"Jika dalam seminggu aku tidak pulang, maka kau harus membocorkan sebuah berkas di dalam flash disk itu ke publik. Dan aku pinta kau mengurus segala yang berhubungan dengan perusahaan selama aku pergi." Terang Arka.

Kini mata Vico beralih ke Arka, "Lo mau kemana?" tersirat kecemasan di suaranya.

"Pergi ke tempat dimana nasibku ditentukan. Jaga flash disk itu dan seandainya aku tidak kembali setelah dua minggu, hapus semua informasi yang ada di komputerku. Karena jika perusahaan lain mengetahui aku tidak di ada di perusahaan dalam waktu lama, maka mereka akan berlomba-lomba mencuri data perusahaan kita." Arka bangkit dari duduknya, bersiap-siap untuk pergi.

"Kutitip Karin denganmu sementara." ucapnya sambil menepuk pundak sahabatnya itu pelan.

"Apa sebenarnya yang terjadi?" Vico ikut berdiri sehingga pandangan mereka bertemu.

"Tidak, hanya saja aku takut aku tidak bisa melihat Karin, melihatmu dan semua yang kusayangi di dunia ini. Oh, dan satu lagi. Jika dalan sebulan aku tidak kembali, maka datanglah kepada ayahku dan dia akan memberitahumu apa yang harus kau lakukan."

"Arka, apa sebenarnya yang terjadi?" tanya Vico ulang, tetapi kekhawatiran sangat terlihat kentara diwajahnya.

"Tidak ada apa-apa. Aku percaya padamu. And see you next week." Arka melangkahkan kakinya meninggalkan Vico dalam kebingungan.

"I hope I can see you again, ma bro." gumamnya kecil.

***

"Apakah kau sudah melakukannya?" seorang dengan sebuah rokok ditangannya bertanya ketika menyadari kehadiran seseorang di ruangannya.

"As you want. Tapi untuk apa kau melakukannya?" tanya  Lucci sembari duduk disamping Gria.

"Hanya bermain-main."

"Mengapa kau juga mengincar gadis bernama Karin itu padahal yang kau ingin habisi adalah suaminya?" Lucci memberanikan diri bertanya. Dia merasa dia perlu tahu karena dia juga sudah berjanji akan menuruti kemauan Gria selagi itu masih sebatas wajar.

"Jika bukan karena dia, aku tidak akan kesulitan membawa Arka kembali padaku. Aku harus menghabisinya terlebih dahulu agar impianku terwujud."

Lucci mengangguk kecil, "Lalu seandainya kau berhasil mewujudkan impianmu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya?"

"Entahlah, tetapi aku harus mewujudkannya sebelum publik mengendus sesuatu dariku."

"Mengendus sesuatu?" tanya Lucci mengulang.

"Itu bukan urusanmu, kau hanya harus mengikuti permintaanku." jawab Gria mulai kesal karena merasa seakan diintrogasi.

***

Arka membuka pintu kayu yang sudah sangat lama semenjak terakhir dia berada di rumah itu. Rumah yang pernah menjadi bagian dari hidupnya.

"Zoe, apakah kau disini?" Arka berteriak dan akhirnya orang yang sudah hampir 5 tahun tidak ditemuinya lagi, menampakkan diri.

"Hei Arka, apa kabar? Angin apa yang membawamu kemari?" Pria bernama Zoe itu langsung mengajak Arka high five.

"Aku sedang membutuhkan bantuanmu."

Zoe tertawa, "Kau hanya muncul saat membutuhkanku, apa gerangan kali ini?"

"Ayolah kawan, karena untuk ini, hanya kau yang terbaik yang pernah aku ketahui." Arka tersenyum miring lalu mengikuti langkah Zoe.

"Apakah itu masih berhubungan dengan-nya?" tanya Zoe dengan tatapan menyelidiki.

"Sepertinya insting tidak sedikitpun menumpul sejak pertemuan terakhir kita. Apakah ini yang disebut insting detektif?"

"Hei, jangan sekalipun katakan kata 'tabu' itu dihadapanku. Aku sudah lama berhenti dari pekerjaan itu. Kau ingatkan seberapa besar perjuanganku hingga akhirnya aku harus seperti ini?"

"Yaah, tidak ada yang dapat menggantikanmu Zoe. Tapi jika itulah keputusan terbaik, aku hanya pasrah."

"Jadi jelaskan apa yang kau pinta dariku."

Arka mengeluarkan selebaran dari tasnya, "Selidiki siapa dia sebenarnya! Berapa lama kau bisa menemukannya?"

Zoe menatap selebaran itu, "Dua hari kurasa cukup."

"Baiklah, dua hari lagi aku akan kembali. See you Zoe."

"Hei, apakah kau bahkan tidak punya waktu untuk minum teh dan bernostalgia bersamaku?"

"Lain kali kawan. Aku akan membawa istriku sekalian."

Zoe terkejut, "Have you married?"

"Kau yang tidak diketahui keberadaannya tidak bisa kuundang kala itu. Tetapi kau akan merasa cocok dengannya, karena kalian sama 'sulit' buatku," jawab Arka dengan kekehan khasnya lalu berpamitan pergi.

***

Haii~~

Maaf kelamaan dan kependekan.
Gimana? Comment yaa~~😘

See you next chap💋

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang