59 ■ cinquante-neuf.

5.8K 688 27
                                    

Bandara.

Apa Harvey sudah bilang bahwa dia benci bandara?

Hal terakhir yang ingin ia lakukan adalah pergi ke bandara tanpa tujuan untuk pergi atau pun mengantar seseorang. Harvey tidak ingin pergi ke bandara untuk berlari seperti orang gila di sepanjang bandara luas tersebut.

Namun pada kenyataannya, itulah yang terjadi kepadanya.

Baru saja, ia turun dari mobil adiknya. Tanpa memperdulikan Henri yang memanggil namanya dari belakang, Harvey hanya tahu bahwa dirinya harus berlari ke dalam bandara.

Dengan kedua matanya memicing ke segela arah, deru nafasnya membuat semuanya menjadi panas dan berat. Tatapan matanya terfokus ke segala hal yang ada di dalam bandara. Berharap ia menemukan apa yang dia cari.

Beberapa mata tertuju padanya, menatap heran dan beberapa dari mereka menatap kagum. Harvey tidak mengerti apa yang mereka kagumi dimana seorang pria tengah kalut berlari di bandara dan ini bukanlah film romantis.

Ini sudah pernah terjadi delapan tahun yang lalu dan Harvey sendiri tidak berani membayangkan seperti apa akhirnya jika ia tengah menjadi pemeran dalam sebuah film romantis. Harvey sudah pernah melihat akhir ceritanya seperti apa.

Harvey menarik nafas dalam dan bahunya naik turun saat pria itu mencoba untuk menormalkan pernafasannya. Langkahnya terhenti dan kepalanya menengadah menatap pada layar monitor yang menampilkan jadwal penerbangan ke luar.

Harvey mencoba menebak, berapa lama dia berdiri di depan monitor tersebut. Sama seperti delapan tahun yang lalu. Harvey benci bandara, karena itu selalu menjadi tempat dimana Harvey tidak bisa menemukan Joanne. Harvey tidak tahu kemana ia harus mengarah, kemana perempuan itu pergi.

Percakapan di panggilan barusan kembali berputar di dalam kepala Harvey saat ia mencoba untuk mengingat setidaknya ada informasi penting yang bisa ia gunakan untuk mengetahui kemana Joanne pergi.

"Harvey."

"Dengarkan aku, ini aku Ara. Aku ada di toko Joanne dan dia tidak ada di sini."

"Apa yang terjadi kepada kalian?"

"Ya Tuhan, apakah kamu tahu bahwa Joanne akan meninggalkan Indonesia hari ini?"

"Kemana? aku tidak tahu, karena perempuan bodoh itu tidak meninggalkan pesan apa pun yang memberi petunjuk kemana dia pergi."

"Harvey, kejar dia. Kejar Joanne. Mungkin sekarang dia sudah ke bandara."

Hanya itu.

Dan sekarang, Harvey ada di bandara, berdiri di depan jadwal keberangkatan seperti orang bodoh. Harvey mengeluarkan ponselnya sekali lagi, menekan kontak Joanne dan mencoba untuk menghubungi perempuan itu.

"..."

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.

Hingga terdengar suara panggilan berakhir, Harvey menjatuhkan ponsel dalam genggamannya ke sisi tubuhnya, tangannya menggantung ke bawah tanpa tenaga.

Kali ini kemana?

Kemana Ezra membawa permainannya pergi?

New York? Amerika Serikat? Perancis?

Dan sama seperti apa yang terjadi delapan tahun yang lalu. Harvey kembali tidak menemukan apa-apa.

***

Dan hal terburuk yang pernah Henri lihat setelah ia kembali dari Amerika Serikat beberapa tahun yang lalu hingga hari ini adalah Harvey yang terduduk di kursi yang ada di bagian luar bandara dengan kedua tangannya terlipat dan kepala menunduk ke bawah.

Henri bisa melihat pakaian Harvey yang mulai basah menandakan pria itu sedari tadi berlari tanpa henti dan nafasnya yang masih memburu dari gerakan punggungnya yang terburu-buru.

Henri mencoba untuk memanggil nama saudaranya itu.

"Harvey."

Pada saat bersamaan, Harvey bersuara. Pria itu berkata dengan suara yang sangat pelan.

"Henri."

Henri melangkah mendekat dan kemudian mengisi kursi kosong yang ada di sebelah kakaknya itu, mencoba mengerti bahwa Harvey sedang dalam keadaan yang tidak baik saat ini dan mulutnya bergerak pelan.

"Kamu tidak menemukannya?" tanya Henti, dengan nada suara yang pahit.

Dan Henri mendapatkan reaksi sebuah gerakan pelan berupa gelengan dari Harvey. Henri mencoba untuk memikirkan apa yang perlu ia katakan namun tidak ada, tidak ada yang bisa ia katakan saat ini.

"Aku kehilangan dia."

Harvey mengangkat wajahnya dan di sana tampak sangat muram, Henri seakan bisa melihat semuanya di wajah Harvey dan sebagai adiknya, Henri tidak mengatakan apa pun selain mencoba untuk menghibur Harvey.

"Mungkin kita akan menemukannya nanti."

Henri melihat senyuman pahit di bibir Harvet saat pria itu berkata, "Mungkin kita akan menemukannya. Mungkin juga kita tidak akan pernah menemukannya lagi."

Henri berdeham pelan berkata, "Kita pasti akan menemukannya, H."

Harvey yang selalu tampak percaya diri kini tidak lagi. Tidak ada keyakinan di wajahnya. Hanya ada raut muram dan juga kerutan di keningnya. Pria itu tampak tengah berpikir.

"Ini sidah pernah terjadi, Henri. Jauh sebelum kamu kembali tinggal di Indonesia." Harvey berkata dengan senyum miris di bibirnya. "Aku sudah pernah kehilangan dia. Sampai delapan tahun lamanya."

Dan kali ini, perlu berapa lama lagi Harvey menunggu?

Henri seperti pernah mendengar tentang kisah itu, apa yang dialami oleh Harvey tentang seorang perempuan yang meninggalkannya karena kesalahpahaman dan hal pertama yang mungkin akan Henri katakan jika ia tidak tahu - sama seperti saat Harvey pertama kali menceritakannya - adalah 'lupakan saja dia.'

Namun untuk kali ini, Henri hanya diam. Menatap Harvey, ia mengerti kenapa.

Joanne cantik, dia adalah perempuan yang baik meski tidak terlalu banyak membuka diri terhadap orang luar dan untuk segala kisah yang telah Henri dengar, Joanne adalah perempuan penyayang. Joanne meninggalkan Harvey karena pada saat itu Harvey ditunangkan dengan Regina.

Joanne mungkin tahu segalanya, mungkin juga tidak.

Mereka hanya perlu sedikit terbuka, keduanya hanya bodoh. Namun Henri yakin, bahwa Joanne tidak akan setega itu meninggalkan kakaknya. Dari tatapan mata Joanne, Henri tahu bahwa perempuan itu juga mencintai Harvey.

Harvey mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan setelahnya Harvey memangku sikunya pada lutut. Tersenyum sedih pada satu titik yang ada di bawah lantai, Henri mengamati Harvey tanpa bisa berkata apa-apa.

Hingga Henri mendengar Harvey berbicara kembali.

"Henri, aku tidak bisa kehilangan Joanne lagi."

■ 280317 ■

BLUESWhere stories live. Discover now