Gummy Bears

Mulai dari awal
                                    

"Biarkan saja, Angel."

Elliot terdiam di posisinya. Masih berjongkok dengan Hose yang bertingkah layaknya kucing. Anak-anak lain kini mulai berkerumun. Menatapnya dengan mata berbinar dan penuh harap. Senyuman mengembang di wajahnya.

"Kalian ingin memberikanku Gummy bears?" goda Elliot.

Mereka saling tatap, ekspresi kebingungan terpancar di wajah mereka.

"Untuk menjadi Ayah kalian maka kalian harus memberikanku permen," godanya.

Mereka bergerak mundur, menarik tangannya dengan sedih. Elliot menahan geli saat anak-anak itu menunduk kepala dengan mimik wajah sedih. Tawanya nyaris meletup keluar.

"Tapi—" Elliot menghela napas, memotong kalimatnya untuk menarik perhatian anak-anak itu. "Itu bohong."

Mereka mendongak, masih belum bereaksi. Hanya menatap tidak mengerti dan menimbang. Seolah memperkirakan apakah semua yang dikatakan Elliot benar. Keheningan masih menganga. Dia hanya bercanda, kenapa begitu serius? Ada apa dengan anak-anak ini? Apa yang dunia lakukan pada anak-anak ini? Seharusnya mereka polos dan mata itu akan bersinar ceria. Bukan menyorot penuh curiga.

"Kalian juga boleh memanggilku, Ayah," katanya mencoba mencairkan suasana.

"Benarkah?" Salah satu di antara mereka berbicara. Mata mereka masih tampak menimbang.

"Tentu." Elliot tersenyum sekarang untuk memberikan tanda kalau dirinya serius dengan perkataannya.

"Kami tidak harus membayar?"

"Cinta dan kasih sayang tidak dijual. Kalaupun ada yang menjual, kalian tidak boleh membelinya!"

"Kenapa?" Salah satu anak melontarkan pertanyaan.

"Itu artinya mereka tidak benar-benar tulus mencintai kalian."

"Apakah itu penyebab kami tidak kebagian cinta? Karena tidak ada yang menjual cinta?"

"Karena kita tidak punya uang untuk membeli." Anak yang lain menimpali.

Elliot menggeleng. "Bukan. Kalian tentu saja mendapatkan bagian paling besar tanpa perlu membelinya. Terlalu besar hingga harus membaginya dengan orang lain."

"Karena terlalu banyak berbagi maka bagian kami hilang?" Salah satu anak terdengar skeptis.

Elliot tersenyum lagi. "Cinta tidak akan hilang meski kalian membagi rata ke seluruh dunia."

"Bagaimana bisa?"

"Cinta itu bisa kalian rasakan di sini," Elliot menunjuk dadanya. "Berdegup cepat, bukan?"

Mereka saling tatap lalu menyentuh dada masing-masing. Anak-anak itu kemudian mengangguk dan memandangi Elliot, sepertinya mereka sedang menuntut penjelasan.

"Jika jantungmu berdegup semakin cepat maka itu tandanya kalian semakin mencintai," lanjut Elliot.

"Benarkah?"

"Tentu saja, setiap bayi terlahir dengan detak jantung yang menandakan kehidupan karena setiap anak yang terlahir ke dunia itu tanda cinta."

"Aku tidak mengerti." Hose kali ini berbicara.

"Saat kalian sudah dewasa, kalian akan mengerti."

"Benar begitu, Angel?" Salah satu anak perempuan beralih menatap Angel.

"Iya, benar." Angel tertawa lebar.

"Nah, jadi tunggu apalagi? Kemarilah!" Elliot melebarkan tangannya.

Anak-anak kecil itu mulai mengerumuni Elliot. Dia diam saja, membiarkan anak-anak mengerubunginya seolah-olah dirinya barang diskon yang perlu diperebutkan. Mata mereka berbinar. Warna bola mata beraneka ragam dengan warna rambut yang berbeda. Menunjukkan kalau mereka bahkan tidak saling terkait secara genetik. Kalau melihat anak-anak ini, hanya satu hal yang terpikirkan. Anak-anak ini terkumpul di satu tempat karena terbuang. Ya, dibuang. Elliot meremas Gummy bears di tangannya. Hidup yang seharusnya mengasuh anak-anak ini malah memberikan cobaan yang begitu kejam. Membuat mereka merasakan dampak kehilangan saat mereka belum tahu arti kehilangan yang sesungguhnya. Memaksa mereka menjalani takdir kejam dan tidak ada pilihan selain hanya terus bertahan.

"Nah, ayo kita peluk Ayah kita!" Hose memberi aba-aba.

Elliot tertawa terbahak saat mereka semua menabraknya tanpa ampun. Sesaat ingatannya kembali berputar pada gadis kecil pembawa cokelat itu. Sebesar inikah arti sebuah pelukan? Bahkan pelukan dari orang asing. Dia baru mengetahuinya sekarang. Seharusnya malam itu dia memberikan sebanyak apa pun pelukan yang diinginkan gadis kecil itu.

Suara tawa anak-anak memecah ruangan. Mereka tidak berebutan untuk memeluk Elliot, mereka bergantian karena tahu arti berbagi. Hidup memberikan keterbatasan pada anak-anak ini. Dalam keterbatasan, mereka tahu arti berbagi. Seperti permen Gummy bears, mereka lembut, manis, menggemaskan dan saat dikunyah akan meledakkan rasa jeruk yang ceria di dalam mulut. Mereka memang seharusnya seperti itu. Ceria dan menggemaskan layaknya warna-warni permen.

Better Than Almost AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang