053. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -1-

Start from the beginning
                                    

Hinata mengelus sayang perut besarnya, dan kembali berkomunikasi pada benih dari prianya itu. "Kau mau mendengar detak jantung Otou-chan sayang..?" Pergerakan kecil kembali ia rasakan pada dinding rahimnya. "Okaa-chan anggap itu jawabannya, iya..." Hinata kembali terkekeh pelan.

Dengan sangat hati-hati wanita hamil ini memiringkan posisi tubuhnya. Ia baringkan kepala indigonya di atas dada bidang sang suami. Suara detak jantung sang suami kini memenuhi gendang telinganya. Ada rasa nyaman yang ia dapatkan ketika mendengar suara detak jantung Naruto. Ia merasa tenang, baginya detak jantung suaminya itu adalah nyanyian pengantar tidur baginya. Inilah kebiasaan yang selama ini terjadi saat sang suami mendekapnya erat. Hinata selalu mengambil kesempatan untuk mendengarkan irama detak jantung sang suami.

"Kau suka, nak...?" Tanya Hinata lembut pada sang jabang bayi, seraya mengelus lembut tempat buah hatinya kini tengah berkembang. "Detak jantung Otou-chan terdengar merdukan?"

Dalam keadaan pura-pura tertidurnya, Naruto terkekeh geli. 'Bagaimana suara detak jantungku terdengar merdu...?, Hime, kau ada-ada saja..'

"Nghhhh..." Naruto melenguh pelan untuk meyakinkan sang istri bahwa ia tertidur pulas. Tangan kekar sewarna madunya merengkuh tubuh sang istri yang bersandar diatas tubuhnya.

Dan itu berhasil membuat Hinata yang sempat tersentak saat tangan Naruto merengkuhnya. Namun saat mendengar lenguhan dan mata Naruto yang tertutup rapat. Membuatnya yakin bahwa suaminya itu benar-benar tertidur pulas. Entah hasrat apa yang merasuki wanita hamil itu di tengah malam seperti ini. Seketika pandangan mutiara lavendernya terhenti pada bibir merah kecoklatan sang suami yang begitu menggoda.

Hinata menggelengkan kepalanya cepat. 'Tidak mana boleh seperti itu, itu sangat memalukan..'

Istri sang Jenderal Samurai itu menatap wajah sang suami yang tengah tertidur dengan malu-malu. Ada rasa aneh di dalam dirinya, entah kenapa ia ingin sekali mengecup bibir menggoda sang Shogun. Padahal selama ini selalu sang suamilah yang lebih dahulu mengecup lembut bibir mungilnya.

'Tapi Naruto-kun kan tidurnya nyenyak sekali..., mungkin jika hanya sebentar tak apa, lagi pula ini keinginan dia juga.' Batin Hinata sambil mengelus perut buncitnya. Lagi-lagi ia menjadikan jabang bayinya sebagai alasannya.

Hinata tersenyum malu-malu sambil mencondongkan wajahnya mendekat pada sang suami. Mutiara lavendernya menatap lekat pada wajah damai sang Jenderal Samurai yang terlelap pura-pura. Tangan sewarna susu miliknya mengelus sayang kelopak mata sewarna madu milik suaminya. 'Aishiteru yo Naruto-kun...'

Bibir merah muda sang Murashakiro no Hime menempel lembut pada bibir sang Kyubi no Kitsune. Ciuman pertama yang ia mulai duluan. Hanya sekilas kecupan kecil dengan mata terpejam sudah dapat memuaskan hasrat kecil wanita ini. Tapi Hinata salah. Sang suami sudah sejak tadi terjaga. Ia bahkan turut menikmati rasa manis bibir Hinata yang megecup bibirnya. Sekarang jangan salahkan Naruto jika ia tak puas dengan ciuman singkat sang istri.

Tepat ketika Hinata akan melerai ciumannya. Ketika ia akan menjauhkan wajahnya dengan wajah sang suami. Hinata merasakan ada tangan yang menekan lembut kepalanya. Hingga ia kesulitan untuk mengangkat kepalanya. Dan ketika ia membuka matanya, safir biru sang suami telah menyambut pandangan mutiara lavendernya.

Safir dan mutiara itu beradu pandang. Wajah sang Murashikiro no Hime merah padam bak tomat, saat sang suami tengah memergokinya mencuri ciuman.

"Hmmmppppp.." Hinata mengerang sang Shogun malah menekan lembut kepalanya. Memperdalam ciuman yang hampir ia selesaikan. Kini Hinata harus menerima hukuman karena telah lancang mencuri ciuman dari suaminya.

Fox And FlowerWhere stories live. Discover now