Devil Cake (2)

148 32 0
                                    


Ponsel itu berdering pelan, satu pesan masuk. Elliot menjatuhkan tangannya yang sejak tadi ditaruh di atas kening, demam tinggi memang merobohkannya selama tiga hari belakangan. Selama itu pula dia masih tenggelam dalam mimpi buruk. Hanya saja mimpi itu lebih jelas kali ini. Jeritan Angel lebih melengking dan tangisannya lebih pilu dari sebelumnya.

Benda itu kembali berdering. Elliot menggapai benda yang kini berada di atas nakas dengan malas. Tidak ada pesan dari orang yang diharapkannya, kemungkinan terbesar hanya masalah pekerjaan. Elliot sedang malas menanggapi apa pun, tetapi jemarinya tetap bergerak lambat mengetuk layar ponsel. Jantungnya seketika berdegup kencang. Senyuman mengembang di bibirnya, hatinya membuncah. Ternyata pesan dari Angel.

Aku tunggu di danau sore ini.

Angel akhirnya mau bertemu setelah seminggu terakhir gadis itu benar-benar menolaknya. Matanya melirik sesaat ke arah jendela, matahari mulai turun di ufuk barat. Mungkin Angel sudah menunggu di sana sekarang.

Eliiot buru-buru bangun, melupakan semua rasa sakit yang mendera. Kepalanya masih berat, tapi mungkin tidak ada lain kali jika ini berurusan dengan gadis itu. Elliot membuka almari dan menyisir kemeja yang berderet rapi. Memilih satu kemeja, dia harus tampak baik-baik saja. Meskipun, bayangannya di cermin mengatakan kalau dirinya bisa pingsan kapan saja. Elliot mendesah pelan, dia tidak boleh menyerah sekarang.

"Ah, ya. Hadiah. Aku juga harus bawakan Angel hadiah."

Tidak membutuhkan waktu lama sampai Elliot bersiap dan mampir sebentar di toko pinggir jalan untuk membeli hadiah. Sekarang dia sudah berjalan menyusuri jalan menuju danau. Senyuman tidak lepas dari wajahnya saat sesekali mengangkat kotak ukuran sedang berwarna ungu di tangannya. Meski dia sendiri tidak yakin, apakah dia sudah memilih hadiah yang tepat. Setidaknya dia sudah berusaha. Dia mempercepat langkah kala melihat sosok Angel yang duduk di salah satu bangku tepat di tepian danau. Berdeham pelan, berusaha suaranya terdengar biasa aja.

"Hei, sudah lama?" Elliot berusaha menyapa sesantai mungkin, meski sorot tajam gadis itu kini memindai wajahnya.

"Belum," sahut Angel dingin sambil menggeser tubuhnya sedikit agar Elliot bisa duduk. Gadis itu menyodorkan satu gelas kopi kemasan yang dibawanya dari Kiandra.

"Kamu bawa kue?" Senyuman mengembang di bibir Elliot.

"Iya," Angel mendorong kotak kue berisi potongan kue berwarna hitam dengan topping krim putih di atasnya. Warna yang kontras.

Elliot meraih satu potong kue lalu mengunyahnya. Selain dia lapar karena belum makan sejak pagi, dia juga berharap semua tindakan itu bisa mencairkan ketegangan yang mengambang di udara. Keheningan itu berlanjut hingga beberapa menit berikutnya. Hanya suara kunyahan dan tegukan yang terdengar di sekitar. Baik Angel maupun Elliot sama-sama tidak bicara.

"Apa kamu tahu nama kue cokelat ini, El?" Angel menunjuk beberapa potong kue di dalam kotak.

Elliot gagal menyembunyikan senyuman kecil di bibirnya. Mungkin Angel tidak semurka yang dipikirkannya selama ini. "Devil cake?"

"Nama yang mengerikan, bukan?" Angel menimpali.

"Iya."

"Kamu tahu kalau dulu aku sempat berpikir kamu adalah angel food. Kamu begitu rapuh, putih dan tampak berharga. Makanya aku sempat tidak pernah percaya kala kamu mengatakan kamu mirip devil cake. Bodohnya aku, padahal kamu sudah mengatakan semua itu sebelumnya."

"Aku memang buruk, Angel." Elliot menyetujui.

"Kupikir kamu dulu malaikat, tapi kalau dipikir ulang dalam cerita juga hanya butuh sedikit waktu untuk para malaikat terbuang melayang dari nirwana dan jatuh ke dunia."

Better Than Almost AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang