[24]-One

460K 15.8K 373
                                    

Karin berdecak kesal dengan kedua tangan sudah penuh dengan kantongan plastik. Keningnya berkerut dan kakinya tak henti-hentinya bergerak menunggu kedua sahabatnya, Vita dan Sasha.

Vita dan Sasha dengan santainya memilih berbagai snack untuk acara study tour besok. Hari ini mereka cepat pulang karena harus menyiapkan barang-barang untuk  study tour ke Singapura selama empat hari tiga malam. Sebenarnya snack sudah disediakan oleh panitia tetapi Vita dan Sasha tetap saja ngotot untuk membeli snack sendiri. Disini yang menderita siapa? Karin harus rela menjadi suruhan dua sohibnya. Ini sudah toko ke sembilan yang sudah dikunjungi mereka. Dan sudah ada sembilan kantongan dengan nama toko berbeda di tangan Karin. Sebenarnya Karin tak merasa terbebani tetapi emosinya tersulut jika melihat Sasha tersenyum penuh kebohongan padanya.

"Sas, kemarin lo kemana?" tanya Karin sinis saat keduanya berada di dalam toilet untuk mencuci tangan setelah menyentuh zat-zat kimia di laboratorium.

Sasha terlihat gugup. Karin menyelidiki wajah Sasha, sangat jelas dia sedang mencari-cari alasan. Sasha menatap Karin lalu tersenyum kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke cermin, "Gue ke rumah sakit, Rin. Gue semalan sakit perut terus kata dokter, gue kena gejala maag."

Karin menyipitkan matanya tak percaya. Setelah selesai membersihkan tangannya, ia mengeringkannya. Begitu juga Sasha, sangat jelas jika Sasha sangat ketakutan jika ia akan menanyainya pertanyaan lain.

"Terus temen lo yang lo maksud siapa?" Karin melirik Sasha dari ekor matanya. Berusaha agar Sasha tak curiga jika ia sedang mengintrogasinya.

Sasha menggeleng, "Itu cuman temen se-bimbel dulu. Kebetulan sekalian reunian." jawab Sasha ragu-ragu.

"Bener?" tanya Karin terang-terangan menatap Sasha membuat Sasha semakin gugup. Jemarinya saling bertautan dan Sasha menggigit bibir bagian bawahnya dan kedua matanya tidak mau manatap mata Karin.

Sasha mengangguk pelan, "Beneran Rin. Masa lo enggak percaya sama gue?"

"Bukannya enggak percaya, gue cuma lagi ragu sama ucapan lo sekarang."

"Woii, lo beneran nggak beli snack juga?" tanya Vita membuyarkan lamunan Karin.

Karin menatap Vita, "Samain aja kayak lo berdua!"

Saat Karin menatap Sasha. Sasha malah langsung mengalihkan pandangannya, tak membiarkan mata mereka bertemu. Karin menghela nafas panjang, dia tidak tahu mengapa Sasha seakan menyembunyikan sesuatu darinya. Kemarin dia sempat menelpon Ayah dan Ibu Sasha tetapi mereka berkata jika mereka sibuk sehingga dia tak bisa menanyai mereka lebih.

Setelah selesai berbelanja, mereka langsung berpisah di sana juga. Karin memilih meminta Arka menjemputnya daripada dia berjalan atau naik taksi dengan dua kantongan supermarket ditangannya. Dia memilih menunggu di pinggir jalan. Ia mengedar pandangannya untuk menghilangkan kebosanan, sampai matanya tertuju pada sebuah gerobak minuman. Tapi sayang, gerobak itu berada di seberang jalan. Dia memilih menunggu Arka datang karena mobil juga akan memutar tepat disana. Lima belas kemudian, mobil hitam Arka berhenti tepat di hadapan Karin. Tak lama Arka keluar lalu menghampiri Karin dengan wajah berseri. Arka langsung mengambil alih kantongan ditangan Karin lalu memasukkannya ke dalam mobil. Begitu juga dengan Karin, ia langsung melesat masuk karena kepalanya sudah sepanas setrika karena terjemur cukup lama di bawah terik matahari.

"Kenapa? Capek?" tanya Arka begitu masuk lagi kedalam mobil dan siap melajukannya lagi.

Karin mengangguk, ia membuka jendela mobil sampai matanya kembali menatap gerobak minuman yang sebelumnya berhasil menarik perhatiannya. Ia melirik Arka waswas, lalu menepuk lengan Arka, "Kak, aku mau beli itu," ucapnya sambil menunjuk gerobak berwarna hijau itu.

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang