Aku langsung memanggil salah satu pramugari di privat jet ku untuk menyuruhnya membuatkan bubur untuk Gea. Aku mengelus puncak kepala Gea dengan lembut dan terus berharap Gea akan segera siuman.

Tidak seberapa lama, Gea akhirnya membuka matanya dan itu sungguh membuat aku merasa lega. Aku tetap mengelus puncak kepala Gea dan bertanya kepadanya.

"Bagian mana yang sakit?" tanya ku lembut sambil terus mengelus rambut panjangnya.

"A—aku hanya maag," jawab nya lemah.

Astaga, kenapa dia tidak bilang daritadi jika perutnya sakit. Ck, Gea!

"Kenapa tidak bilang kalau lapar, hm?" tanya ku sekali lagi berusaha tetap lembut agar dia tidak takut denganku.

"Tadi kau sangat serius dengan macbook mu dan sepertinya kau sibuk. Jadi aku tidak mau mengganggu." jawab nya tanpa menatapku.

"Hei, kau bisa bilang kalau kau lapar lalu kita akan makan, Gea. Lain kali jangan seperti ini lagi, kau membuatku khawatir. Aku tidak ingin kau sakit." balasku lembut kepadanya yang hanya dibalas dengan anggukan kecil.

Setelah itu, seorang pramugari datang dengan membawakan bubur pesanan ku tadi.

"Bangunlah sebentar, kau harus makan." aku membantunya untuk duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Aku tidak suka bubur." Gea menolak sesendok bubur yang kuberikan padanya.

"Lau kau ingin makan apa? Katakan padaku." tanya ku sambil meletakkan mangkuk bubur ke atas nakas.

"Lasagna," Gea menatapku dengan puppy eyes andalannya.

"Lasagna? nanti maag mu bisa kambuh lagi karena memasak lasagna butuh waktu yang cukup lama. Makanlah ini dulu, nanti setelah sampai, kita makan lasagna. Okay?" aku berusaha membujuk Gea agar mau memakan bubur itu.

"OK." jawabnya singkat.

Aku kembali menyendokkan bubur dan menyuapkan kepada Gea yang kemudian ia terima dengan enggan. Gea tidak mau menghabiskan buburnya, dia bilang buburnya terasa hambar—padaha saat aku cicipi, rasanya cukup enak. Tapi aku tidak mau memaksanya lagi, karena sebentar lagi kami akan mendarat, jadi aku akan membiarkan Gea makan lasagna setelah ini.

"Tidurlah, nanti aku bangunkan jika kita sudah sampai." ucap ku seraya mengelus puncak kepala Gea dengan lembut.

Gea menuruti perkataanku dan kembali membaringkan tubuhnya sebelum ia kembali terlelap. Aku menunggunya  sambil terus mengelus rambut nya dengan lembut.

Sepuluh menit lagi pesawat kami akan mendarat, aku memutuskan untuk membereskan macbook dan barang-barang ku sebelum kembali ke kamar lagi.

***

Saat jet ku sudah mendarat dengan sempurna, aku menggendong Gea dan membawanya masuk ke dalam mobil yang sudah menjemput kedatanganku—sedangkan orang-orang ku yang membawakan barang-barang kami menuju mobil.

Aku memutuskan untuk membawa Gea ke mansion keluarga ku karena jaraknya yang paling dekat dengan bandara. Hanya butuh waktu tempuh selama dua puluh menit untuk bisa sampai ke mansion keluarga ku.

Setibanya kami tepat di deoan pintu utama, aku langsung menggendong Gea dan membawa wanitaku itu menuju kamar pribadiku sebelum menidurkannya ke ranjangku. Setelah itu, aku meminta para maid yang ada di mansion untuk membuatkan lasagna sesuai yang Gea bilang tadi.

Sangat tidak mungkin jika aku membawa Gea makan ke restauran mengingat wajahnya yang sudah pucat dan tubuhnya yang masih lemas. Jadi, aku memutuskan untuk membawa Gea ke mansion ku. Lagipula di sini juga ada koki pribadi yang bisa memasak semua jenis makanan yang ku inginkan.

PERJODOHAN TAK TERDUGA [COMPLETED✔]Where stories live. Discover now