4. [MPB] Reza ngeselin

199K 12.7K 460
                                    


Dengan kesal Dara melempar tas ranselnya ke meja. Sontak membuat Eva yang sedang memainkan ponselnya kaget. Dara duduk di samping Eva. Kepalanya ia taruh di atas meja dan menutup matanya untuk mengurangi kekesalannya. Bagaimana tidak kesal, Dara harus bangun jam 5 pagi akibat ulah Reza. Dara seakan ingin mengangkat tangannya menyerah dengan sikap Reza itu. Lagi lagi helaan napas panjang terdengar oleh Eva.

"Lo kenapa sih? Dateng dateng langsung masang wajah gitu. PMS Lo? Eh iya tumben banget lo dateng pagi pagi gini, biasanya jam tujuh baru dateng." Cerocos Eva. Dara menegakkan kepalanya, wajahnya masih merah menandakan amarah terpendam.

"Va, Reza kebangetan tahu nggak. Masa jam 5 udah nangkring di kamar gue. Terus ya nyeret nyeret gue buat mandi. Alhasil gue tiba di sekolah pagi bangetkan. Masih ngantuk lagi gue." Dara emosi menceritakan kejadian pagi tadi.

"Lo itu beruntung Ra punya pacar kayak Reza. Udah ganteng, jenius, perhatian, nurutin apa yang lo mau dan kaya raya lagi. Siapa yang nggak beruntung sih." Dara berdecak sebal pada Eva. Bisa bisanua ia bilang 'nurutin apa yang lo mau'. Kalau untuk 'ganteng, jenius, perhatian dan kaya' Dara fine fine aja tapi masalahnya untuk 'nurutin apa yang lo mau' itu adalah bulshit belaka. Nggak semua permintaannya diturutin oleh Reza. Reza selalu melarang ini itu pada Dara seakan akan Dia tahu apa yang terbaik untuk Dara.

"Nurutin apa yang gue mau, yakali Va." Ulang Dara.

"Gue lama lama capek tahu nggak Va. Gue ingin udahan aja deh sama Reza. Gue..."

"Stop Ra. Jangan diterusin." Eva dengan cepat memotong ucapan Dara.
"Lo nggak ingat waktu lo minta putus sama Reza?" Tambah Eva.

Dara mengingatnya. Dara pernah meminta putus pada Reza. Setelah mengatakan keinginannya itu, Reza menolak mentah mentah keinginan Dara. Dara berusaha membuat pengertian pada Reza, tapi tak berhasil. Reza mengancam akan bunuh diri kalau Dara meninggalkannya. Awalnya Dara sama sekali tidak percaya, tapi 3 hari kemudian Dara percaya. Dara menerima telepon dari pelayan rumah Reza bahwa tuannya sudah tiga hari tak keluar dari kamar. Dara kaget dan lansung ke rumah Reza. Andai Dara tak datang tepat waktu malam itu sudah dipastikan nyawa Reza sudah melayang. Ya Reza hampir menusukkan pisau ke lehernya. Entah apa yang membuat Reza mencintai Dara sampai segitunya, sampai sampai ia lebih mencintai Dara dari pada hidupnya.

Sejak saat itu Dara mulai membukakan hatinya pada Reza. Dara akan menerima cinta dari Reza. Kadang Dara bingung, apa yang membuat Reza begitu mencintainya. Pernah Dara bertanya soal alasan Reza mencintai dirinya, dan saat itu Reza mengatakan kalau cinta itu nggak butuh alasan. Hidup di dunia ini memang butuh alasan, tapi mencintai nggak butuh alasan. Karena alasan hanya akan membuat cinta itu bertahan sementara.

"Terus gue harus gimana dong Va?" Dara mulai frustasi.

"Lo cinta nggak sama Reza?" Tanya Eva balik.

"Iya gue cinta sama Reza. Tapi.."lagi lagi ucapannya terpotong oleh Eva.

"Nah itu masalahnya. Lo itu selalu beramsusi bahwa dia itu ngatur hidup lo. Padahal itu demi kebaikan lo juga kan." Dara mengerutkan dahinya bingung.

"Gini deh Ra, coba lo inget inget lagi. Reza selalu nyuruh lo sarapan padahal lo nggak suka yang namanya sarapan karena dia tahu lo itu punya penyakit maag, dia nggak mau maag lo kambuh. Terus dia bangunin lo pagi pagi supaya lo nggak kebiasaan kesiangan mulu. Terus nih ya, Reza nglarang lo buat nyetir biar lo nggak celaka. Masih banyak lagi Ra perhatian perhatian kecil yang diberikan Reza buat lo. Gue aja pengen punya pacar kaya Reza." Panjang lebar Eva menjelaskan. Dara paham apa maksud Eva. Tapi sebagian dirinya nggak menerima perlakuan Reza yang terlalu over.

"Ya sih bener kata lo. Tapi tetep aja gue kesel sama dia. Gue pengen dia kesel sama gue. Masa gue terus yang kesel sama dia." Eva menghela napasnya melihat kekesalan Dara.

