14 ■ quatorze.

13.2K 1.4K 17
                                    

"Tangan kamu bagaimana, Ra?"

Elisa bertanya kepada Ara yang tengah mengoles obat ke lengan atasnya yang tampak segaris luka berwarna merah.

"It's okay, El. Hanya tergores sedikit." Jawab Ara kepada Elisa yang mengamati bekas luka di atas lengannya.

Sebuah insiden kecil dimana ada benda tajam yang menyerempet lengan atasnya saat Ara membopong Joanne turun dari mobil dan saat tubuh Joanne tidak sengaja limbung ke kanan membuat Ara harus menahannya, namun Ara tidak cukup kuat menahannya hingga tubuhnya ikut terbeban. Membuat tanpa sengaja lengan Ara tergores pada benda tajam yang ada di sana.

Itu cukup buruk karena Ara masih bisa merasakan perihnya saat ia mencoba untuk membersihkan garis luka tersebut.

"Sebenarnya apa yang terjadi kepadanya?"

Elisa baru masuk ke dalam kamar dan melihat Ara yang duduk di sisi ranjangnya dengan tubuh Joanne yang tidur meringkuk menghadap ke arah mereka.

"Dia menelefon aku untuk datang ke tempat dia berada dan pada saat sampai di sana kurasa aku sudah terlambat." Ara menarik nafas panjang di akhir kalimatnya.

"Mungkin dia sedang ada masalah dengan Darent?" Elisa menebak, ikut bergabung duduk di sebelah Ara, menatap kepada Joanne yang terlelap. "Kamu tahu sendiri Darent itu..."

Ara tidak menyalahkan apa yang dikatakan oleh Elisa, perempuan itu tampak berpikir.

Tatapan Ara menyusuri wajah Joanne yang tertidur lelap lalu Ara menghela nafas panjang saat melihat Joanne yang mengingau di dalam tidurnya. Gumaman tidak jelas keluar dari mulut perempuan itu.

Ara tersenyum kecut saat berkata, "Tadi kamu baru saja mabuk lalu bertingkah bodoh dan sekarang kamu menangis?"

Ara berkata saat melihat sudut mata Joanne yang berair dan itu bahkan mengalir turun. Nada suara Ara penuh keketusan namun perempuan itu akhirnya mengusap air mata yang turun menuruni tulang pipi Joanne dengan jarinya.

Elisa yang melihat itu ikut mengerutkan kening, menatap pada jemari Ara yang mengusap air mata yang menuruni pipi Joanne.

"Aku merasa bahwa keadaan Joanne kali ini adalah masalah yang serius, Ra." Kata Elisa.

Ara tidak membantah, menoleh kepada Elisa dan kemudian berkata kepada temannya itu.

"Selalu, Joanne tidak mempunyai alasan lain untuk minum selain pada saat dia sedang mempunyai masalah namun kurasa kali ini keadaannya cukup buruk." Kata Ara.

Ara tersenyum pahit saat mengakhiri ucapannya. Perempuan itu menyipitkan matanya pada tubuh Joanne yang berputar di atas ranjang, membalik tubuhnya membelakangi Elisa dan Ara yang duduk pada sisi ranjang di belakangnya.

"Aku merasa penasaran, masalah seperti apa yang sedang dia hadapi dan aku harap kali ini bukan tentang cinta." Kata Ara kepada Elisa, Ara itu juga terdengar mengecilkan suaranya.

"Tentang cinta?" Elisa menyipitkan matanya lalu menggeleng sambil tertawa pelan.

Terdengar suara helaan nafas panjang dari Ara sebelum akhirnya perempuan itu berkata, "Apa pun masalahnya aku yakin itu bukan tentang cinta. Aku percaya bahwa Darent-lah yang menjadi sumber masalahnya."

Elisa tertawa mendengar apa yang Ara katakan barusan, terdengar seperti Ara menyimpan dendam pribadi kepada kakak laki-laki Joanne. Namun Elisa memutuskan untuk tidak memberi komentar atas ucapan Ara yang sebelumnya. Elisa mengambil ponselnya dari atas meja lalu tampak mengetik sesuatu di atas sana sebelum akhirnya Elisa

"Kalau begitu aku akan menghubungi Darent sekarang sebelum terlalu larut." Kata Elisa.

Ara mengerutkan keningnya lalu berkata, "Apa yang akan kamu katakan kepada Darent?"

Dan sebelum Elisa menjawab Ara merubah posisinya menjadi memangku dagunya, menahan diri untuk tidak memutar bola mata atas ucapannya sendiri.

"Aku harap itu tidak menjadi lebih buruk karena jika kamu tidak bisa meyakinkan pria itu maka dia berakhir datang ke rumah kamu ini untuk menjemput adiknya." Tuntas Ara.

Ara terlalu mengenal Darent dari cerita Joanne selama ini. Joanne hanya tinggal bersama kakak laki-lakinya itu, jadi tentu saja Darent punya banyak waktu untuk mengurusi Joanne setelah selesai dengan pekerjaannya.

"Tenang saja, aku sudah memikirkan alasannya." Elisa tampak mengedipkan sebelah matanya kepada Ara sebelum akhirnya perempuan itu menempelkan ponselnya ke telinganya.

Elisa keluar dari kamar meninggalkan Ara dengan Joanne yang masih tertidur lelap di sana. Suara gumaman pelan sesekali terdengar. Ara memperhatikan Joanne, perempuan itu tampak berantakan.

Rambut yang masih terikat dan Ara hendak merapikan rambut Joanne yang masih terikat, pada saat Ara memposisikan dirinya di sebelah kanan Joanne, dimana perempuan itu menghadap dalam tidurnya. Ara mencoba untuk mengangkat kepala Joanne dari bantal namun gerakannya terhenti, bersamaan dengan kedua matanya yang melebar.

Dan tidak berapa lama kemudian tersengar suara pintu yang terbuka dengan perlahan dan Elisa muncul dari balik sana. Elisa menatap heran kepada Ara yang tengah bergerak turun dari atas tempat tidur.

"Kamu sedang apa, Ra?"

"Aku hanya merapikan rambutnya," Ara mengangkat bahunya lalu berkata, "Well, dan aku merasa bahwa ini benar-benar masalah serius, El. Sangat serius."

Elisa menyipitkan matanya atas ucapan Ara.

"Maksud kamu?" Tanya Elisa sambil menutup pintu yang ada di belakangnya.

Elisa berjalan perlahan mendekati tempat tidurnya dan menatap Ara dengan tatapan penasaran sementara temannya itu tampak menahan dirinya. Ara menarik nafas panjang melalui hidungnya dan menghelanya keluar dari mulut. Sepertinya Ara sudah melakukan hal itu untuk kesekian kalinya malam ini.

Ekspresi wajah Ara tidak terbaca oleh Elisa sebelum akhirnya Ara bersuara.

"Bantalnya basah dan aku yakin kita sama-sama tahu apa artinya itu, Elisa."[]

■ 290117 ■

BLUESWhere stories live. Discover now