049. Kelopak Sakura Yang Layu -1-

Mulai dari awal
                                    

Hinata melepaskan tangan kekar sang suami yang melingkar pada perut besarnya. Dan perlahan berbalik menghadap sang suami. "Aku tak bercanda Shogun-sama...," Hinata menatap lekat safir biru suaminya. Tangan putihnya terulur membelai rahang tegas sang suami. "Kau tak mungkin diam saja saat aku dan dia diperlakukan begitu jahat."

"Kau sendiri yang mengatakan adikmu jahat, jadi tak perlu bertanya apa yang kulakukan pada adikmu." Jawab Naruto dingin.

"Hukuman apa yang kau berikan padanya...?" Kali ini suara Hinata yang tadinya terdengar sangat manja dan lembut kini terdengar agak tegas.

"Aku melarangnya keluar dari Shinto Ryu." Bohong Naruto untuk menghindari perdebatan dengan sang istri.

"Aku tak percaya..."

"Baiklah...., terserah." Naruto akhirnya menyerah membujuk sang istri ia bangkit duduk, dan saat akan beranjak dari batu lebar itu. Sebuah tarikan halus terasa di tangannya.

Seringai tipis terpatri dari bibir sang Jenderal Samurai. Ia tahu, Hinata tak setega itu mengabaikannya setelah tahu masa lalu sedihnya. Bisa jadi Naruto sedang memanfaatkan kisah sedih masa lalunya dan hati Hinatanya yang lembut.

"Gomenasi Anata..." Cicitan lembut Hinata berhasil mengukir senyum penuh kemenangan di bibir suaminya.

Naruto berbalik dan tersenyum lembut. Langsung ia rengkuh tubuh wanita kesayangannya itu. "Lain kali jangan pernah meragukanku......" Tangan kekar sewarna madunya terulur mengangkat dagu lancip sang istri. Ia dekatkan bibir merah kecoklatannya dengan bibir merah muda sang istri. Menyesap lembut rasa manis alami yang dihasilkan bibir mungil itu.

Tanganya menekan lembut bagian belakang kepala istrinya. Memperdalam peraduan bibir mereka, hingga keduanya merasakan membutuhkan pasokan udara.

Ciuman mereka terlerai. Naruto menutupnya dengan mengecup telinga sang istri yang memerah lagu berbisik. "Aku akan menandaimu..." Bisiknya lembut disertai dengan deru nafas hangat yang medesah.

Hinata tertunduk malu lalu mengangguk pelan. Ia paham dengan maksud sang suami. "Lakukan dengan lembut dan perlahan..." Hinata memberikan persetujuan.

Perlahan, Naruto merebahkan kembali tubuh sang istri hingga berbaring terlentang. Mendekatkan wajahnya dengan sang istri. Ia membuka penandaannya dengan mengecup kening mulus Hinata, beralih ke hidung, lalu menuju bibir mungil nan memabukkan.

Tangannya meraba obi tipis yang membalut perut buncit sang istri. Mengelus sayang tempat benihnya tengah berkembang. Sebelum ia melanjutkan penandaannya yang dimulai dengan melepaskan simpul sederhana yang mengikat obi tipis nagajuban  pemberian sang bibi yang dikenakan istrinya.

 Sebelum ia melanjutkan penandaannya yang dimulai dengan melepaskan simpul sederhana yang mengikat obi tipis nagajuban  pemberian sang bibi yang dikenakan istrinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang