075. Menembus Benteng Kyoto -2-

Start from the beginning
                                    

Tomoyo menggeleng sambil menahan isakan. Ia tidak tega melihat keadaan sang lotus ungu yang kian melemah. Kantung mata terlihat jelas mengelilingi kelopak matanya. Mutiara lavender wanita yang tengah hamil tua itu terlihat begitu sayu dan lelah. Ia sedang mengkhawatirkan keaadaan sang suami yang berada di luar tembok ibu kota. Dan mimpi buruk yang ia alami, membuat matanya enggan terpejam barang sebentar.

Tangan lembutnya mengelus sayang perut besar dimana buah hatinya tengah bersemayam dengan nyaman. "Tomoyo, aku benar-benar gelisah saat ini, aku tak mengerti..., tapi sesuatu yang besar dan menakutkan kurasa akan terjadi."

'Tetaplah bersama Okaa-chan sayang....'

...

"Kau belum tidur sejak tadi, Tsuma...?" Hashirama mendudukkan dirinya diatas futton yang di kelilingi oleh kelambu. Menatap lekat sang istri yang duduk termangu disampingnya. Tangannya terulur membelai puncak kepala sewarna mawar itu. Mencoba memberikan kenyamanan pada sang permaisuri.

Mito menggeleng pelan menanggapi pertanyaan sang suami. "Entahlah..., aku benar-benar ketakutan saat ini." Jawaban lirih itu, seumur hidup sang Kaisar tak pernah mendengar permaisurinya itu begitu lirih. Mito selalu tampak bersemangat dan menggebu-gebu. Tak pernah tersirat keputusasaan dalam setiap kata yang terucap darinya. Tapi kali ini, Hashirama merasakan sang istri benar-benar berbeda. Raut ketakutan dan kesedihan jelas terpatri di wajah sang permaisuri.

...

"Aku benar-benar menyayangkan keputusan Shogun-sama untuk tidak membunuhmu!" Onix hitam sang Saiteki menatap amarah pada onix lain yang berada dihadapannya. Onix hitam milik pemuda yang belum genap berusia dua puluh tahun. Sarutobi Konohanaru. Sang pewaris perguruan samurai tertua di Heian, Shinto Ryu.

"Salah jika aku meminta keadilan atas hakku yang dirampas?" Tantang Konohamaru dengan tatapan yang sama tajam dengan Shikamaru. Kedua katana mereka saling beradu, katana Shikamaru berdiri tegak dengan posisi horizontal, mencoba menyerang Konohamaru, sementara katana Konohanaru melintang dengan posisi vertikal menghalau katana sang Saiteki yang siap menghantam kepalanya.

"Khe, bocah tengik tak tahu diri..!"

Tranggggg

Katana dua Samurai beda generasi ini kembali beradu, suara hantaman mereka berdua melebur bersama suara ratusan pasang katana lain yang beradu di padang rumput kaki bukit Fushimi. Perbatasan terjauh dari gerbang ibu Kota Heian itu, menjadi saksi penyerangan pemberontakan pertama di masa pemerintahan Kaisar Hashirama dengan bala pasukan yang amat besar.

Pemberontakan pertama yang tak dapat di halau Kamakura Bafuku dibawah pimpinan Shogun Uzumaki Naruto. Pemberontakan pertama selama kepemimpinan sang Jenderal Uzumaki yang mampu mendekat hingga ke bukit Fushimi, bahkan sebagian dari pemberontak itu telah mencapai benteng Kyoto.

...

Bibir tipis pria bersurai coklat itu menyunggingkan senyuman penuh kemenangan. Bagaimana tidak?, seperti yang telah ia prediksi bersama komplotannya. Fajar itu benteng Kyoto, ibu kota negeri Heian nampak sangat sunyi. Dari atas punggung kuda coklat yang ia tunggangi, Neji, sulung Hyuuga itu dapat melihat begitu lengahnya penjagaan di benteng pelindung ibu kota.

Tenten mengarahkan kudanya mendekat ke tempat kuda Neji berdiri. "Mereka dalam keadaan lengah Hyuuga-sama..."

Neji tersenyum tipis dan mengalihkan pandangannya dari tembok kokoh kota Kyoto. "Sudah berapa kali ku katakan panggil namaku, kau milikku.." Tambah Neji sambil menggerakan tali kekangnya mengatur kuda coklat tunggangannya yang sedikit bergerak di luar kendali.

Fox And FlowerWhere stories live. Discover now