081. Racun Berwujud Kekuasaan -1-

Mulai dari awal
                                    

Dengan perintah Sasuke, Naruto dan Hinata resmi menjadi tahanan perang.

Sementara Neji, sulung Hyuuga itu sama sekali tak menaruh belas kasihan sedikitpun pada adik kandungnya yang tengah hamil besar itu dan ia siksa. Ia malah tersenyum puas menyaksikan penderitaan sang adik bersama suaminya. 'Hukuman bagi seorang pengkhianat keluarga, kau pantas mendapatkan itu Imouto.'

"Semoga kau suka dengan penyambutan kami, adik ipar." Neji mengejek dengan santainya. Melenggang pergi tanpa beban.

Naruto tak ambil pusing dengan ejekan Neji. Safir birunya hanya terfokus pada wajah Hinata yang di penuhi memar. "Bahkan binatang pun tak akan pernah tega menyiksa saudaranya sendiri." Naruto membawa tubuh rapuh wanita yang tengah mengandung benihnya itu kedalam gendongannya. Membagikan rasa nyaman pada wanita yang tersenyum tipis padanya.

Bahkan untuk membuka mulutnyapun Hinata tak sanggup. Hanya air mata yang membasahi pipinyalah yang menggambarkan penderitaan yang ia rasakan.

Naruto sedikit menundukkan wajahnya. Menempelkan pipinya yang kotor dengan tanah, dengan pipi Hinata yang dibasahi linangan air mata. Ia mencoba menghapus air bening yang mengalir tiada hentinya.

"Jangan menangis lagi.., aku disini, bersamamu...., tak perlu takut, semuanya akan baik-baik saja..., aku janji..."

'Arigatou... Naruto-kun....'

...

Puluhan pasang mata samurai setia itu menatap miris, tubuh tegap Jenderal mereka yang tengah menggendong sang istri, perlahan hilang di balik pintu megah istana Kamakura Bafuku.

Tak ada satupun dari mereka yang tahu bagaimana nasib Naruto dan Hinata sebagai tahanan di dalam istana itu.

"Kita ke Dairi." Suara pria Nara yang masih menjabat sebagai Saiteki Kamakura Bafuku itu, memecah kesunyian. Shikamaru memutar arah kudanya ke utara dimana istana Kaisar, 'Daidairi' berdiri kokoh.

"Lalu Naruto dan Hinata?" Timpal Kakashi yang kini tengah melepaskan belitan tali kekang pada tubuh istrinya.

"Kita tak bisa meninggalkan mereka disini." Timpal Yamato, yang tengah memantau para samurai yang mengangkat jenazah Ayame. Ayame kepala dayang istana Kamakura Bafuku itu, akan di kremasi di istana Dairi sebagai tanda penghormatannya.

"Bagaimana dengan Hidenka-sama dan Shogun-sama..." Isak pilu Tomoyo. Ia memang merasa lega telah berada di posisi aman. Tapi keadaan Hinata yang habis disiksa dan ditawan bersama sang suami, di tambah lagi melihat seniornya yang tak bernyawa membuatnya tak bisa menahan tangis.

"Atau kita yang akan dihabisi, jika tetap berada disini." Tukas Asuma yang juga tengah membalikkan arah jalan kudanya.

"Kaisar pasti punya penyelesaian untuk ini." Ucap Sai dengan tatapan sendu memandang gerbang kokoh berukir naga, yang menutup rapat istana Dairi setelah semua pemberontak itu mundur.

Rasa penasaran yang amat besar membuncah dihatinya. Apa yang sebenarnya terjadi antara dua orang yang dia anggap sebagai saudara itu. Kenapa perselisihan mereka melibatkan dinasti ini.

Satu persatu pasukan setia itu meninggalkan gerbang istana Kamakura Bafuku. Meninggalkan Jenderal mereka yang tertawan di dalam istana itu bersama sang istri.

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang