Gummy Bears

600 89 0
                                    


Anak lelaki mungil itu mengangguk perlahan. Tersenyum malu-malu sambil memilin jemari. Mata birunya berbinar, menatap penuh harap. Sementara itu, Elliot sesekali melirik Angel lalu anak itu. Terlalu bingung untuk bereaksi. Anak-anak itu sensitif, tetapi dia hanya tidak tahu harus mengatakan apa, Dia sama sekali tidak ingat pernah memiliki seorang anak lelaki berusia sekitar tujuh tahun. Tidak ada mantan pacarnya yang hamil sejauh ini. Setidaknya tidak ada yang memberitahunya untuk sekedar mengatakan kalau dia resmi menjadi ayah. Di atas semua itu, kejadian ini berlangsung di depan Angel. Apa yang akan dikatakannya pada gadis itu?

"Hose, dia bukan ayahmu."

Elliot melongo mendengar perkataan Angel. Baru beberapa menit setelahnya, dia bisa mendesah lega untuk alasan yang tidak jelas. Entah lega dia gagal menjadi ayah, atau lega karena Angel mengambil sikap tegas terlebih dahulu.

"Bukan. Dia ayah."

"Hose!" Angel mendesis.

"Kamu sendiri yang bilang kalau kami memiliki seorang ayah yang baik di luar sana." Anak kecil bernama Hose itu mulai mengeluarkan argumen.

Tatapan Angel yang semula berada di wajah Elliot kini berpindah ke arah Hose. Mata cokelatnya menyorot tajam ketika memperhatikan anak kecil yang kini tengah mengerucutkan bibirnya tidak senang.

"Dia belum datang." Angel menarik napas lelah.

"Kamu juga bilang Ayah akan datang pada hari keempat belas pada bulan ini. Aku menghitung. Iya kan, Ayah?" Hose kali ini memandangi Elliot dengan matanya yang bulat.

"Iy—iya," Elliot tergagap, menggaruk kepalanya dengan kebingungan.

"Kan, aku bilang juga apa." Suara kecil Hose melengking.

Tangan kecilnya menarik mantelnya, tepat ketika Elliot menunduk. Sekarang dia jadi harus memperhatikan anak yang kini masih bergelayut nyaman di kakinya. Anak lelaki itu memamerkan deretan gigi yang tonggos dan menghitam. Namun, deretan giginya yang nyaris memburuk itu tidak mengurangi kadar imut di wajahnya.

"Hose, tolong jaga sikapmu!"

"Biarkan saja, Angel." Elliot menengahi. Dia kemudian berjongkok dan menangkupkan tangannya yang gemetar di pipi tembem Hose. "Kamu benar, Hose. Ini Ayah."

Senyuman Hose berubah menjadi tawa lebar lalu dia memeluk Elliot. "Ayah. Aku kangen."

"Ya." Elliot berbisik pelan di telinga Hose.

"Apa Ayah tahu berapa lama kami menunggumu?"

Elliot menatap Angel, gadis itu hanya hanya mengangguk. Mungkin sejenis tanda kalau dirinya harus ikut ikut bermain dan berpura-pura bersama Hose.

"Berapa lama?"

"Selamanya." Hose mulai meracau lalu melepaskan pelukannya.

"Selama itu?" Elliot menaikkan salah satu alisnya. Menahan geli, Hose tampak menggemaskan saat mengucapkan kata 'selamanya'. Dia pasti tahu betapa selamanya adalah waktu yang sangat panjang. Jauh lebih panjang dari usianya sekarang.

"Ya."

"Wah, aku tidak tahu kalau kamu menunggu selama itu?"

Hose menggerakkan kepala pirangnya membentuk gerakan berayun berulang. "Ayah kok tidak tahu kalau aku menunggu, padahal aku berdoa setiap malam?"

Elliot tercekat, kebingungan untuk mencari jawaban. Namun, sebanyak apa pun dia berusaha dia tidak menemukan satu kata pun untuk berkilah.

"Maaf, Hose," katanya nyaris tanpa suara sementara jemarinya mengusap kepala anak kecil di dekatnya itu.

Better Than Almost AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang