"Namaku Yoon Sarah, kami berdua berasal dari Korea."

Selagi aku tersenyum dan berfikir—aku tidak menyadarinya—aku merasa seperti pertukaran pelajar dan bertemu anak-anak dari berbagai negara. Ada sesuatu yang aneh, aku tidak yakin apakah mereka berbicara dengan ku menggunakan bahasa inggri atau bahasa mereka, karena di dalam kepalaku percakapan mereka seperti di artikan begitu saja. apakah ini sejenis sihir yang hanya ada di tempat ini sehingga membuat kami tidak perlu repot-repot belajar suatu bahasa dan mengerti secara langsung apa yang dikatakan lawan bicara? Entahlah, tapi aku memang tidak mendengar mereka menggunakan bahasa inggris atau bahasa mereka, sungguh! Mereka menggunakan bahasa yang ku mengerti selayaknya bahasa ibu ku!

"Namaku Ryoko Soji." Seperti biasa Ryoko membalas dengan sopan dan cepat. "kedua teman ku ini Alva Rosaliya dan Mandrova Pira Elbiral. Kami berasal dari Jepang."

Kedua gadis Korea itu mengangguk dengan semangat, sepertinya semua anak-anak di sini akan lebih dekat dengan orang-orang yang satu asal dengan mereka. Melly terlihat berbicara akrab dengan Ryoko—sepertinya kedua gadis ramah dan lembut itu nampak cocok—dan sosok gadis lain—Sarah—menghampiri Al dan mendekatkan iris hitam besarnya yang bulat ke wajah gadis pirang satu-satunya diantara kami.

"kau dari Jepang ? Tapi wajahmu seperti orang Eropa." Untuk tipe gadis yang terlihat sangar dengan tubuh kurusnya, ternyata gadis itu tak jauh berbeda dengan Al.

"aku lahir di jepang. Ayah ku dari Rusia dan ibuku Jepang. Dan aku, yah, inilah jadinya." Kata Al sambil merentangkan kedua tangannya.

Selagi mereka—ya, kecuali aku yang hanya diam, dan Melly atau Sarah yang akan menegur ku—beramah tamah, aku memperhatikan sekitar. Tempat ini mulai dipenuhi orang-orang dan ku lihat dua orang penjaga dengan seragam serba hitam yang sekilas seperti ninja menutup pintu gerbang, tidak ada yang menyadari keberadaan mereka, bahkan anak-anak yang berdiri tak jauh dari gerbang sibuk dengan satu sama lain.

Tak lama kemudian pintu besar bangunan itu terbuka, tiga sosok orang keluar ke puncak anak tangga. Dua orang di belakang menggunakan pakaian serba hitam yang sama seperti orang yang menutup gerbang, separuh wajah mereka ditutupi oleh topeng yang membuat mereka terlihat misterius, di tengahnya seorang wanita yang terlihat masih muda, berparas anggun, cantik dan—aku mengakuinya—sebuah kecantikan yang sempurna.

Wanita tinggi bersurai putih itu melangkah dengan gaun panjangnya yang tersibak, ia berhenti di undakan atas pintu besar. Perhatian segera teralih kepadanya dan keheningan terjadi.

"Selamat datang para wizard, saya Dea, Kepala akademi ini. Ku sambut kalian semua dengan gembira dan penuh hormat di Wizard Academy! Kami akan membantu kalian mengendalikan dan mengembangkan kekuatan kalian. Walau ada perbedaan usia di sini, kami tidak menerapkan perbedaan peningkatan untuk tiap usia. Untuk kalian para pelajar baru akan berada di tingkat yang sama."

Terdengar keributan dari beberapa orang yang tampaknya tidak setuju, aku tidak mempermasalahkan sistem apa yang akan digunakan akademi ini.

Mata ku menangkap sosok Ryoko yang berdiri tepat di sampingku, wajah putihnya mengernyit menatap kearah depan seperti yang lain. aku menyikut lengannya, gadis itu melirik ku dengan tatapan yang sulit diartikan.

"kenapa?" tanya ku.

Ryoko kembali melirik ke depan, namun tatapannya yang aneh masih bertahan. "tidak ada, tapi," gadis itu menundukkan kepalanya, rambut coklatnya yang lurus seperti benang menjuntai di samping wajah membentuk tirai. Ryoko bercicit. "Dea, dalam bahasa latin berarti dewi."

"maksud mu dia menyebut dirinya dewi?" suara Al menyahut, sepertinya dia mendengar pembicaraan kami, padahal situasi sekarang sangat ribut karena memperdebatkan sistem yang dikatakan wanita itu. "ku pikir hanya sekedar nama samara saja. apakah dia sengaja mengambil istilah itu?"

WIZARD (Broken Butterfly) ENDWhere stories live. Discover now