062. Rembulan Hitam Dilangit Kyoto -2-

Start from the beginning
                                    

Sementara di samping Mito, duduk seorang wanita hamil yang mengenakan uchikake biru gelap dengan helaian kelamnya yang sebagian dibiarkan tergerai. Tangan lembutnya bergerak halus mengusap bagian tubuhnya yang tengah menampung buah hati bersama pria tercintanya. Janin mungil yang tengah bergelung nyaman di rahimnya itu bergerak sangat aktif sejak ia masuk kedalam area pertunjukan.

"Dia tak sabar menyaksikan ayahnya tampil...," Mito sedikit berbisik sambil tersenyum tipis, ia tahu, penyebab Hinata sedikit meringis sambil menggigit bibir bawahnya adalah mahluk kecil yang sedang bergantung hidup padanya.

Hinata tersenyum tipis sambil mengangguk pelan. Kemudian ia mengalihkan pandangan kekanan dan kiri. Hingga pintu area pertunjukan terbuka, tampak beberapa orang penari pria membawa taiko masuk kedalam area pertunjunkkan. Mereka menabuh alat musik serupa genderang besar sambil menampilkan tarian yang memukau.

"Suamimu, akan masuk di puncak acara Hime..." Goda Mito setengah berbisik ke telinga Hinata.

Istri sang Jenderal pun hanya tersenyum sambil menyembunyikan wajah memerahnya dengan cara menundukkan wajahnya yang memerah padam.

...

Di salah satu sisi taman istana kekaisaran, sekelempok samurai lengkap dengan katana mereka, berbaris rapi mendengarkan instruksi dari pimpinan mereka.

"Bagaimana hasil pengintaian selama Toyohashi Oni Matsuri" Sang pemimpin bertanya sambil menyusuri tiap wajah prajuritnya yang di terpa cahaya rembulan. Ia sedang memastikan bahwa tak satupun dari mereka adalah pengintai.

"Lapor Shogun-sama, tak ada yang mencurigakan selama ritual itu berlangsung di keramaian Kyoto." Jawab salah satu samurai yang berdiri di barisan paling depan.

Naruto, sang Jenderal Samurai itu mengangguk pelan. "Periksa semua orang yang masuk kedalam gerbang istana, termasuk para penari yang memerankan setan merah." Tambah Naruto. Safir birunya masih tetap menyusuri pemandangan taman istana Buraku-in yang di terpa cahaya rembulan penuh.

"Hai' Shogun-sama." Jawab para samurai itu bersamaan.

Naruto mengangguk sekilas sambil menghela nafas. Ada kegundahan di hatinya. Entah mengapa sejak pertama kali dia memasuki istana resepsi malam ini. Ada rasa takut yang teramat besar dalam hatinya. Dan jika sudah begitu, keluarga kaisar dan istrinya yang menjadi prioritasnya.

"Kau lakukan saja peranmu sebagai Tengu-sama," seseorang yang sedari tadi berdiri disampingnya, menepuk pelan pundak sang Jenderal.

"Awasi semua orang yang ada di area pertunjukan, aku juga akan bersiaga selama memimpin ritual, Uchiha Sasuke bisa masuk kapanpun ke dalam istana ini." Suara sang Jenderal memang terdengar tenang dan penuh strategi, tapi, jauh di balik itu semua ada rasa ketakutan yang teramat sangat dalam hatinya.

"Kau tenang saja." Shikamaru kembali menepuk bahu tegap Naruto.

"Aku percayakan padamu." Naruto tersenyum tipis, dan menggunakan topeng dewa Tengu untuk memimpin ritual pengusiran roh jahat.

......

Bunyi tabuhan Taiko kian kencang, pintu area pertunjukkan kembali terbuka. Puluhan orang yang mengenakan kimono merah dengan dengan topeng merah memasuki area pertunjukkan dengan membawa bendera merah.

Fox And FlowerWhere stories live. Discover now