"Bukain bego!!!!!!"

Nadine menjauhkan ponsel dari telinganya saat gadis itu berteriak di sambungan teleponya.

"Kamu mau buka apa aku balik aja!"

"Ehhhhh!! Iya aku buka, tunggu sayang"

Nadine sedikit berlari ke depan, memutar kunci rumahnya lalu membuka pintu itu.

"Pagi sayang, hehehe" Nadine nyengir

Helena langsung masuk ke rumah tanpa membalas sapaan Nadine. Duduk, meraih botol air di meja, meminumnya lalu meraih remote tv lalu menekan tombol tambah volume.

"Kamu ba mpppp" Helena langsung menyerang bibir Nadine. Diciumnya dengan mode sedikit hard

Ciuman yang di awali dengan panas, membuat gairah Nadine mudah terpancing. Setelah satu minggu hanya bisa memandang wahah Helena di layar ponsel, menyapanya saja jarang. Rasa rindu Nadine bersambut. Helena masih terus memagut bibir Nadine, atas bawah. Dengan napas yang tersengal mereka tetap saling terpaut, tak ingin melepas bibir itu. Helena mulai melemahkan pagutanya, lebih halus dan memberikan sedikit waktu untuk nadine menarik oksigen. Bibir yang masih bertautan itu saling menarik senyuman. Nadine menarik tubuh Helena semakin dekat, lalu menekan tengkuk Helena. Giliranya untuk membalas ciuman panas Helena.

Helena melepaskan bibirnya, membuat Nadine merengut kesal. Helena menarik Nadine berdiri dari duduknya.

"Ayo kita mulai pelajaran baru Nad" mata kanan Helena mengerling

Tubuh Nadine merinding, terjatuh sempurna di atas sofa, Helena mendorongnya. Kakinya terbuka, memberi ruang untuk untuk Helena yang membungkukan tubuhnya di atas Nadine.

"Kita mulai, kita belajar ini" Helena menyentuh bagian bawah Nadine dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanan mengacungkan jarinya. Shit, kenapa anak ini seksi sekali

Di mulai dari leher, Helena memulai serangannya. Leher, telinga, bibir, semakin turun dan turun di semua tubuh depan nadine. Kedua tangan Helena dengan kuat menahan tangan Nadine, ia mau Nadine menikmati sentuhannya. Terus dan terus Helena menghujani ciuman, gigitan di tubuhnya, membuat Nadine semakin meledak. Di sana, dibawah sana, terasa ada sesuatu yang mendesak untuk di keluarkan. Namun belum bisa, tubuh polos keduanya yang dibanjiri keringat membuat panas tubuh masing-masing meningkat.

Terasa geli saat Helena bermain dengan tangan kanannya di bawah sana, merabanya, mengelus dengan jari-jari lentiknya, sedikit menekan. Masih dengan posisi Helena yang menciumi lehernya.

Helena sedikit mengangkat tubuhnya.

"Siap? I love you Nadine"

Nadine mengangguk

"I love you Helena"

Lalu, terasa ada sesuatu yang mencoba melesak masuk disana.

#####@aa###############@aaa

Helena mengelus lembut kepala Nadine. Matanya menatap jauh ke depan, layar televisi yang masih menyala. Acara televisi yang mulai menampilkan cuplikan adzan subuh, membuat Nadine terbangun.

"Hei, kenapa sayang?"

"Len. Ke kamar yuk"

"Masih mau? Kamu udah keluar banyak lho?"

"Issh, mesum. Ke kamar yuk, bobo sana aja. Keburu ada yang liat kita polosan gini"

"Hah? Siapa"

Nadine menarik Helena, memunguti pakain mereka yang bercecer di sembarang tempat. Dengan langkah yang dibikin pelan, Nadine memberi tanda untuk mengendap-endap saat sampai di depan kamar tamunya. Helena hanya mengikutinya tanpa protes. Nadine menutup pintu kamarnya dengan sangat pelan agar tak menimbulkan suara.

