[16]

445K 17.2K 290
                                    

"KAU??" Kemarahan Karin begitu mudah tersulut saat melihat pria yang pernah menjadi orang yang paling dia cintainya itu masih berani menampakkan diri dengan tampang seakan tak punya dosa.

Karin langsung menghempaskan kasar tangan Rio yang ada di bahunya. "Jangan sentuh aku," ucap Karin dengan nada sinis dan tajam.

"Sedang apa kau disini Karin? Kau tidak cocok berada di tempat ini, kau seharusnya bersembunyi dibalik suamimu itu bukannya datang ke tempat seperti ini, apakah kau mencari kepuasan disini?" Balas Rio. Ia mulai mendekati Karin, menggenggam pergelangan tangannya kemudian menariknya paksa menuju tempat yang lebih gelap lagi.

"LEPASKAN AKU RIO!" teriak Karin meronta-ronta. Dia takut kejadian dulu akan terulang lagi.

Rio tersenyum menyerigai, "Aku tak akan menyakitimu sayang, kita harus menyelesaikan masalah kita dulu,"

Takut. Karin benar-benar takut sekarang. Ingin sekali dia melawan tetapi dia tetap perempuan lemah nan rapuh.

Kak Arka, tolong aku, batin Karin memohon.

Rio tiba-tiba mendorongnya sehingga tubuhnya menghantam dinding dibelakangnya. Dia tak tau dimana dia sekarang, disana sangatlah gelap, hanya beberapa titik cahaya disana.

Karin merasakan sebuah tangan meraba pahanya, dia sangat takut, "Kumohon Rio, lepaskan aku," pinta Karin memohon.

Rio tak menjawab. Karin menendang kaki Rio dengan sekuat tenaga, tetapi percuma, tenaga Rio tak sebanding dengan tenaganya. Tangannya mulai memukuli tubuh Rio, tetapi tak terdengar sama sekali suara rintihan maupun ringisan.

"Diamlah atau aku harus melakukan kekerasan kepadamu?" Bisik Rio membuat bulu kuduk Karin berdiri seketika. Air matanya mulai menetes, tak percaya akan kesialan yang menimpanya saat ini.

"KAK ARKAAAA, TOLOOOOOONG," teriak Karin sekuat tenaga, berharap Arka mendengarnya dan menolongnya.

PLAAK

"DIAM KAU PEL*C*R," maki Rio tak rasa berdosa setelah menampar wajah Karin.

Karin memegang pipinya, rasa sakit itu tak ada bandingnya dibandingkan rasa takutnya.
Rio kembali tersenyum menyerigai, "Tak akan ada yang menganggu kita sekarang, sayang,"

"KARIN—"

BUGG

Karin mengadah melihat apa yang baru saja terjadi. Rio tergeletak di lantai dengan seseorang memukuli tanpa ampun. Siapa itu?  Batinnya.

Kak Arka, kah?  Tanyanya lagi dalam hati. Ia mengusap air matanya yang sempat menetes.

"Karin?" panggil seseorang.

Suara ini? Hati Karin berucap. Dia sangat hafal suara ini.

"E-Egi?" Karin yakin jika menolongnya itu adalah Egi.

"Ini aku," padahal diruangan itu sangatlah gelap tetapi Karin merasa seakan Egi sedang tersenyum hangat kearahnya dan merentangkan kedua tangannya seolah-olah menarik Katin kedalam pelukannya.

Karin seakan tertarik untuk mendekat lalu mendekap siapapun itu. Dia sudah terlalu takut untuk berucap.

Egi tersenyum saat Karin jatuh kedalam pelukannya. Gadis itu lagi-lagi menumpahkan air mata, tubuhnya bergetar, suara isak tangisnya semakin menjadi-jadi. Andai saja disana tidak ribut, pasti akan terdengar tangisan Karin yang begitu memilukan.

"M-maafkan a-aku," isak Karin.

Egi mengerutkan keningnya bingung, lalu mengusap puncak kepala Karin lembut, "Untuk apa meminta maaf?"

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang