8 ■ ocho.

16.3K 1.7K 11
                                    

Joanne baru saja hendak memejamkan matanya sebelum sebuah panggilan masuk kepadanya dan membuatnya melompat turun dari atas tempat tidurnya dalam sekejap.

Melangkah mendekati jendela kamarnya yang mengarah langsung ke halaman depan rumahnya, dengan sebelah tangannya Joanne menyibak tirai yang tertutup. Mengintip keluar sana, berharap ia tidak menemukan apa pun di luar sana.

Namun matanya menangakap sebuah Land Rover berwarna putih yang terlihat mencolok di luar sana. Joanne menahan untuk tidak berdecak saat ia kembali berbicara kepada seseorang di seberang telefonnya yang masih terhubung.

"Demi apa pun isi yang ada di dalam kepalamu. Jangan katakan bahwa kamu sekarang ada di bawah sana?" Tanya Joanne dengan matanya masih tidak lepas dari mobil yang berada di depan pagar rumahnya.

Pria di seberang sana membalas pertanyaan dengan ringan. "Ya."

"Kenapa?" Kali ini Joanne mengerutkan keningnya, suaranya nyaris terdengar seperti sebuah bisikan.

"Aku ingin bertemu dengan kamu, J."

Joanne menahan nafas, menahan diri untuk tidak mengumpati siapa pun di sana.

"Ini sudah malam, Harvey. Kita bisa bertemu besok di tokoku."

Harvey tertawa dari seberang sana kemudian terdengar suaranya yang berkata, "Jangan katakan bahwa kau takut untuk keluar saat ini. Karena itu akan terdengar tidak seperti dirimu."

"Tidak, aku..." ucapan Joanne terpotong.

"Bagus, karena aku mengetahui bahwa kamu sudah jauh sangat berpengalaman dengan hal seperti itu," Harvey terdengar tertawa di seberang sana dan nadanya terdengar seperti dia tengah mengenang sesuatu di dalam kepalanya. "Kamu tidak lupa bahwa kamu pernah menyelinap keluar dari kamar kamu di waktu yang jauh lebih larut dari pada yang sekarang, bukan?"

Joanne memutar bola matanya mendengar ucapan pria di seberang sana dan berkata, "Harvey, hentikan itu. Aku tidak ingin mengingat apa pun tentang hal itu."

"Kalau begitu keluarlah, J. Aku menunggumu di depan pagar rumahmu sekarang."

Mungkin telinga Joanne yang salah atau memang suara Harvey di seberang sana memang melembut saat mengatakan itu.

"Untuk apa?" Joanne bertanya dengan nada waspada.

Harvey tertawa saat pria itu berkata, "Kenapa kamu terdengar seakan aku akan menculik kamu pergi, J?"

Joanne tidak mengindahkan ucapan Harvey.

"Aku tidak akan turun jika kami tidak bilang kemana kita akan pergi." Kata Joanne.

"Hanya ke cafe, J. Aku tahu cafe di dekat sini."

"Hanya ke cafe?" Joanne bertanya.

"Ya, hanya ke cafe, J. Maka cepat turun sebelum aku diusir oleh penjaga rumahmu karena berhenti terlalu lama di depan rumahmu."

Joanne menyipitkan matanya saat melihat pagarnya yang terbuka dengan sosok yang amat dikenalinya menghampiri mobil Harvey yang terparkir tepat di depan pagar rumahnya.

Tanpa sadar itu membuat Joanne tersenyum geli dan berkata, "Aku berharap penjaga rumahku melakukannya."

"Tolong, turunlah, J. Dia mulai mengetuk kaca mobilku."

Harvey membuat suaranya seakan ia tengah di desak, seakan ada badut gila yang tengah mengetuk kaca mobilnya dan Joanne bisa mendengar suara ketukan itu dari telefonnya.

Yang barusan itu terasa seperti déjà vu atau mungkin tepatnya hal ini pernah terjadi sebelumnya.

Ya, ini pernah terjadi.

Di saat semuanya masih baik-baik saja.

Joanne bergeming dengan ponsel menempel di telinga, matanya memperhatikan mobil yang terparkir di depan pagar rumahnya. Mengenang sesuatu yang terasa sudah lama namun masih terasa baru. Sebuah suara berbicara kepadanya dari seberang sana.

"Aku akan menunggu kamu di bawah sampai kamu keluar, J."

Kemudian panggilan itu terputus sebelum Joanne sempat membalas.

Joanne menghela nafas, mundur dari hadapan jendela kamarnya. Menjauhkan ponsel dari telinganya, menatap layarnya yang menggelap dan sudut bibirnya sedikit terangkat.

Sama seperti sebelumnya, Harvey memang tidak pernah berubah.

"Dasar tukang perintah."[]

■ 260117 ■

BLUESWhere stories live. Discover now