"Oke oke. gue punya ide." Mata Dara langsung berbinar.

"Apa Va?" Tanyanya semangat

"Lo pernah porotin hartanya Reza nggak?" Tanya Eva. Dibales anggukan oleh Dara.

"Lo pasti minta beliin baju, sepatu dan tas, gitu aja kan? Coba sekali kali yang lebih ekstrim gitu pasti dia kesel sama lo" Tebak Eva.

"Ya kali Va. Itu nggak akan membuat Reza kesal. Gue udah pernah minta beliin mobil sport keluaran terbaru, apartement bahkan rumah pun Reza beliin buat gue." Ucapan Dara membuat Eva cengoh.

"WHAT!!!. Jadi lo pernah minta beliin itu? Dan Reza nurutin elo?" Dara menganggukkan kepalanya lemah.

"Kalau gitu nggak ada pilihan lain selain sabar mengahadapi Reza." Putus Eva. Dara makin kesal. Satu satunya penolongnya menyerah juga.

Di sinilah Dara sekarang. Memainkan bola basket dan memasukkannya ke dalam ring. Dara berada di rooftop sekolahnya. Di rooftop ini terdapat ring basket jadi Dara bebas memainkannya. Sedari tadi ponselnya bebunyi, Dara membiarkannya tanpa melihat siapa yang meneleponnya. Ia tahu pasti Reza meneleponnya. Entah sudah berapa kali ponselnya berbunyi, pasti Reza kesal karena Dara tak mengangkatnya.

Dara ingin menenangkan pikirannya yang masih kacau. Makin lama hubungannya sama Reza makin muak. Dara lelah dengan sifat over Reza. Ia ingin tenang dulu sebelum bertemu Reza. Dara sangat bersemangat sekali memasukkan bola ke ring. Sampai sampai ia salah melangkah dan akhirnya kakinya kesleo. Dara memekik kesakitan. Dara berjalan ke tempat duduk warna putih.

Dara meringis menahan sakit di kakinya yang kesleo. Lagi lagi ponselnya berdering sudah 26 panggilan tak terjawab dari Reza. Dirasa kesalnya udah mendingan Dara mengangkat ponselnya, di sebarang sana Reza mulai ngomel nggak jelas lagi. Akibat kakinya yang masih sakit, Dara meringis sampai terdengar suara kekhawatiran di sana.

"Kamu kenapa sayang?"

"Aku nggak papa kok"

"Katakan kamu di mana sekarang?"

"Di rooftop Za."

Reza memutuskan sambungan sepihak. Dara kembali meringis kesakitan. Dalam hatinya ia menebak kurang dari 5 menit Reza akan sampai ke sini dan marah marah lagi sama dia.

Dan benar sekali tebakan Dara. Kurang lima menit Reza sudah tiba menghampiri Dara di tempat duduk. Entah kekuatan apa yang membuat Reza bisa dengan cepat sampai di rooftop, Dara tak memperdulikannya. Raut wajah Reza sungguh tak mengenakan. Lagi lagi Dara harus menerima omelan Reza. Reza marah kepada Dara karena teleponnya tak diangkat.

"Terus kenapa tadi kamu meringis kesakitan. Apa yang yang sakit?" Tanya Reza lembut diiringi kekhawatiran.

"Aku nggak kenapa napa Za. Awhh..." tak sengaja Reza menyenggol kaki Dara. Membuat Dara meringis lagi.

Reza yang langsung tahu kalau kaki Dara sakit, ia membungkuk melihat kaki Dara.

"Astaga Dara ini kenapa kaki kamu bisa gini sih?" Tanya Reza masih melihat kaki Dara yang memerah akibat kesleo.

"Cuma kesleo doang Za" jawab Dara. Reza mengeluarkan ponselnya, dan menelepon seseorang.

"Cepat panggilkan dokter, suruh dia ke UKS. Lima menit dokter itu belum datang, saya pecat kamu." Reza menutup teleponnya.

"Za..sumpah ini nggak kenapa napa. Ngggak usah berlebihan gitu dong." Dara merengek. Reza tak menanggapi perkataan Dara. Ia langsung menggendong Dara ala bridal style. Dara memekik kaget dan langsung mengalunkan tangannya di leher kekar Reza.

Dara hanya bisa diam dan menyembunyikan kepalanya di dada bidang Reza. Dara sangat malu karena di setiap koridor banyak pasang mata melihatnya. Berkali kali Dara menyuruh Reza menurunkannya tapi tak digubris oleh Reza. Dan Reza dengan santai dan dengan wajah datar nan dingin masih berjalan menuju UKS. Sungguh hari yang memalukan bagi Dara.

Tbc.

Tinggalkan jejak readers🐾🐾

Vote

Vote

Vote

Coment

Coment

Coment

Happy reading all...

My Possesive BoyfriendWhere stories live. Discover now