Trail Mix

654 85 0
                                    


Suasana panti asuhan mulai sepi ketika anak-anak itu mulai tertidur. Hanya Hose yang bersikeras untuk tidur bersama Elliot. Anak lelaki kini terlelap dengan bibir sedikit terbuka. Akhirnya Hose tidur juga setelah melancarkan pelukan maut. Bibir Elliot mengulum senyuman sambil menyentuh noda cokelat di pipi anak lelaki itu. Dia lalu melirik ke arah Angel yang duduk di sampingnya.

Angel yang menyadari lirikan Elliot hanya bisa menunduk. Dia tidak bisa menghindari tatapan pria itu karena sekarang sedang memangku satu anak perempuan yang kini sudah sampai di alam mimpi. Gadis kecil di pangkuannya itu kini mendengkur pelan.

"Kamu sering datang kemari?" Elliot menatap Angel yang masih menepuk kepala salah satu anak panti asuhan dengan sayang.

"Kamu sendiri tidak sibuk?" Angel balik bertanya.

Elliot terkekeh pelan. "Aku sudah pulang kerja."

"Oh." Mata Angel kini mengarah pada Hose yang sedang tertidur di pangkuan Elliot.

"Kalau kamu lelah, aku akan memindahkannya."

Elliot menggeleng. "Biarkan saja."

Angel melirik diam-diam. Pria itu kini tersenyum riang sambil mengusap kepala Hose. Dia bukanlah pria yang buruk seperti yang dia katakan. Dia jauh dari kesan jahat. Angel meraih tasnya, merogoh bagian dalam dan mengulurkan satu batang cemilan pada pria itu.

"Apa ini?"

"Trail mix, aku membuatnya bersama Martha sore tadi. Kurasa cukup lumayan untuk menahan kantuk."

"Makasih, Angel."

Elliot meraihnya dan langsung memasukkannya ke dalam mulut lalu mulai mengunyah. Angel juga menggigit satu batang cemilan berbahan dasar kacang-kacangan itu. Satu gigitan saja bisa membuat makanan itu pecah di mulut dan menimbulkan suara nyaring dalam keremangan ruangan. Sekarang yang terdengar hanya suara kunyahan yang bergantian antara dirinya dan Elliot.

"Kalau begitu, apa alasanmu datang ke tempat ini?" Angel tiba-tiba saja membuka percakapan di sela kunyahan.

Elliot mengarahkan manik biru gelapnya untuk menatapmya lekat-lekat. "Kamu ingin jawaban jujur?"

"Terserah mau menjawab jujur atau tidak. Toh, aku tidak bisa menilai kamu memberikan kejujuran atau dusta," sahut Angel. Jawabannya mungkin terkesan menyebalkan, tetapi dia sama sekali tidak peduli.

"Aku akan mengikutimu kemauanmu, Angel," sahut Elliot pendek.

"Apa?" Angel menoleh kaget, menelan ludah saat tidak tahu bagaimana harus bereaksi.

Elliot tersenyum. "Kamu akan menuduhku pendusta kalau aku mengatakan kebetulan saja aku ada di sini." Pria itu tersenyum lagi. "Jadi aku jujur, aku mengikutimu. Rasanya kamu enggak perlu bertanya kenapa karena aku yakin kamu sudah tahu jawabannya."

"Aku hanya tidak tahu harus bilang apa," tukasnya jujur.

"Kamu enggak harus mengatakan apa pun, Angel. Kamu hanya cukup menerima rayuanku, bagaimana?"

Angel mendengkus. Elliot sudah sering mengatakan hal semacam itu jadi dia sama sekali tidak terpengaruh. Jemarinya meraih sebatang Trail mix lalu mengunyahnya dengan keras saat Elliot tertawa pelan.

"Mengejek?" tanya Angel di sela kunyahan.

"Enggak kok. Lagi berpikir."

"Sambil tertawa?"

"Iya, kan aku bisa berpikir sambil menangis juga."

Oke, menyebalkan. Namun, jawaban yang diberikan oleh Elliot itu tidak salah dan tidak bisa dipersalahkan juga. Angel hanya sebal karena lagi-lagi dirinya kalah dari pria itu.

Better Than Almost AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang