Arka mengerutkan keningnya bingung, kenapa Karin malah tak senang punya suami yang punya badan bagus yang mungkin banyak diidam-idamkan perempuan lain diluar sana. Arka menarik pinggang Karin intens membuat Karin hampir mengeluarkan sumpah serapah.
"Kamu kok enggak senang punya suami yang tampan nan rupawan kayak aku?" Arka mencubit pipi Karin gemas.

Karin masih berusaha melepaskan tangan Arka dipinggangnya, "Cih, pede banget kamu bang,"

Arka terkekeh lalu menarik Karin menuju keluar kamar, "Apa perlu aku tanya sama perempuan di seluruh dunia ini kalo aku ini tampan atau enggak?" Canda Arka mengubah pelukannya menjadi rangkulan. Saat mereka sedang bercanda di lantai dua, tanpa mereka sadari jika Fannesa sedang menyaksikan adegan romantis mereka. Sampai akhirnya Fannesa angkat bicara, "Romantisnya jangan di depan jones dong, "

Arka langsung melepaskan rangkulannya lalu kembali masuk ke kamar sedangkan Karin merasa awkward karena Fannesa melihat apa yang dilakukannya beberpaa saat yang lalu dengan Arka, "Oh, iya kak, enggak jadi perginya? Ini udah hampir jam enam loh," ucap Karin mengalihkan pembicaraan.

Fannesa tersenyum lalu mengambil tas Chanel-nya kemudian bangkit dari duduknya, "Ini mau berangkat. Salam buat kak Arka ya,".

Karin mengangguk lalu kembali masuk ke kamar. Ia melihat Arka duduk santai masih bertelanjang dada, "Katanya mau mandi," sinis Karin berkacak pinggang. Arka hanya menyengir kuda kemudian bangkit. Sebelum masuk kamar mandi, Arka sempat berbisik membuat Karin berpikir seketika.

Dia hanya mengganggu dan aku menginginkanmu, Karin.

***

"BENERAAN?" suara melengking Sasha berhasil menarik perhatian seluruh penghuni kelas XII MIPA-1 membuat Vita dan Karin hanya bisa menunduk malu.

"Kecilin dikit, napa Sas," dengus Vita menepuk kepala Sasha kuat.

Sasha meringis tetapi tetap terpaku pada Karin, "Beneran lo Rin? Kak Fannesa yang dulu?" Tanya Sasha ulang.

Sasha dan Vita tak asing lagi dengan Fannesa karena sebelumnya Fannesa juga sudah pernah bertemu dengan mereka berdua. Tetapi tindakan Fannesa yang memilih tinggal si rumah Arka dan Karin bukanlah hal yang biasa.

"Terus kenapa lo izinin Kar, lo gila apa? Apa lo enggak takut kalo kak Arka bakal tergoda? Kak Fannesa kan lebih cantik dari elo. Apa kak Arka enggak protes?" Vita menumpahkan semua pertanyaan yang bahkan jika ia tak tanyakan, dia sudah tau jawabannya.

"Gue sih enggak peduli. Gue cuma kepikiran sama yang kak Arka bilang sama gue tadi pagi,"
Karin menatap jus tomatnya nanar-tak bersemangat.

Sasha mengambil jus tomat Karin lalu menyeruputnya, "Emang kak Arka bilang apa?"

"Dia bilang kalo dia merasa terganggu sama kedatangan kak Fannesa. Kan enggak mungkin gue usir dia. Lalu kak Arka bilang dia menginginkanku. Gue bingung, kalo dia ingin sesuatu dari gue, kan tinggal bilang." ujar Karin menjelaskan.

Mata Vita dan Sasha membulat. Senyum lebar tercetak jelas di wajah keduanya, lalu mereka saling berbisik, "Kak Arka buat kode keras tuh,"

Sasha mengangguk, "Kayaknya ada perkembangan nih," timpalnya.

Karin melihat dua sahabatnya itu dengan pandangan aneh, "Kalian kok bisik-bisik? Kalian tau apa maksudnya?"

Sasha dan Vita menggeleng cepat, "Bukan apa-apa kok, yang perlu lo lakuin sekarang adalah serius buat UN bulan depan,"

Karin memilih tak berpikir panjang, "Lo juga berdua,"

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang