25 ■ vingt-cinq.

10.2K 1K 13
                                    

"Memangnya kamu akan pergi kemana malam ini, J?"

Ara bertanya kepada Joanne, karena perempuan itu baru saja menolak ajakannya untuk pergi keluar malam nanti. Joanne menarik nafas panjang, menatap kepada Ara yang memperhatikannya dengan penuh penasaran.

"Ezra kembali ke Indonesia."

Ara menyipitkan matanya mendengar ucapan Joanne. Ara tentu belum tahu tentang hal itu, Joanne tidak sempat menceritakan hal itu kepada Ara karena sudah hampir tiga hari setelah insiden mabuk.

"Ezra? Kapan?" Ara bertanya kepada Joanne.

"Semalam dan dia datang ke tempat aku tadi siang."

Joanne mengigit sedotan minumannya, sementara Ara mencerna apa yang dikatakan oleh Joanne kepadanya barusan.

"Ezra kembali dan datang ke tempat kamu? Well, itu akan menjadi sangat awkward aku rasa."

"Sangat, holy crap..."

Joanne memijit pelipisnya saat mengingat tentang percakapannya dengan Ezra tadi siang. Ara sendiri tahu seperti apa cerita tentang kakak-kakak Joanne.

Darent mungkin cukup buruk untuk menyebabkan masalah bagi Joanne dan Ezra, dua kali lipat lebih buruk pengaruhnya bagi Joanne daripada Darent.

"Lalu sekarang, apa yang kamu lakukan di sini, J?"

Ara menyipitkan matanya, bertanya kepada Joanne yang masih duduk di cafe bersamanya. Waktu sudah hampir menunjukan pukul lima sore. Joanne seharusnya sudah pulang dan menyiapkan dirinya untuk menghadiri pesta.

"Tidakkah kau seharusnya pulang dan mempersiapkan dirimu untuk pergi ke pesta?"

Joanne menghela nafas, memangku dagunya dengan kedua tangannya yang bertumpu kepada sikunya.

"For God sake, aku tidak mau pergi ke pesta itu, Ara." Kata Joanne dengan nada frustasi.

Nada frustasi Joanne tentu membuat Ara mengerutkan hidungnya dan bertanya, "Why, J?"

"Pasalnya, yang mengajak aku ke pesta itu adalah Ezra sendiri, Ra." Joanne tampak seperti menahan dirinya untuk tidak menjerit.

"Itu alasan kamu masih di sini? Karena Ezra yang mengajak kamu pergi ke pesta?"

Joanne tidak sepenuhnya membenarkan apa yang baru dikatakan oleh Ara.

"Well, pergi ke pesta dengan Ezra sebenarnya tidak pernah seburuk itu." Kata Joanne.

"Lalu kenapa, J? Bukankah seharusnya kamu pulang dan bersiap-siap untuk ke pesta sekarang?"

"Pasalnya pesta yang akan aku hadiri itu nanti...."

Ucapan Joanne terhenti saat ponselnya berbunyi, Joanne berdecak pelan kemudian merogoh saku cardigan yang dikenakannya. Mengeluarkan benda kecil itu dari dalam sana. Membaca nama yang tertera di atas layar ponsel itu.

Ara bisa memperhatikan setiap perubahan ekspresi Joanne yang menatap kepada layar ponselnya. Perempuan itu memangku dagu sambil menyesap frappe-nya dengan perlahan-lahan.

Sementara Joanne tampak bingung dengan tatapan mata lurus pada layar ponselnya.

"Kenapa tidak diangkat?"

Ara akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada temannya itu. Membuat perhatian Joanne teralih kepadanya, dari tatapan Joanne Ara bisa melihat kegusaran di dalamnya.

Joanne tidak menjawab, hanya mengendikan bahunya pelan sebelum memutar ponselnya kepada Ara, menampakan layar ponselnya dengan sebuah panggilan masuk. Ara menyipit membaca nama yang tertera di atas sana.

"Siapa, J?" Tanya Ara lagi kali ini dengan suara berhati-hati sekaligus penasaran kepada Joanne.

Adolf Hitler.[]

■ 050217 ■

BLUESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang