23 ■ vingt-trois.

10.1K 1K 8
                                    

Delapan tahun yang lalu...

"Darent dan Ezra mungkin akan membunuh kamu jika mereka tahu datang malam-malam seperti ini." Joanne memperingatkan Harvey yang kini berada di balik pagarnya.

Sedangkan Harvey tidak mempedulikan apa yang baru saja Joanne peringatkan kepadanya.

"Ini baru jam delapan malam, J. Lagi pula kamu bilang mereka sedang sibuk dengan anggota keluarga kamu yang lain bukan?"

Joanne mengangguk, lalu bertanya kepada Harvey yang berdiri di balik pagar rumahnya.

"Dimana kamu memarkir mobil kamu, H?"

Joanne tidak melihat mobil Harvey dimana pun, biasanya Harvey akan memarkirkannya di seberang rumahnya dan juga terkadang dia memarkirkannya tepat di depan beberapa rumah dari tempat Joanne.

"Di depan komplek kamu, J." Jawab Harvey.

"Well, jadi... ada apa kamu kemari malam-malam seperti ini?" Tanya Joanne.

Perempuan itu mendekat dengan menggenggam kedua besi pagarnya dan mendekatkan wajahnya pada besi tersebut. Sedangkan Harvey yang kini lebih rendah darinya beberapa centi karena perbedaan tinggi permukaan antara pada bagian luar dan pada bagian dalam pagar.

"Kamu tidak berharap aku memanjat pagar ini dan kemudian membawa aku pergi bersama kamu bukan?" Joanne bertanya lagi sebelum Harvey sempat menjawab pertanyaan Joanne yang sebelumnya.

Pertanyaan Joanne yang terakhir membuat Harvey tertawa, meski hanya kekehan pelan namun Joanne mendengarnya dengan jelas. Harvey tampak menutup mulutnya yang terkekeh dengan sebelah punggung tangannya.

"Itu apa, H?" Joanne bertanya.

Perempuan baru menyadari bahwa sedari tadi Harvey menggenggam sesuatu di sebelah tangannya yang lain. Pertanyaan Joanne membuat Harvey ikut menatap pada bungkusan di sebelah tangannya lalu menjawab pertanyaan Joanne.

"Nasi goreng sama jus kesukaan kamu, J."

Joanne membulatkan matanya, terkejut karena Harvey datang kemari hanya untuk mengantar ini.

"Kamu beli, H?"

Harvey terkekeh lagi lalu berkata, "Sebenarnya aku masih berhutang karena aku lupa membawa dompetku tadi."

"Harvey...."

Harvey tertawa, kali ini benar-benar tertawa. Joanne berdesis agar Harvey sedikit mengecilkan suaranya, takut seseorang akan mendapati mereka.

"Kecilkan suara tawa kamu, H. Atau kita akan tertangkap oleh seseorang yang mungkin mendengar suara kamu."

Harvey tersenyum geli mendengar ucapan Joanne. Tahu jelas bahwa Joanne sangat waspada dan kekhawatiran Joanne itu membuat Joanne tampak lucu di mata Harvey.

"Ya, Joanne," Harvey membalas dengan sebelah alisnya yang dinaikan kemudian menyodorkan kantong plastik yang digenggam oleh sebelah tangannya kepada Joanne. "Dimakan."

Joanne mengerutkan hidungnya saat mendapati nada memerintah dalam nada suara Harvey.

"Kamu belum makan bukan?" Harvey kembali berkata saat Joanne tidak kunjung menjawabnya.

"Sebenarnya aku sudah kenyang..."

Harvey menaikan sebelah alisnya kemudian sudut bibirnya terangkat.

"Benarkah? Kalau begitu keluarkan nasi gorengnya, kamu bisa ambil jusnya..."

Joanne memutar bola matanya, menyela kalimat Harvey.

"Apa yang sudah diberi tidak dapat diambil kembali, H. Terlebih lagi kamu berutang untuk ini."

Joanne tersenyum di ujung kalimatnya begitu juga dengan Harvey.

"Tapi tadi kamu bilang bahwa kamu sudah makan?"

"Well, aku hanya bercanda. Aku tidak bisa menelan makanan yang ada, rasanya benar-benar aneh. I think all i need now is this." Joanne mengangkat bungkusan yang berisi makanan dan jus dari Harvey.

Harvey menatap geli kepada Joanne kemudian berkata, "Aku tahu kamu menginginkannya, J."

"Ini aneh, karena kamu selalu tahu apa yang aku inginkan." Joanne mengerutkan keningnya.

Harvey tertawa lalu berkata dengan suara pelan, "Jika kamu tidak ingin aku tahu, maka berhentilah mengeluh tentang masakan koki baru kamu yang tidak cocok di lidah kamu."

"Rasanya kamu membuat aku menginginkan sepuluh orang seperti kamu, H."

Harvey tertawa lalu membalas ucapan Joanne, "Tidak perlu sepuluh, J. Aku seorang sudah cukup untuk kamu."

Kata-kata Harvey membuat Joanne tertegun sejenak sebelum tertawa, seperti biasa, percakapan dengan Harvey adalah hal terbaik yang pernah terjadi.

"Kemarilah, J."

Harvey memberi isyarat agar Joanne mendekat, meski mereka dibatasi oleh pagar Joanne namun ada sedikit celah yang cukup untuk Joanne mendekatkan wajahnya dan pada saat yang bersamaan, Harvey tersenyum dengan sebelah tangannya yang masuk melalui celah pagar tersebut.

"Menunduk, J."

Joanne menurut, menunduk seperti apa yang Harvey inginkan. Lalu tangan Harvey yang terulur masuk dari sela-sela pagar menyentuh puncak kepala Joanne. Mengacaknya pelan seperti kebiasaan yang selalu dilakukan Harvey setiap kali menyentuh kepala Joanne.

"Jangan mengacak rambut aku, H." Joanne menggeram pelan.

Harvey tertawa kemudian berkata, "Aku akan pulang sekarang, J."

Joanne mengangkat kepalanya sedikit, hal pertama yang ia lihat adalah senyum di bibir Harvey kemudian mata pria itu yang membalas menatap kepada Joanne. Tangannya masih pada puncak kepala Joanne, kali ini mengelus di atas sana dengan lembut.

"Goodnight, J."

Itu menyerupai sebuah bisikan dari Harvey dengan nada rendah sehingga membutuhkan waktu beberapa detik bagi Joanne untuk mencerna sebelum akhirnya membalasnya.

"Goodnight, H."

Kemudian Harvey tersenyum kepada Joanne.

"Jangan lupa makan."

"Ya, bawel."[]

■ 040117■

BLUESحيث تعيش القصص. اكتشف الآن