13. [MPB] Stay with you

121K 6.1K 55
                                    


Sudah dua hari semenjak Dara bangun dari koma. Kini ia menjadi gadis pendiam jauh berbeda dari sifatnya yang ceria, cerewet dan hiperaktif. Semenjak dinyatakan lumpuh oleh Dokter, semangat hidupnya sudah tak ada lagi. Reza yang selalu disampingnya juga selalu menyemangati Dara, meskipun Dara hanya membalas anggukan, gelengan bahkan bisa dihitung berapa kali Dara berbicara dalam sehari.

Seperti dua hari sebelumnya, kegiatan pagi Dara hanya menatap kosong ke arah jendela di samping tempat tidurnya. Sesekali ia juga mengaduk aduk makanannya. Reza yang juga selalu menginap di kamar rawat Dara juga sudah hafal betul kebiasaan pagi Dara tersebut. Reza berdiri dari duduknya di sofa kecil depan tempat tidur Dara, melangkahkan kakinya menuju tempat tidur Dara.

"Sayang." Panggil Reza lembut setelah duduk di samping Dara sambil membelai rambut Dara.
Dara menoleh dan tersenyum kepada Reza. Reza harus tetap bersyukur karena Dara tetap memberikan senyumannya walau Reza tahu senyumannya penuh dengan kesedihan.

"Kok nggak di makan makanannya? Sini aku suapin." Reza mengambil alih mangkuk berisi bubur itu dari tangan Dara.

"Za. Berapa kali aku bilang sama kamu, kakiku yang lumpuh bukan tanganku." Tutur Dara sedikit tersinggung sambil mengambil mangkoknya.

"Aku juga sudah mengatakan padamu Ra, mataku adalah matamu juga, tanganku adalah tangamu dan kakiku adalah kakimu juga." Tutur Reza juga. Dara memalingkan wajahnya dari Reza.

"Aku nggak mau jadi gadis lemah Za." Dara meneteskan air matanya.

"Jadilah gadis lemah dihadapanku saja. Aku senang jika kamu lemah saat bersamaku." Dara menoleh pada Reza dan mengernyitkan dahinya bingung.

"Gini sayang. Aku suka saat kamu lemah dihadapanku karena dengan begitu kamu akan selalu membutuhkan aku. Aku ingin menjadi cowok yang selalu kamu butuhkan." Tutur Reza. Dara sedikit berdecak pelan tak suka akan penuturan Reza.

"Ingat ya Za, aku bukan gadis lemah." Singkat dan sangat jelas ucapan Dara. Dara tak ingin menjadi gadis lemah yang akan bergatung pada orang lain. Dara tak ingin menyusahkan ataupun merepotkan orang lain. Itulah Dara, semenjak kecil ia selalu berusaha mandiri tak ingin merepotkan orang tuanya, walaupun ia anak orang kaya, ia selalu mempunyai prinsip bahwa bahagia itu hidup mandiri dan tak merepotkan orang lain.

Reza menghembuskan napasnya lelah. Ya lelah, karena sikap Dara yang selalu tak ingin merepotkan siapapun. Dalam benaknya apa sebenarnya posisinya di hati Dara. Apakah Dara tak menganggapnya sebagai pacar bahkan tunangannya. Ah lagi lagi pikiran macam itu membuat Reza frustasi sendiri.

" Okee.. sekarang kamu makan buburnya ya." Ucap Reza. Dara menggeleng tak mau.

"Aku nggak laper Za." Balas Dara membuat Reza berdecak sebal.

"Aku bosan di sini. Aku mau pulang aja ya?" Reza membulatkan matanya tak suka. Baru juga sadar dari koma, Dara malah meminta pulang.

"Nggak. Tunggu sampai kamu benar benar sehat." Jawab Reza cepat.

"Tapi aku bosan Za di sini terus." Reza tak tega melihat raut wajah Dara yang cemberut. Apalagi akhir akhir ini ia jarang sekali melihat senyum manis di bibir Dara, hanya senyuman penuh kesedihan dari bibir Dara. Reza rindu senyuman manis Dara. Ya sangat rindu.

"Kita ke taman aja gimana?" Senyum Dara merekah. Segera dianggukan kepalanya menyetujui Reza. Reza merasa lega karena Dara tersenyum bahagia. Reza segera mengambil kursi roda di sudut ruangan itu.

Digendongnya tubuh Dara dan diletakkan di kursi roda tak lupa juga Reza meletakkan infus Dara di samping kursi rodanya.

"Let's go!!" Ujar Dara bersemangat membuat Reza terkekeh pelan karena tingkah Dara yang kayak anak anak. Reza mendorong kursi roda Dara pelan. Hampir semua pandangan orang di koridor rumah sakit memandang mereka berdua. Romantis. Itulah tanggapan mereka. Reza tetap mendorong kursi roda Dara tanpa menghiraukan pandangan orang orang di rumah sakit.

My Possesive BoyfriendWhere stories live. Discover now