47 ■ quarante-sept.

7.2K 943 9
                                    

Harvey melangkah keluar dari kamar saat ponselnya bergetar, Harvey membaca nama yang tertera pada layar ponselnya sebelum pria itu mengangkat panggilan masuk tersebut.

Harvey menempelkan benda kecil itu di telinganya, suara di seberang sana langsung menyapa Harvey tanpa menunggunya berbasa-basi.

"Coba tebak siapa yang baru saja datang ke rumah kita," kata suara dari seberang sana kepada Harvey.

"Siapa?" Harvey membalas bertanya kepada Henri yang berada di seberang telefon.

"Aku tidak tahu apa yang telah terjadi namun dia baru saja datang ke rumah," kata Henri sebelum terdengar suara tarikan nafas. "Ezra, dia baru saja kemari dan menanyakan keberadaan adik perempuannya, Joanne."

Sebelum Harvey sempat membalas perkataan adiknya, Henri kembali berkata, "Dan aku sangat yakin bahwa kamu tahu dimana seseorang yang di cari olehnya itu, H."

"Dia sedang bersamaku, Henri," balas Harvey yang tidak berniat menutupi apa pun dari adiknya itu.

"Dimana?" Suara Henri terdengar sedikit terkejut setelah mendengar balasan Harvey.

"Di apartmentku," jawab Harvey dengan santai.

Dan sedetik berikutnya Harvey mendengar suara helaan nafas dari seberang sana.

"Harvey, apa kamu sadar apa yang sedang kamu lakukan?" Henri bertanya kepada Harvey dan itu adalah sebuah pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban karena Henri langsung melanjutkan pada kalimat yang berikutnya. "Aku tidak menyangka bahwa kamu akan melakukan hal senekat itu."

Harvey hanya tertawa pelan mendengar kalimat terakhir Henri lalu bertanya kepada adiknya itu.

"Apa yang kamu katakan kepada Ezra tadi saat dia datang ke rumah?" tanya Harvey.

"Aku bilang kamu sedang sibuk mengurus proyek barumu dan kemudian dia hanya bergumam pelan seakan dia mengerti lalu pergi begitu saja," jelas Henri kepada Harvey. "Dia benar-benar keras dan juga dingin. Cukup mengejutkan karena dia tidak tampak panik melainkan sebaliknya."

Sudut bibir Harvey naik sedikit mendengar apa yang dikatakan oleh Henri lalu berkata, "Kurasa sekarang aku banyak berhutang kepadamu."

"Ya, tentu. Banyak sekali, termasuk juga dengan hutang penjelasan denganku," kata Henri.

"Aku tahu, Bro," balas Harvey.

"Aku tidak tahu apa yang sedang kamu rencanakan tapi pikirkan jika Ezra menemukan adiknya bersama kamu." Henri mengatakannya dengan nada memperingatkan kepada Harvey.

Namun Harvey bisa meng-handle semua ketegangan yang coba Henri sampaikan kepadanya.

"Tenanglah, selama Ezra bukan sister complex maka mungkin ia hanya akan menumpahkan kemarahannya melalui tinju seperti dulu."

"Bodoh, H," kata Harvey terdengar seperti pasrah di seberang sana. "Aku hanya bisa berdoa untuk kamu jika itu terjadi."

Lalu Harvey tertawa, panggilan terus berlanjut dengan beberapa percakapan singkat hingga akhirnya panggilan antara keduanya berakhir.

Layar ponsel menggelap lalu Harvey menaruh ponselnya kembali ke dalam saku celananya, melangkah ke arah kulkas dan mengambil minuman dingin di dalam sana.

Harvey membuka tutupnya dan meneguk cairan dingin di dalam sana, membasahi dan mendinginkan tenggorokannya yang terasa kering. Harvey mendekat pada jendela besar apartmentnya yang mengarah langsung ke bagian jalan raya pada jam tengah malam yang tampak kecil dari atas dimana Harvey berdiri.

Sambil memperhatikan beberapa kendaraan yang berlalu lalang di bawah sana, Harvey memikirkan banyak hal di dalam kepalanya.

"Berada di dekat Joanne seakan tidak tahu daratan sementara di belakang kamu mempunyai seorang tunangan. Apa kamu pikir itu lucu, Harvey?"

Sudut bibir Harvey sedikit terangkat saat ia kembali mengingat ancaman Ezra kepadanya delapan tahun yang lalu. Tepat setelah kepergian Joanne ke Perancis tanpa pemberitahuan kepadanya.

Harvey menatap ke bawah sana, Harvey kembali meneguk minuman dari botol yang ada di dalam genggamannya. Setelahnya pria itu mengambil nafas dalam, memejamkan matanya.

Sebuah kalimat yang tidak pernah Harvey lupakan hingga saat ini, terngiang di kepalanya.

"Ayo kita lihat, permainan siapa yang lebih layak untuk dimainkan. Kamu kepada Joanne atau permainanku kepadamu."

"Saat kamu menyakiti Joanne maka sama saja drngan kamu berhadapan denganku, Harvey."

Dan Harvey menertawakan dirinya secara diam-diam, karena dirinya terlalu lambat hingga membutuhkan delapan tahun lamanya bagi Harvey untuk menyadari permainan apa yang dimaksud oleh Ezra kepadanya.

Permainan yang dimaksud oleh Ezra adalah menjauhkan Joanne dari dirinya.

Namun di sisi lain, mungkin Ezra telah salah. Ezra mungkin merasa kewalahan saat tahu bahwa Harvey tidak pantang menyerah. Delapan tahun terlalu berharga untuk di sia-siakan begitu saja.

Maka satu-satunya yang bisa Harvey lakukan adalah berhenti berlari untuk mengejar Joanne. Jika Harvey berhenti maka dirinya akan kalah.

Kalah dari Ezra dan kalah dari perasaannya kepada Joanne.

Maka Harvey ingin memastikan kepada Ezra, bahwa dirinya tidak akan kalah.

Dan juga untuk perempuan yang tengah terlelap di kamar apartmentnya bahwa - Harvey mencintai Joanne lebih dari yang dilihat dan diketahui oleh perempuan itu.

🍁🍁

HAHA, WIW. BLUES nyampe #80 Romance?
Ga nyangka aja ya.

But, aku tetap berterima kasih untuk kalian yang sudah ngikutin cerita ini dari awal sampai sekarang. Terima kasih untuk apresiasi kalian berupa vote dan commentnya.

xx.

■ 040317 ■

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang