15 ■ quinze.

13.3K 1.3K 3
                                    

Joanne terbangun dengan kepalanya yang terasa berat. Matanya membuka dan menerawang selama beberapa saat ke langit-langit yang ada di atas sana. Bertanya kepadanya sendiri dimana dia berada saat ini.

"Kamu sudah bangun, J?"

Elisa baru saja masuk ke dalam kamarnya saat ia mendapati Joanne yang sudah membuka matanya, perempuan itu tampak menerawang pada langit-langit kamarnya. Sebelah tangannya menyentuh pada atas keningnya.

Joanne menoleh ke arah Elisa dan melihat temannya itu membawa sebuah nampan berisi minuman dan mangkok makanan, dari aromanya Joanne bisa menebak bahwa itu adalah bubur dengan sup.

"Elisa?" Suara Joanne terdengar serak saat memanggil nama Elisa.

Joanne memanggil nama Elisa, terdengar sedikit terkejut karena ternyata ia tertidur di kamar Elisa. Pantas saja Joanne merasa familier dengan kamar ini saat ia baru saja terbangun.

Elisa mendekat kepada Joanne yang mulai menggerakan tubuhnya. "Kamu mabuk semalam dan Ara membawa kamu ke sini."

"Kamu bisa bangun, J?" Elisa bertanya saat Joanne tampak hendak bergerak bangun dari posisi berbaringnya.

Elisa meletakan nampan yang ia bawa di atas night stand dan membantu Joanne untuk bangkit dari tidurnya. Elisa memegangi bagian belakang punggung Joanne, mendorong dengan perlahan agar Joanne bisa menyeimbangkan tubuhnya.

"Bagaimana perasaan kamu sekarang, J?"

Elisa bertanya kepada Joanne saat perempuan itu masih memegangi keningnya, meringis seakan ada sesuatu yang menusuk di sana.

"Aku ingin muntah rasanya." Kata Joanne, nyaris seperti sebuah bisikan pelan.

Elisa tampak mencerna ucapan Joanne selama beberapa detik sebelum perempuan itu bereaksi, menyadari bahwa ini akan buruk jika ia lambat sedikit saja.

"Aku akan membawa kamu ke kamar mandi, J."

Elisa baru hendak membantu Joanne turun dari tempat tidur sebelum temannya itu melepaskan diri dari Elisa dan melarikan dirinya ke kamar mandi secepat yang ia bisa kemudian disusul dengan suara muntahan dari arah kamar mandi.

Sedangkan Elisa meringis sambil menyusul ke kamar mandi mendapati Joanne tengah menyirami sisa muntahannya.

"Berapa banyak yang kamu minum semalam?" Tanya Elisa saat Joanne mulai tenang.

"Tiga? Atau mungkin empat?" Suaranya parau.

Joanne membalas pertanyaan Elisa, setelah itu Joanne meringis dan mencoba untuk berdiri dengan kedua kakinya yang masih terasa lemas. Melangkah mendekat pada wastafel untuk membilas wajah dan berkumur.

"Darent akan membunuh kamu jika dia mengetahui keadaanmu yang sekarang, J." Elisa berkata saat Joanne sedang membilas wajahnya.

Ucapan Elisa membuat gerakan Joanne yang tengah membilas wajahnya sontak berhenti, perempuan itu menoleh dan tatapannya berubah ngeri.

"Apa kamu memberitahu Darent...."

Elisa membalas Joanne dengan gerakan bahunya kemudian berkata, "Ya."

Joanne merasa sesuatu mendidih di dalam perutnya membuat rasa mualnya kembali ke permukaan menusuk tenggorokannya, mendesak untuk keluar.

Joanne kembali berlutut di depan kloset dan memuntahkan isi perutnya lagi. Membiarkan Elisa di belakang sana, menatap miris pada kekacauan yang terjadi di depannya.

"Apa kamu benar-benar ingin melihatku mati kali ini, El?" Joanne berbisik lirih setelah memuntahkan semuanya. Perempuan itu mengintip melalui balik bahunya.

Elisa memutar bola matanya, melangkah mendekat kepada Joanne. Ikut berjongkok tidak jauh dari Joanne yang berlutut sambil mengusap lembut bagian belakang punggung Joanne.

"Ya," kemudian terdengar tawa pelan dari Elisa. "Jika itu terjadi maka mungkin aku sudah gila, J." Tuntas Elisa.

Joanne sontak menoleh kepada Elisa, tatapan matanya bertanya-tanya.

"Tenang saja, Darent tidak tahu." Kata Elisa pada akhirnya.

Joanne tidak menyembunyikan perasaan leganya namun perempuan itu tidak mengatakan apa pun. Pening di kepalanya memenangkan segalanya.

"Berapa lama aku tertidur?" Tanya Joanne setelah beberapa saat perempuan itu menunduk.

Elisa tampak menghitung lalu berkata, "Kamu tidur selama sebelas jam, J."

Joanne tersentak oleh jawaban Elisa, menatap temannya itu dengan tatapan horor.

"Sebelas jam?" Joanne mengulang. "Kamu pasti bercanda, El."

Elisa mengerutkan keningnya lalu berkata, "Kamu pikir sekarang jam berapa?"

"Ini masih tengah malam, bukan?"

Joanne berkata dengan nada yang terdengar seperti mencoba untuk meyakinkan seseorang. Perkataan Joanne sontak membuat Elisa memutar bola matanya.

"For God sake, sadarlah, J. Ini sudah hampir tengah hari!" Elisa nyaris berseru kepada temannya itu namun ia mencoba untuk bersabar kepada drunk Joanne.

Ucapan Joanne seakan menyentaknya terlalu keras, Joanne membeku. Perempuan itu membalik tubuhnya dengan perlahan kepada Elisa lalu bibirnya di antara gigi atas dan gigi bawahnya.

Butuh waktu beberapa detik bagi Joanne untuk kembali mengeluh atas rasa sakit yang dideritanya. Setelah mabuk semalam, hangover benar-benar terasa menyiksa seluruh tubuhnya.

Joanne meringis saat mual kembali menyerangnya, disusul dengan rasa pusing serta denyutan di kepala. Elisa tidak bisa melakukan banyak hal melihat keadaan Joanne.

Elisa juga tidak akan mengatakan bahwa Joanne menangis di dalam tidurnya saat mabuk semalam dan bahkan mengingaukan hal yang tidak jelas hampir semalaman kemarin. Elisa hanya akan menutup mulutnya, seperti yang Ara minta.

Joanne berdiri, kembali membilas wajahnya di wastafel dan berkumur. Elisa berdiri dari posisi jongkoknya, memperhatikan Joanne yang tengah berkaca di depan sana. Untuk kesekian kalinya, Elisa merasa Joanne terlalu banyak menghela nafas kemudian menarik nafas dalam kembali melalui hidungnya.

Elisa memperhatikan pemandangan itu selama beberapa saat sebelum akhirnya ia bersuara untuk bertanya kepada Joanne.

"Bagaimana perasaanmu sekarang? Merasa lebih baik?"

Elisa memperhatikan Joanne dari bayangan yang dipantul oleh cermin di hadapan mereka. Joanne masih memperhatikan pantulan dirinya di dalam cermin tersebut, memejamkan matanya yang sayu dengan bola mata yang tampak sedikit memerah akibat muntah dan mual.

Joanne menggeleng lalu berkata dengan sangat pelan.

"Aku merasa... seperti ingin mati saja."[]

■ 300117 ■

BLUESWhere stories live. Discover now