[29]

312K 11.5K 129
                                    

Karin terbangun.

Terbangun begitu suara alarm menghujam pendengarannya. Tangannya meraih benda berisik itu dan menekan tombol off disana. Ia mengerjap-kerjapkan kedua matanya sembari menatap jendela besar yang terletak di sebelah utara kamarnya. Masih gelap. Yaah, itu masih sangat pagi, sekitar pukul empat.

Karin menoleh ke arah kirinya. Seperti hari-hari sebelumnya, Karin menemukan pemandangan yang sudah tidak asing lagi dimatanya sejak beberapa bulan terakhir ini. Wajah yang terlihat tenang dan tentram. Karin tersenyum kecil lalu mengubah arah tubuhnya sehingga dia dan Arka yang tengah terlelap sudah berhadapan.

Karin sangat yakin jika suaminya itu kurang tidur. Bisa dilihat dari lingkaran kecil berwarna hitam di bagian bawah matanya. Ia tidak bosan-bosannya menatap wajah pria itu. Karin masih ingat jelas se-frustasi apa Arka kemarin di kantor. Meskipun Arka hanya diam semenjak Hana mengatakan perihal saham yang tidak begitu Karin ketahui maksudnya, kelihatannya itu hal yang sangat penting dalam dunia bisnis, Arka terlihat sangat bingung, gelisah dan frustasi.

Karena kemarin malam hanya dihabiskan dengan kebisuan. Karin tidak tahu sejak kapan dia terlelap di ruangan Arka. Dia yakin jika Arka-lah yang menggendongnya dan membawanya pulang kemarin malam. Karena Karin sudah hafal sekali aroma dari tubuh suaminya itu. Dia bisa merasakan saat Arka mengusap kepalanya sebelum dia benar-benar jatuh kedalam dunia mimpi. Usapan dari tangan besar dan lembut Arka memberikan candu pada Karin. Setidaknya sekali, pria itu pasti mengusap kepalanya, baik itu saat berangkat ke sekolah atau saat keduanya berkelahi kecil.

Rasa nyaman mulai merasuki diri Karin. Nyaman saat bersama pria itu. Rasa aman saat berada di pelukan pria itu. Karin tidak begitu yakin akan perasaan yang sedikit demi sedikit terpupuk di dalam dirinya. Perasaan tidak ingin berjauhan dengan pria dihadapannya itu.

Ponsel Arka berbunyi. Karin segera mengambil benda pipih itu, memastikan itu hal penting atau hanya pesan yang akan membuat tidur Arka terganggu. Pria itu butuh banyak istirahat karena Karin sangat tahu jika Arka pasti kelelahan sejak pulang dari study tour.

Karin menemukan beberapa email dari kantor. Ia mendesah kesal, kadang dia heran terhadap Arka. Apakah pria itu benar-benar mencintai pekerjaannya sehingga tugas kecil yang seharusnya diselesaikan para bawahannya saja begitu dia pedulikan. Karin tahu jika itu tidak salah tetapi kadang itu membuat Arka stress.

Karin tidak suka.

Tidak suka saat Arka memaksakan diri tanpa menghiraukan dirinya sendiri yang sebenarnya butuh istirahat maksimal. Arka itu tipe pekerja keras, tetapi dibalik sifatnya itu, dia memendam banyak emosinya yang Karin kadang takutkan jika sewaktu-waktu akan meledak dan membuat semuanya semakin memburuk.

Saat ini juga, Karin tidak meragukan perasaannya lagi. Dia tidak pernah sepeduli itu pada orang lain. Dan sekarang dia bingung akan dirinya sendiri. Dia tak tahu apakah perasaan itu tumbuh karena pria itu menghiasi hidupnya setiap saat atau karena hal lain. Tapi satu yang Karin tahu,

Dia mulai mencintai Arka, Suaminya.

***

Arka mengerang sembari meregangkan tubuhnya yang kaku. Ia menatap kearah kanannya dan tidak mendapati istrinya disana. Berarti Karin sudah berada di dapur sekarang.

Arka memeluk bantal guling erat. Seolah-olah menyalurkan penatnya disana. Bahunya sedikit sakit. Dia tidak tahu itu faktor apa. Apakah karena menggendong Karin kemarin malam atau karena faktor kelelahan. Arka menghirup udara dalam-dalam saat menemukan aroma Karin di bantal guling itu. Aroma khas yang langsung mengingatkan Arka akan wangi shampoo yang digunakan gadis itu. Arka pernah iseng mencoba shampoo yang digunakan Karin tapi dia bingung mengapa hasilnya aroma saat ia yang menggunakan shampoo itu dibandingkan dengan Karin, begitu berbeda.

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang