"God! Help me!" ucap Cathrine dalam hati.

"Jangan mendekat atau kalian akan melihat gadis ini terluka!" ucap pencopet itu dengan lantang.

Semua orang ketakutan dan tidak ada yang berani menolong Cathrine.

Tiba-tiba saja dari arah belakang, seorang laki-laki yang memakai jas berwarna biru merampas pisau dari tangan si pencopet.

"Hei kau! Jangan ikut campur! Kembalikan pisauku!" ucap pencopet itu.

L

aki-laki penolong tadi tertawa kecil. "Melihat nada suaramu, sepertinya kau ketakutan sekarang."

Pencopet itu berusaha mencuri tas Cathrine.

"Hei lepaskan tasku!" ucap Cathrine.

Laki-laki tadi langsung bergerak sedikit mendekat dari pencopet tadi, dan di tendangnya dari belakang.

Pencopet itu terhuyung-huyung. Cathrine dengan cepat menghindar dari pencopet itu sebelum pencopet tadi jatuh.

Laki-laki penolong tadi menaruh kakinya di atas punggung sang pencopet.

"Pergilah sebelum aku menelepon polisi untuk menangkapmu!" ucap laki-laki tadi.

Sang pencopet berdiri lalu berlari dengan kencang menjauh dari keramaian. Semua orang yang tadi menonton mulai menjauh dari TKP.

Nenek tadi dengan anak kecil itu berjalan ke arah Cathrine dan laki-laki yang menolongnya.

"Terima kasih banyak," ucap nenek itu lalu berjalan menjauhi mereka.

Laki-laki itu menatap ke arah Cathrine. "Kau terluka?" tanyanya.

Cathrine bergerak gelisah. "Aku tidak apa-apa. Hmm.. Siapa namamu?" tanya Cathrine penasaran.

"Roy," sahutnya. "Siapa namamu?" tanya Roy lalu mengulurkan tangannya.

Cathrine menyambut uluran tangan Roy. "N-Namaku Cathrine, biasa dipanggil Ririn," jawab Cathrine terbata-bata.

Cathrine tidak menyangka akan di tolong oleh laki-laki tampan yang ia lihat tadi.

Roy tersenyum pada Ririn. "Salam kenal," Cathrine tersenyum kepada Roy.

Roy melepaskan pegangan tangannya dari tangan Ririn.

"Lain kali kau harus lebih berhati-hati," ucap Roy.

Cathrine mengangguk gugup. "Ya."

Tiba-tiba ada tangan seseorang yang memegang tangan Cathrine. Cathrine tersentak lalu melihat ke arah tangannya. Teresa disana.

"Kak, ayo pulang!" ucap Teresa.

"Iya. Oh Roy, aku..."

Ketika Cathrine ingin mengangkat wajahnya, disana tidak ada orang. Roy sudah pergi dari sana.

Padahal Cathrine ingin mengucapkan terima kasih dan berpamitan padanya. Tetapi sepertinya Roy pun tidak berpamitan pada Cathrine.

"Kenapa kak?" tanya Teresa.

"Oh. Tidak ada. Yuk!" ucap Cathrine lalu tersenyum pada Teresa.

Cathrine pun pulang bersama Teresa ke rumah.

-----

Sesampai Cathrine dirumah, ia mandi lalu bergegas tidur. Tetapi seperti biasa, sebelum tidur Cathrine menulis diary terlebih dahulu. Ia menceritakan bahwa hari ini ia bertemu pria bernama Roy di pasar malam.

Selesai menulis diary, Cathrine menyikat gigi di toilet lalu berjalan ke arah tempat tidurnya.

Cathrine naik ke atas tempat tidurnya lalu ia langsung memejamkan matanya.

-----

Cathrine mengerjapkan matanya ketika ada cahaya yang masuk ke dalam matanya.

Ia membuka matanya dengan lebar. Ia melihat sebuah ruangan putih dan tidak ada apa-apa disana.

Cathrine berjalan pelan-pelan menyusuri ruangan putih itu. Tiba-tiba ia melihat ada Roy disana. Roy sedang meringkuk di atas lantai.

Melihat itu, Cathrine langsung berlari ke arah Roy.

Tetapi semakin jauh ia berlari, semakin jauh juga keberadaan Roy.

"Roy!" panggil Cathrine.

Setelah beberapa saat, ruangan putih itu menjadi sangat terang.

Cathrine menutup matanya. "Roy!" teriaknya ntah kepada siapa.

-----

Cathrine terbangun dan langsung terduduk dengan nafas terengah-engah.

Cathrine melihat ke sekelilingnya dan ia baru menyadari bahwa tadi ia hanya bermimpi.

Cathrine mengambil gelas berisi air putih yang berada di atas nakas sebelah tempat tidurnya.

Cathrine meminum air itu dengan cepat dan menaruhnya lagi.

"Kenapa aku memimpikan Roy?" batin Cathrine.

You Are My Happy EndingOù les histoires vivent. Découvrez maintenant