67 ■ soixante-sept.

6.3K 709 11
                                    

Harvey sedang memperhatikan ponselnya, pria itu berencana untuk menginap di hotel malam ini dan kembali ke kediaman Tanaka keesokan harinya.

Setelah beberapa saat yang ia dapatkan bersama Joanne, Harvey memutuskan untuk berpamitan dengan ayah dan ibu dari perempuan itu.

Russel dan Elizabeth Tanaka menyambutnya dengan hangat dan ramah dan Elizabeth adalah teman bicara yang sangat menyenangkan.

Harvey mengalihkan perhatiannya dari ponselnya saat ia merasakan kehadiran seseorang yang mendekatinya dengan langkah yang terang-terangan dan Harvey mendapati sosok itu tengah berdiri tidak jauh darinya dengan tatapan yang tidak bersahabar seperti biasa.

"Apa Joanne yang memberitahumu?" tanya Ezra kepada Harvey tanpa basa-basi.

Harvey menaikan perhatiannya kepada Ezra dan sudut bibirnya sedikit terangkat saat pria itu berkata, "Kurasa aku perlu mengucapkan terima kasih kepada Darent."

Ezra terlihat menyipitkan matanya atas apa yang dikatakan oleh Harvey.

"Darent yang memberitahumu?"

Ada nada tidak percaya yang terselip dalam kalimat Ezra dan Harvey hanya tersenyum tipis meski ia tahu bahwa Ezra tidak akan membalasnya.

Ezra sendiri tidak percaya bahwa Darent akan memberi informasi kepada Harvey. Ezra cukup tercengang saat menelusuri wajah Harvey dan tidak menemukan tanda lebam atau luka bekas tinju.

"Ini sudah delapan tahun berlalu, Ezra," kata Harvey.

Ezra kembali pada ekspresi dataenya dan berkata, "Harvey, aku tidak main-main dengan ucapanku saat aku bilang bahwa aku akan menjauhkanmu dari Joanne."

"Kamu pernah menyakitinya, delapan tahun yang lalu. Apa kamu berharap bahwa aku akan kembali percaya dengan kalian begitu saja?"

"Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitinya, Ezra."

Ezra membalas menatap pada Harvey dengan tatapan datar. "Tapi kamu melakukannya."

Ezra menarik kerah baju Harvey dan sebelah tangannya sudah mengepal siap untuk melayangkan tinjunya ke wajah Harvey sedangkan pria yang hendak ditinju itu hanya diam saja. Bahkan Harvey membalas menatap pada Ezra yang memberi tatapan tajam menusuk.

"Seharusnya aku meninjumu lebih keras delapan tahun yang lalu."

Harvey tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Ezra dan ikut mengiyakan apa yang dikatakan oleh pria yang tengah menarik kerah bajunya.

"Seharusnya memang seperti itu. Padahal sedikit lagi kamu hampir mematahkan tulang hidungku."

Ezra tersenyum ironis dengan apa yang barusan dikatakan oleh pria di hadapnnya dan Harvey bisa mendengar suara deru nafas Ezra yang lebih keras dari biasanya pertanda bahwa pria itu benar-benar emosi saat ini.

Ezra selalu berhasil mengendalikan emosinya bahkan di depan Joanne namun untuk Harvey, ini adalah kedua kalinya ia melihat Ezra kehilangan kendalinya seperti ini. Jika sudah menyangkut tentang Joanne, Ezra pasti selalu kehilangan kendalinya.

Cengkeraman pada baju Harvey semakin mengerat setiap detiknya dan Harvey sendiri sudah siap saat Ezra akan melayangkan tinjunya karena Harvey merasa bahwa ia pantas mendapatkan itu.

Namun saat Ezra sudah mengangkat tinjunya di udara, Harvey melihat gerakannya membeku dan berhenti, cukup lama. Hingga akhirnya tubuh Harvey didorong dengan cukup keras dan cengkeraman pada kerah bajunya terlepas.

Harvey cukup terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Ezra dengan menarik kembali tinjunya dan pria itu langsung membelakangi Harvey dengan bahu yang masih naik turun akibat emosinya namun dua detik setelahnya bahu Ezra sudah kembali tenang.

Harvey menyentuh pelan pada bagian dimana Ezra menarik dan kerutan kusut tercetak di sana menandakan betapa kerasnya Ezra mencengkram dimana. Mungkin pria itu mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencengkeram kerah baju Harvey.

Kedua mata Harvey masih memperhatikan punggung Ezra yang tidak memberi tanda bahwa pria itu akan berbalik menghadapnya.

Butuh beberapa saat bagi keheningan untuk menyelimuti kedua pria itu, mereka ada di bagian depan rumah dan tidak ada seorang pun yang akan melihat peristiwa yang baru saja terjadi.

Hingga Harvey melihat Ezra yang akhirnya membalik tubuhnya dan Harvey bertemu dengan tatapan datar khas Ezra yang seperti biasanya.

"Jangan salah sangka."

Harvey menegakkan punggungnya membalas menatap pada Ezra dengan tatapan yang tidak kalah tenang dan Harvey melihat Ezra yang melipat kedua tangan di depan dada.

Sebelum Harvey sempat mengatakan sesuatu untuk membalas ucapan Ezra, pria itu kembali membuka mulutnya dan berkata, "Aku tidak melakukan ini untukmu. Ini untuk Joanne."

Harvey dan Ezra adalah teman baik, dulunya.

Harvey mengetahaui sifat Ezra yang paling dasar bahwa Ezra adalah seorang pria dengan harga diri tinggi yang tentu tidak akan pernah mengucapkan sebuah kalimat yang akan membuatnya terlihat merendahkan diri, sama seperti yang terjadi barusan.

"Aku tidak peduli delapan tahun atau berapa lama. Selama Joanne masih menangis karenamu maka itu berarti kamu tidak akan layak. Hanya perlu menunggu waktu hingga aku benar-benar meninjumu karena telah menyakiti Joanne."

Itu terdengar seperti sebuah janji di telinga Harvey dan membuat sudut bibir Harvey sedikit terangkat.

Sementara Ezra hanya memberi sedikit jeda sebelum pria itu kembali membuka mulutnya dengan tatapan malas dan berkata,

"Dan Ibuku menyuruhmu untuk tinggal di rumah kami malam ini."

■ 080417 ■

BLUESWhere stories live. Discover now