42 ■ quarante-deux.

7.3K 817 19
                                    

Dua hari setelah Harvey mendatangi rumah Elisa, Harvey kembali mendatangi Joanne di tokonya. Tanpa memberi tahu Joanne, Harvey memutuskan untuk bertemu dengan perempuan itu setelah perempuan itu menolaknya lagi.

Satu hal yang Harvey bisa mengerti kenapa Joanne terus menolaknya adalah karena Joanne merasa bersalah dan kedua karena Joanne terlalu egois untuk memikirkan kepentingan dirinya sendiri.

Dua hari cukup bagi Harvey untuk memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya dan keputusan akhir yang Harvey ambil adalah apa yang menurutnya terbaik.

Saat Harvey turun dari mobilnya dan pada saat ia melihat ke sekeliling halaman parkir, Harvey mendapati mobil perempuan itu yang terparkir di sana. Joanne sudah kembali bekerja.

Kemudian Harvey masuk ke dalam sana dan langsung disambut oleh karyawan yang ada di sana. Sheila yang melihat kedatangan Harvey langsung menghampiri pria itu.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Sheila dengan sopan.

Dan Harvey menyampaikan apa maksudnya datang kemari, ia ingin bertemu dengan Joanne. Sheila mengangguk mengerti dan berbalik ke ruangan Joanne, memberitahu bahwa ada seseorang yang datang untuk bertemu dengannya.

Harvey mengira ini tidak akan mudah, mungkin Joanne akan mengabaikannya dengan cara menyampaikan melalui Sheila bahwa dirinya sibuk dan tidak ingin diganggu namun yang terjadi adalah sebaliknya, Sheila kembali ke depan dengan senyum di wajahnya.

"Bu Joanne menunggu Anda di dalam, Tuan," kata perempuan itu dengan nada ramah seperti sebelumnya.

"Hai, J."

Joanne membalas menyapa Harvey. "Hai."

Setelah balasan Joanne, Harvey berdeham pelan sebelum perempuan itu sempat kembali berkata-kata.

"Gaun pengantinnya. Aku sudah mendapatkan ukuran dan juga semua informasi lengkapnya," Harvey menyampaikan maksudnya kemari kepada Joanne.

Joanne menatap Harvey sejenak sebelum perempuan itu tampak mengerti kemudian mengangguk lalu berkata, "Aku hampir menyelesaikannya dengan konsep yang pernah kamu berikan sebelumnya."

Joanne berbicara seperti biasa kepada Harvey. Dengan cara yang sama seperti saat mereka pertama kali bertemu di pesta Senorita Diyosa.

Kemudian Harvey menyerahkan sebuah amplop kepada Joanne dan pada saat Joanne mengambil berkas tersebut, matanya tertuju pada jari manis Harvey dimana pria itu selama ini mengenakan cincin dan sekarang itu sudah tidak ada.

Dari jadi pria itu, Joanne beralih menatap wajah Harvey sebelum perempuan itu berkata, "Apa sedang coba kamu lakukan, H?"

Harvey memiringkan kepalanya atas pertanyaan tiba-tiba dari Joanne dan tersenyum tipis.

"Menurut kamu apa?" Harvey membelas bertanya kepada Joanne.

Harvey membalas bertanya kepada Joanne sedangkan Joanne hanya menaikan sebelah alisnya kemudian mengangkat bahunya pelan.

"Aku rasa kamu sudah baik-baik saja," kata Harvey sambil memperhatikan Joanne.

Sedangkan Joanne hanya mengangguk pelan lalu sudut bibir perempuan itu terangkat kaku. Joanne berkata, "Seperti apa yang kamu lihat."

Lalu kemudian Joanne membalik tubuhnya dengan berkas di tangannya. Namun sepersekian detik setelahnya terdengar suara panggilan namanya dari arah belakang.

"Joanne."

Joanne membalik tubuhnya sedikit, kepalanya menoleh kepada Harvey dan butuh beberapa saat bagi Joanne untuk membalas panggilan Harvey kepadanya.

"Ya?"

Suaranya seperti biasa namun Harvey tahu bahwa bahu Joanne menegang pada saat menjawabnya. Harvey membalas menatap Joanne, menyelipkan sebelah tangannya ke saku celananya.

Lalu berkata, "Aku sudah memutuskan bahwa kali ini aku akan berhenti mengejar kamu."

Joanne hanya terlihat mencerna ucapan Harvey sebelum kemudian membalas, "Ya."

"Aku sedang mencoba untuk melakukan apa yang kamu inginkan. Aku sedang mencoba untuk menjadi seorang teman seperti apa yang kamu inginkan sebelumnya," kata Harvey.

"Kenapa harus seorang teman?" Joanne bertanya karena penasaran.

"Karena aku tidak mungkin meninggalkan kamu begitu saja, maka aku mengalah untuk hal itu. Lagi pula kita dulu juga berawal  sebagai seorang teman, bukan?"

Joanne yang mendengar hal itu terdengar mendengus lalu berkata dengan pelan namun perempuan itu juga tidak bisa menahan senyum di wajahnya. Meski sedikit, Joanne tersenyum. Dan mungkin Harvey tidak akan menyadarinya karena itu hanya berupa sebuah sudut yang terbentuk di bibirnya.

"Kamu ini, keras kepala atau pantang menyerah?" tanya Joanne.

"Aku yakin kamu tahu apa jawabannya, J," kata Harvey.

"Tidak, aku tidak tahu, H. Aku bukan peramal kamu," kata Joanne lalu perempuan itu menggeleng.

"Sama, aku juga bukan peramal kamu," Harvey menaikkan sebelah alisnya, menatap penuh arti kepada Joanne sebelum kembali berkata, "Aku hanya berpikir bahwa hanya dengan mendengar kamu berbicara kepadaku, itu sudah lebih dari cukup dari pada aku menginginkan kamu untuk mendengarkan aku."

Joanne hanya diam, menatap Harvey. Kemudian pria itu kembali melanjutkan ucapannya.

"Karena aku sadar bahwa i can't win you as my lover, maka aku memutuskan untuk mengurangi tolak ukur aku," kata Harvey.

"Menjadi apa?" tanya Joanne.

"Aku menginginkan Joanne aku yang dulu."

Kening Joanne mengerut kemudian perempuan bersuara atas ucapan Harvey. Joanne tampak terkejut oleh apa yang barusan dikatakan oleh pria di hadapannya itu.

Hingga Joanne menelan ludahnya, membasahi tenggorokannya dan menjilati bibirnya tanpa ia sadari sebelum sebuah gumaman pelan lolos dari mulutnya.

"Tunggu, Harvey..."

Namun gumaman itu hanya sampai di sana, Joanne tidak tahu harus membalas apa. Perempuan itu menengadahkan kepalanya menatap Harvey tanpa tahu apa yang harus ia katakan. Joanne tidak pernah tahu sejak kapan dan juga bagaimana bisa berbicara kepada Harvey menjadi sesulit ini. Padahal dulu, Joanne membicarakan apa pun kepada pria yang ada di hadapannya sekarang.

Dan atas semua itu, membuat Joanne sangat menyadari akan sejauh mana mereka telah berubah, sejauh mana jarak itu mulai ada.

Namun tidak ada yang bisa Joanne lakukan.

Sedangkan Harvey hanya tersenyum tipis. Di sisi yang berlawanan, Harvey menarik nafas dalam. Sama seperti apa yang Joanne rasakan.

Harvey tidak tahu bahwa akan ada hal sesulit ini untuk dikatakan, namun Harvey tidak mempunyai pilihan. Begini lebih baik dari pada jauh dengan perempuan yang ada di hadapannya. Setidaknya ini cukup untuk Harvey menebus kesalahannya juga.

Maka Harvey akhirnya berdeham pelan dan melanjutkan kalimatnya kepada Joanne. Mengatakan apa yang sudah Harvey pikirkan sebelumnya.

"I just want my best friend back, J."[]

■ 250217 ■

BLUESWhere stories live. Discover now