052. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -2-

Mulai dari awal
                                    

Hinata terduduk dengan susah payah dari posisi berbaringnya di futton. Ia bergidik ngeri saat melihat dengan enteng tangan sang permaisuri melempar vas bunga giok itu ke arah suaminya.

"Hal yang kau anggap biasa sering kali, membawa malapetaka ketika kau menyepelekannya." Pesan Mito seraya berdiri dan berjalan menuju pintu geser yang menjadi jalan keluar dari kamar keponakannya ini. "Istri dan anakmu baik-baik saja. Lain kali jangan sembarangan menuruti keinginan wanita hamil yang terkadang tidak logis."

Hinata tertunduk merasa bersalah mendengar teguran sang bibi. Sementara Naruto, ia tersenyum simpul. Ia tahu cara sang bibi mendidiknya sedikit menakutkan. Tapi dibalik semua sikap kejam dan angkuh yang di tunjukan Mito. Dia adalah seorang istri, ibu dan bibi yang menyayangi dan melindungi keluarganya dengan caranya sendiri.

"Naruto, temui aku di zanshiki ada yang ingin ku sampaikan padamu." Mito melangkah keluar dari kamar sang keponakan dengan uchikake merah keemasannya yang terseret indah di tatatami.

Jenderal Samurai itu, menghampiri sang istri yang tengah duduk diatas futton ia duduk tepat disamping sang istri. Tangan sewarna madunya membelai lembut helaian indigo kesayangannya itu. "Jangan meminta yang aneh-aneh lagi, jika kau tak mau Ba-san menganiayaku..." Bisiknya lembut tepat di telinga sang istri.

Bibir merah muda itu tersenyum dengan manis, tangan putihnya terulur membelai surai pirang sang suami. "Maafkan aku ya..."

Bukan jawaban yang di dapatnya, pria itu malah menariknya kedalam pelukan. Menumpukan dagu lancipnya pada bahu kecil yang menjadi sandaran kokoh baginya. Di kecupnya pelan pundak sang istri. "Aku akan menemui Ba-san di ruang tamu, kau tidurlah lebih dahulu.."

Hinata menggeleng pelan. "Aku akan menunggumu..."

Tangan sewarna madu milik sang Jenderal Samurai menyentil hidung mancung nan mungil milik sang istri. "Nakal..."

🍀🍀🍀🍀

"Apa mungkin , ada keterlibatan Sasuke dalam penyerangan di gerbang Naniwa?" Safir biru sang Shogun menatap lekat sang bibi yang kini duduk dihadapannya.

Cahaya temaram lilin yang menerangi ruang tamu istana Keshogunan tak dapat membuat Mito menyembunyikan kegelisahan yang ditampakkan manik kelabu dari safir sang keponakan.

Mito menghela nafas panjang. Dan itu cukup memancing rasa ketidak sabaran keponakannya yang menjabat sebagai Jenderal Samurai. "Kau tahu.., beberapa hari setelah kaburnya Sasuke dari penjara bawah tanah. Penglihatan mata batinku padanya tertutup. Ada kekuatan lain yang menutupi dirinya...,"

"Kekuatan yang sama seperti kekuatan yang melingkupi Kyoto saat Okaa-chan diserang?" Tanya Naruto dengan amarah yang menggebu-gebu.

Berat hati Mito untuk mengakuinya. Tapi yang dikatakan oleh keponakannya itu benar. Ada kekuatan besar yang melindungi Sasuke saat ini. Kekuatan yang sama saat Kyoto di segel oleh Obito saat Kushina di perkosa. "Dengar..." Mito mencoba mengatur intonasi bicaranya agar keponakan tempramentalnya itu tak mengamuk di tengah malam.

Naruto mendengus kesal. Ia tahu sikap yang ditunjukkan sang bibi adalah untuk menenangkan emosinya.

"Kita tahu, saat pembantaian klan Uchiha, Akatsuki lolos dari jangkauanmu. Mereka membawa semua pusaka milik Obito. Dan yang tentu kau juga mengetahuinya, bahwa akatsuki adalah murid setia Obito, yang juga menganut ilmu hitam untuk menumbalkan kitsune?" Jelas Mito dengan tiap pekataan yang ia atur serapi mungkin agar Naruto tidak mengamuk.

Brakkkk

Mito menghela nafas, ia gagal. Naruto kini memukul kuat meja pendek yang ada dihadapannya. Beruntung otak sang Shogun masih berpikir tentang istri hamilnya yang tengah beristirahat. Karena bisa saja meja yang terbuat dari kayu jati itu terbalik karena menjadi pelampiasan emosinya.

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang