukan nasi becek alias bubur ayam, sudah pasti Dara akan memakannya.

"Makan Ra." Reza mulai kesal pada Dara.

"Udah aku bilang, aku nggak laper Za. Tadi juga udah sarapan." tuturnya lagi

"Emang ada ya orang kesiangan sempet sarapan." skakmat. Dara kehabisan kata kata.

"Hei...aku itu nggak bodoh ya. Aku itu jenius. Aku nggak bisa kamu bohongi. Cepet makan sayang." Reza tetap membujuk Dara.

"Aku tadi udah sarapan. Ya sarapan di mobil." elak Dara lagi. Reza yang duduk di seberang Dara mulai mengeraskan tangannya lagi.

"Jadi kamu nyetir sambil makan?" Suara Reza mulai meninggi. Dara kaget. Dara ingin hilang aja dari sana. Ia merutuki kebodohannya sekali lagi.

"Ih kenapa tadi gue ngomong kayak gitu. Bodoh... bodoh... bodoh." rutuknya pada diri sendiri dalam hati.

Dara masih diam. Ia masih berusaha menyusun kata kata yang tepat untuk menjelaskan pada Reza.

"Cukup Ra. Mulai besok aku yang akan jemput kamu." Ucapan  Reza seakan membuat Dara tersambar petir seketika. Dara membulatkan matanya. Ia menggeleng gelengkan kepalanya tanda menolak.

"Enggak Za. Aku nggak mau kamu jemput." kata Dara menolaknya.
"Bisa bisa nanti gue bangun pagi terus deh." lanjutnya dalam hati.

"Harus mau. Titik nggak pake penolakan." Dara cemberut. Lagi lagi dia harus mengalah pada Reza.

"Maaf tuan ini pesanannya." tiba tiba datang pemuda berjas hitam menghampiri mereka dan memberikan paperbag. Setelah Reza menganggukan kepala, dan menyuruh pemuda yang sudah dipastikan pelayannya itu, Reza kembali menatap kekasihnya yang masih cemberut.

"Ini. Cepat ganti rok kamu. Aku nggak mau kamu pake rok pendek itu. Aku nggak mau lelaki lain melihat paha mulusmu itu." perintah Reza sambil menyerahkan paperbag kepada Dara. Dara hanya bisa memandang Reza lelah dan akhirnya bangkit untuk ke kamar mandi.

"Kamu mau kemana?" Ucap Dara menatap Reza yang sudah berdiri.

"Ya nemenin kamulah." jawabnya enteng.

"Aku bukan anak kecil lagi Reza." Dara mulai geram lagi akibat tingkah Reza yang terlewat batas itu. Masa ke kamar mandi aja di temenin. Kayak nggak bisa aja sendirian, pikir Dara. Dara nggak mau ribut lagi, akhirnya ia hanya bisa membiarkan Reza mengikutinya.

"Kamu emang nggak ke kelas Za?" Tanya Dara setelah mengganti roknya sambil memakan makanannya. Eh bukan makan bubur lagi. Dara berhasil membujuk Reza. Dan akhirnya ia makan Nasi Goreng kesukaannya.
Reza tersenyum dan menggeleng. Ia  sangat gemas dengan tingkah Dara saat makan.

"Kenapa?" Tanya Dara lagi. Masih dalam posisi makan.

"Kan aku jenius." jawab Reza enteng.

Reza mengelap sekitar bibir Dara yang terkena saos. Ya Dara suka sekali kalau nasi gorengnya ia tambahkan saos. Dara tersenyum menatap Reza. Begitupun Reza tampak sangat bahagia melihat kekasihnya makan dengan lahap.

"Sombong kamu Za." ucap Dara

"Itu kenyataannya sayang." sahut Reza.
"Seharusnya aku yang tanya ke kamu. Kapan kamu ke kelas?" Ucapan Reza langsung membuat Dara tersedak. Reza yang kaget langsung menyodorkan air minum.

"Aku lupa Za. Aku ke kelas dulu." Dara langsung berdiri hendak menuju kelasnya.

"Habisin dulu makanan nya Ra." Cegah Reza

"Nggak bisa Za. Ini udah telat banget." Balas Dara.

Reza mengeluarkan ponselnya lalu mengetik beberapa pesan.

"Duduk. Cepat habiskan makananmu dulu. Baru setelah itu kamu bisa ke kelas." perintah Reza. Dara mengangguk pasrah. Dengan wajah malas mulai memakan nasi gorengnya lagi.

Vote and Coment reader

--18 September 2017--

My Possesive BoyfriendWhere stories live. Discover now