38 ■ trente-huit.

7.8K 869 14
                                    

Mereka ada di bagian luar dari gedung tersebut saat Harvey membenarkan letak mahkota yang dikenakan oleh Joanne di atas kepalanya. Tersenyum puas melihat Joanne yang kini berdiri di hadapannya.

"Kamu cantik malam ini, J," kata Harvey.

Joanne tersenyum mendengar pujian Harvey kepada dirinya lalu mendorong pelan tubuh Harvey menggunakan tubuhnya sambil tertawa pelan.

"Apa kamu baru saja berharap aku membalas berkata 'kamu juga tampan malam ini, H' kepada kamu?" kata Joanne.

Sementara Harvey hanya tertawa lalu berkata dengan nada bercanda. "Absolutely, yes."

Joanne tertawa lalu mengerutkan hidungnya.

"Sayang sekali, karena aku tidak percaya kepada pujian. Maka aku tidak akan mengatakannya."

Harvey tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Joanne. Pria itu membungkuk sedikit dan tanpa permisi atau mengatakan apa pun, Harvey mencium bibir Joanne sekilas.

Saat Harvey menjauhkan wajahnya hingga tercipta jarak sekitar dua senti, matanya bertemu dengan kedua mata Joanne yang terbelalak terkejut.

"Anggap saja kita impas." kata Harvey.

"Impas apanya, Bodoh?" balas Joanne dengan tatapan tajam serta nada menantang.

Kemudian Joanne berjinjit, membalas mencium Harvey seperti apa yang pria itu lakukan barusan.

Menarik kerah jas milik pria itu agar Harvey sedikit menunduk kepadanya, perbedaan tinggi badan Harvey dan dirinya masih cukup ketara meski Joanne mengenakan sepatu berhak tinggi.

Ciuman itu mungkin akan berlangsung lebih lama jika Joanne lupa dimana mereka berada sekarang sehingga Joanne yang pertama kali menjauhkan wajahnya, menarik kembali bibirnya dari bibir Harvey. Nafasnya sedikit terengah.

Setelah beberapa detik, Joanne mengambil nafas dalam lalu kembali menghembuskannya keluar melalui hidung.

Perempuan itu menengadahkan kepalanya dan mendapati Harvey yang kini tengah menatap takjub kepada Joanne. Pria itu tampak terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

"Wow, J. Baru saja kamu..."

"Kamu tampan malam ini, Harvey," kata Joanne sambil tersenyum lalu mendengus pelan. "Tapi sayangnya aku sudah bosan."

Harvey terlalu terkejut untuk mengatakan sesuatu, sehingga Joanne kembali melanjutkan kalimatnya.

"Jadi, ayo kita putus."

Kalimat singkat itu seakan menyentak Harvey, meluncur dengan begitu mulus kepada Harvey, menampar dengan telak hingga menyakitkan dan menyengat.

"Tunggu, J..."

Joanne menarik dirinya dari Harvey dengan mundur perlahan hingga tercipta jarak di antara keduanya. Joanne mengangkat sebelah tan

"Itu ciuman pertama aku dan sekaligus yang terakhir untuk kamu," kata Joanne kepada Harvey. "Sebuah ciuman perpisahan."

Joanne tersenyum melihat reaksi terkejut Harvey. Mungkin pria itu tidak akan menyangka, tentu saja. Bahkan Joanne sendiri tidak menyangka bahwa dirinya bisa melakukan hal itu.

"Terima kasih untuk malam ini, Harvey," kata Joanne lagi.

Harvey masih tertegun, mencerna dengan begitu lama hingga Joanne merasa bodoh dan mengutuk dirinya sendiri. Menelan sesuatu yang terasa menyangkut di dalam tenggorokannya.

Jangan menangis, Joanne.

Jangan, jangan lakukan itu di depan Harvey.

Sebuah deringan ponsel menyelamatkan Joanne. Joanne dengan gerakan cepat membuka tas kecil yang dibawanya dan hanya melihat pada layarnya sekilas, perempuan itu kembali melihat pada Harvey yang hanya menatapnya.

"Joanne..." Harvey memanggil nama Joanne.

Suara keduanya keluar bersamaan, Joanne tidak berani menatap ke mata Harvey. Joanne berpura-pura tidak dengar.

"Aku pulang, Ezra sudah datang," kata Joanne.

Tanpa berani mengatakan apa pun lagi, Joanne bersumpah bahwa ini adalah malam terbaik selama hidupnya.

Sekaligus malam terburuk untuknya. Karena ia baru tahu pada malam ini bahwa ternyata mencintai seseorang dan juga patah hati akan terasa seburuk dan sesakit ini.

Pada saat Joanne membalik tubuhnya dari hadapan Harvey, pria itu menahan pergelangan tangan perempuan itu.

"Tunggu, Joanne!"

Namun Joanne menghindar dan menepisnya dengan cepat sebelum Harvey sempat mengeratkannya.

"Jangan menghalangi jalan aku, jangan kejar aku, H. Jika kamu melakukannya, aku bersumpah akan membenci kamu, selamanya," ancam Joanne.

Harvey terdiam mendengar apa yang baru saja Joanne lontarkan, hingga akhirnya pria itu hanya melihat Joanne membalik tubuhnya dan perempuan itu tampak berlari masuk ke dalam ruangan dan kemudian menghilang.

Tanpa kata, tanpa penjelasan.

Seperti janjinya, semua berakhir malam ini.

Joanne meninggalkan Harvey.

Semuanya selesai.

Namun patah hatinya, baru saja dimulai.

Joanne yang pergi meninggalkan Harvey tanpa alasan.

Harvey yang tidak mengejar Joanne.

Pertanyaannya adalah siapa yang paling tersakiti di sini?[]

■ 220217 ■

BLUESWhere stories live. Discover now