Better Than Almost Anything (1)

Start from the beginning
                                    

"Tidak. Ini hanya vitamin." Angel masih berusaha berkelit.

"Kalau hanya vitamin kenapa kau tidak mau memberikannya?"

"Ini benar-benar vitamin." Angel kembali berkilah.

"Tidak. Itu pasti RU-486."

"Apa?" Angel sekarang mendelik ke arah Sophie. Matanya mengirimkan tatapan tak percaya. Bagaimana Sophie bisa tahu pil jenis apa yang kini ada di tangannya? Rasanya seperti tertangkap basah.

"Obat aborsi." Sophie memperjelas. "Kalau kamu butuh penjelasan."

Angel terhenyak. Tangannya gemetar, keringat di tengkuk mulai timbul. Kenapa ibunya tahu jenis obat apa ini? Apakah wanita ini pernah memakainya sebelumnya? Untuk mengaborsi dirinya dari rahimnya saat itu?

Pertanyaan itu berputar di dalam benaknya. Matanya terbelalak sesaat sebelum wajahnya kembali datar. Dia menggenggam obat itu semakin erat di tangan.

"Bagaimana Ibu tahu kalau ini obat aborsi? Apa Ibu pernah meminumnya?"

Ekspresi kaget kini berpindah ke wajah Sophie. "Ti—tidak."

"Kalau begitu, bagaimana Ibu tahu?"

"Angel, dengarkan Ibu. Jangan jadi pembunuh!"

"Apa? Pembunuh?" Angel mengeluarkan dengusan tak percaya. "Sejak kapan Ibu menjadi salah satu Santa?"

Sophie menatap tajam ke arah gadis itu. "Bayi itu tidak berdosa."

"Kalau tidak berdosa kenapa? Apa aku harus mengandung anak sialan ini dan melahirkan—"

Kalimat Angel terhenti satu tamparan keras mendarat di pipinya. Mata Angel kini memeletot dan memandangi Sophie tanpa berkedip. Dia marah, kesal, benci diperlakukan begini dan ingin balik memaki. Namun, bibirnya tetap terkatup dalam diam.

"Tidak ada kalimat sialan di belakang kata 'anak', Angel."

"Kalau begitu aku apa? Aku juga anak yang enggak pernah Ibu inginkan? Bukankah aku tidak jauh beda dengan bayi ini?"

"Kata siapa?"

"Kenyataannya begitu, kan?" tukas Angel tidak mau kalah.

"Oke, oke, setidaknya pikirkan dulu."

"Sampai kapan? Sampai aku harus melahirkan?"

"Kehamilanmu baru sembilan minggu, masih ada beberapa minggu buat berpikir."

"Lalu setelah itu apa?" Angel memiringkan kepala dan memicingkan mata. "Jangan-jangan Ibu memaksaku melahirkkan agar aku memperlakukan anak ini sama seperti Ibu memperlakukanku?"

"Buat apa Ibu melakukan itu, Angel? Jangan konyol!"

"Semacam hukuman karena karma."

"Astaga! Kamu ini kreatif sekali, ya!" cibir Sophie. "Satu hal yang aku inginkan agar kamu enggak menyesal. Kamu bisa menyayangi anak itu, Angel."

"Omong kosong!" sahut Angel dengan suara gemetar.

"Itu benar. Kalau tidak, untuk apa aku repot-repot membawamu ke rumah sakit saat kamu terluka dua hari lalu kalau hanya untuk membiarkanmu membunuh bayi itu?"

"Kalau begitu kenapa kamu repot-repot menolongku?"

"Kamu bisa melahirkan dan membesarkan anak itu, Angel. Kamu mencintai bayi itu, kan?"

"Menyayangi bayi ini katamu? Itu tidak mungkin. Aku tidak akan pernah menjadi ibu yang baik karena ibuku sendiri tidak baik."

"Makanya kamu bisa coba jadi ibu yang baik, Angel."

Better Than Almost AnythingWhere stories live. Discover now