15. [MPB] Bully

96.7K 5.8K 104
                                    


Dara Pov

Otakku masih terus berfikir ada apa dengan Reza. Berkali kali aku mencoba mengingat apa kesalahanku, tapi tak kutemui kesalahan itu. Sekarang Reza membawaku ke taman belakang sekolah. Suasana masih sepi karena pelajaran masih berlangsung. Reza memberhentikan kursi rodaku dan berjalan ke hadapanku. Tuh kan dari raut wajahnya, apalagi sedekat ini aku tahu dia sedang marah padaku. Jantungku benar benar berdetak tak karuan sekarang. Hanya karena tatapan tajamnya saat ini saja membuat nyaliku menciut apalagi kalau dia berbicara terus marah marah sama aku.

Aku takut. Ya, aku benar benar takut sekarang. Aku tak tahu kesalahanku dan aku yakin aku tak melakukan kesalahan. Tapi kok aku merasa bersalah sih.
"Kamu kenapa Za?" Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya walau tanpa menatap wajahnya. Dia diam tak menjawab. Dari lirikan mataku, dia tetap menatap tajam ke arahku. Stop Za, tatapanmu itu sangat mematikan, ujarku dalam hati.

Aku merasakan kalau Reza menghembuskan napasnya kasar, aku tahu dia sedang menahan emosinya sekarang.

"Kamu tanya kenapa aku? Seharusnya yang tanya itu aku Ra." Ucapnya dengan nada tak bersahabat.

"LIHAT INI RA!!" perintahnya. Aku memandang ponsel Reza.

Betapa terkejutnya aku. Di ponsel Reza terlihat fotoku saat dipeluk Raka. Oh No!!! Siapa yang berani ngirim foto itu pada Reza. Aku tau Reza pasti mengira yang tidak tidak. Pasti dia salah paham. Aku bingung menjelaskannya bagaimana, secara sifat dia kayak gitu.

Aku harus bersikap tenang. Ya tenang, karena aku tak berbuat kesalahan. Toh itu juga pelukan sebatas teman yang kangen nggak lebih.

"Itu nggak seperti yang kamu lihat Za." Ucapku sesantai mungkin walau jantungku sudah dag dig dug nggak karuan.

"BOHONG!!" aku kaget bukan main karena Reza membanting ponselnya. Aku melihat ponselnya yang sudah tak berbentuk, kan sayang ponselnya jadi hancur berserakan kayak gitu. Eh tapi buat Reza sih nggak masalah, ponsel mah bisa beli lagi.

"Aku nggak bohong Za, itu hanya pelukan sebagai teman nggak lebih." Jelasku lagi. Dia mengepalkan kedua tangannya kuat kuat sampai buku buku jarinya terlihat. Apa Reza segitu marahnya sama aku?

"AKU SUDAH PERNAH BILANG SAMA KAMU, JANGAN PERNAH DEKAT DENGAN PRIA LAIN, APALAGI DIA DENGAN BERANINYA PELUK KAMU." Bentaknya keras padaku. Aku hanya bisa diam tak berani menjawab. C'mon Dara ini bukan kamu yang hanya diam saat di bentak, dewi dalam hatiku berkata. Entah kenapa setiap Reza membentakku kayak gini membuat aku hanya bisa diam seribu bahasa.

"DAN KAMU TAHU?? APA YANG MEMBUAT HATIKU SEMAKIN SAKIT." Tambahnya.

"KAMU" Tunjuknya padaku.
"DENGAN BERANI BERANINYA KAMU MEMBALAS PELUKANNYA."Ucapnya tajam menatap mataku.

Kesabaranku sudah habis sekarang. Reza benar benar tak mengerti sama sekali. Ah, harus dengan cara apa sih aku ngomong sama dia. Aku memberanikan diri untuk menatap mata tajamnya.

"Sudah aku katakan padamu Za, itu hanya pelukan biasa nggak lebih, pliss jangan berlebihan kayak gini." Ku lihat dia tersenyum. Bukan. Bukan senyum manis yang ia perlihatkan. Tapi, senyum sinis yang ia tampakan.

"Berlebihan??" Tanyanya dengan senyum tipis penuh misteri.

"Ini belum berlebihan sayang, sebentar lagi kamu akan tahu berlebihan itu seperti apa." Reza tersenyum miring padaku sebelum pergi meninggalan aku. Gawat. Pasti Reza akan melakukan sesuatu sekarang. Dari nada bicara dan senyum miring itu, aku sudah menduga Reza pasti akan melakukan sesuatu, tapi aku tak tahu itu.

Aku menggerakkan kursi rodaku dengan cepat. Dengan susah payah aku terus menggerakkan kursi rodaku. Aku merasakan getaran ponsel di sakuku. Sejenak aku menghentikan gerakan tanganku. Aku mengambil ponsel dari sakuku, melihat nama yang tertera di ponselku 'Eva' tanpa pikir panjang aku langsung menggeser tombol hijau itu.

My Possesive BoyfriendМесто, где живут истории. Откройте их для себя