"Kamu ngapa sih sayang, kaya mau maling aja"

"Iya, kan mau malingin kamu sayang"

"Hahaha, udah sana bobok. Aku tau kamu gak bisa bobo kan semaleman. Aku peluk sinih"

Helena menarik Nadine di pelukannya. Nadine menjadikan dada Helena untuk bantal tidurnya.

Helena masih terjaga. Ia sedikit penasaran, ada siapa? Maya? Vero? Kenapa harus di kamar tamu? Pasti disinilah kalau memang mereka. Mana mungkin Nadine membiarkan mereka disana tanpa ada kamar mandi di kamar itu.

Pagi mulai menampakan dirinya. Nadine sangat lelap, membuat Helena tak tega membangunkanya.

'Tapi? Ahh ya udahlah, liat aja'

Helena menarik tubuhnya pelan-pelan dari dekapan nadine. Suara berisik itu semakin terdengar.

'Maling apa ya?'

Saat helena berhasil bangun, terdengar suara ketokan pintu di kamar Nadine.

Helena membuka pintu kamar dengan hati-hati, bersiap menggunakan kemampuannya kalau memang ini maling.

"Aaaaaaaa...... Kamprettt!"

Keduanya berteriak bersamaan, dengan kata 'kampret' di ujungnya. Membuat nadine terpaksa membuka matanya kembali.

"Woyyyyy! Kalian tu kampreet! Gue ngantuukkkkkk!!" Rutuk Nadine kesal, menghampiri keduanya

Helena dengan muka di tengadahkan ke atas melihat samping, dengan tangan dilipat di dadanya. Dan Gerry dengan posisi yang sama.

"Kalian tau kan? Ini pagi. PAGI, bego! Berisik! Lo juga Gerry, pake dulu tu celana lu. Maen make daleman doang di rumah gue! Mau pentas lo?"

"Hehe, sorry Nad. Gue lupa" ucap Gerry malu, lalu kedua tangannya menutup dadanya menyilang

"Sialan, pagi-pagi udeh ngeliat dugong make daleman doang gini gue" dumel Helena sedikit keras

"Ihh, gue lebih sial. Pagi-pagi ngeliat anak kodok gak make daleman" Gerry sengaja memakai volume normal suaranya

"Dan gue, kalian denger yaaaaaaaaa!" Nadine mencubit perut keduanya

"Gue siaaaaaaalll, pagi-pagi kudu jadi juri antara dugong sama anak kodok ributin daleman!"

Nadine sedikit menarik kedua perut itu, keduanya meringis sakit. Tetap dengan ekspresi saling membuang tatapan, sok kuat seoalah cubitan Nadine itu tak ada sakitnya.

"Hei kalian. Ayo sarapan"

Suara lelaki berwajah unik itu membuat kami menoleh. Ia merapikan rambut sebahunya, seperti iklan-iklan shampo di tv.

"Hei, malah bengong. Gue udah masak, kalian masih mau ngeributin daleman? Kalian masuk kamar pake baju yang layak. Gue tunggu di meja makan. Okeh"

Seperti tersihir, kami pun menyudahi semua keributan ini. Aku dan Helena cepat-cepat mengenakan pakaian kami. Lalu bergegas keluar menuju meja makan. Disana sudah ada Gerry, dia terlihat sangat manja sekali. Nadine mendengar Helena berdecih.

"Woi! Biasa aja dong! Macam tai anget kalian!"

Nadine membekap mulut Helena agar tak mengeluarkan kata-kata kasar lagi. Mereka ini selalu saja ribut, membuat Nadine gatal ingin mencabik-cabik mulut keduanya.

"Sirik lo?!" Ucap Gerry saat Nadine Helena sudah duduk di seberangnya

"Selamat makan. Ini spesial buat kalian"

Setelah kata terakhir dari bibir William itu, mereka berempat melahap makananya dalam diam. Nadine dan Willi saling mencuri pandang. Willi memberi isyarat dengan matanya, ingin mengungkapkan sesuatu antara Helena dan Gerry.

"Kalau udah piringnya di tinggal aja. Biar gue yang beresin" ucap Gerry setelah mereka semua sama-sama diam.

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Where stories live. Discover now