Banana Chocolate (2)

436 55 2
                                    


"Iya, aku suka kamu, Angel. Makanya aku memintamu menjelaskan produk kedai kalian."

Angel terdiam lagi setelah mendengar penjelasan dari Mr. Evans. Ah, suka karena karena urusan bisnis. Astaga, dia sudah berpikir yang tidak-tidak.

"Anda ini pintar sekali berbohong?"

"Apa maksudmu?"

"Anda jelas tidak menyukaiku, Mr. Evans." Angel menatap wajah pria di depannya yang kini tersenyum lembut.

"Kata siapa?"

Hah? Kata siapa katanya?

Oke, jadi Mr. Evans menyukainya, tetapi dia tidak punya jawaban apa pun untuk merespon. Dia juga tidak bisa terang-terangan mengambil kesimpulan kalau pria itu membenci atau malah menyukainya.

"Tapi, aku tahu kalau kamu enggak suka sama aku, Angel."

Angel terperangah sekarang. Dia memang tidak menyukai orang ini, tetapi kalau diserang secara langsung begini tetap membuatnya kelabakan. "Ka—kalau begitu kenapa?"

"Kita bisa memulai hubungan dengan rasa benci terhadap sesuatu," sahut Mr. Evans dengan suara pelan. "Seperti pisang yang kubenci dan permusuhanmu dengan cokelat. Mungkin suatu hari kita bisa menaklukkan kebencian itu dan menikmati kue ini bersama-sama tanpa rasa ingin menyingkirkan satu sama lain."

Alis Mr. Evans terangkat di akhir kalimat. Bibirnya tertarik ke samping, membentuk senyuman. Memamerkan giginya yang mirip biji mentimun. Gigi itu berbaris rapi tanpa satu pun yang tampak nakal dan salah tempat. Untuk saat ini, detik ini juga, Angel harus mengakui kalau Mr. Evans memang rupawan. Pikiran liar itu membuat Angel mengeluarkan deheman pelan. Suara kecil yang muncul itu membuat pria itu mendadak terlihat tersentak.

"Nah, Bagaimana kalau kita mulai makan?" katanya.

"Anda benar, kita harus mulai makan sekarang karena kue sudah lama didiamkan," ucap Angel sembari mengambil satu potong pisang di atas kue. Tanpa menunggu lebih lama, dia memasukan potongannya ke mulut lalu mengunyah. Rasa manis pisang pecah di mulut. Teksturnya yang lembut rasanya seperti bermain-main di atas giginya.

"Manis?" Mr. Evans kembali tersenyum.

"Iya."

"Ngomong-ngomong aku ingin mengenalmu lebih jauh, selain tentang pekerjaan."

"Itu tidak ada gunanya," tukas Angel cepat.

"Tentu saja ada gunanya. Kita bisa mulai saling mengenal dari sekarang. Mungkin wujud awal kerjasama untuk dessert."

"Itu hanya mencari alasan."

"Memang."

Oke, Mr. Evans mengaku kalau dirinya hanya sedang mencari alasan saja. Tetapi, kenapa tidak berkelit.

"Kenapa?" Angel tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.

"Karena kamu menarik."

"Itu konyol." Angel nyaris tersedak pisang yang baru saja di telannya.

"Mungkin. Tapi, Pria berbeda dari wanita. Wanita bisa mencintai karena biasa. Kaum kami agak primitif, kami hanya mendekati wanita yang menarik perhatian, tidak dengan yang lain."

"Kamu hanya mengada-ada."

Mr. Evans kini menatapnya lekat-lekat. Ujung jarinya mengetuk permukaan meja hingga terdengar bunyi yang teratur. "Tentu saja tidak. Analoginya sama seperti kuemu, bagaimana kamu bisa membuat produk yang bahkan belum terlalu populer untuk masuk ke dalam menu hotel bintang lima?"

Better Than Almost AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang