"Apaan? Masih aja cemburu sama Gerry. Tau atau pun gak tau Gerry punya pacar, gak akan ngerubah apa pun. Dia cuma teman"
"Teman kok status pacar"
"Ciyeeee. Cemburu makin makin nih haha. Kan aku pacarannya sama kamu. Dia kan cuma orang yang dikira pacarku aja sama orang-orang luar"

Kembali hening. Kami sama-sama diam, dan aku mulai berpikir. Semua manusia memiliki masalahnya masing-masing. Dan masalah itu hanya kita sendiri yang bisa menghadapinya. Jadi, pilih sendiri mau kalian hadapi atau kalian lari terus menerus sampai waktu kalian habis?

"Nad, aku setuju dengan pernyataan orientasi seksual itu gak ada hubungannya sama penyakit Psikologi. Kamu tau kan maksud aku? Kecuali kalau udah menyimpang dan nyakitin pasangannya. Maka dari itu, wajar aku cemburu kamu punya pacar lain"

"Gak nyambung Helen!!! Kamu mah aneh. Nyambungnya darimanaaaaa" Aku mengacak lagi rambut Helena. Greget banget pacarku ini

"Aneh ya sayang? Haha. Aku manusia yang tergila-gila sama kamu kok. Really" Sambil mengedipkan mata, imut

"Halaahh Helena mah jago gombalnya"

Itu bukan suaraku atau pun Helena. Kami tertawa. Rosi datang membawakan kami nampan berisi teko teh panas, tiga cangkir kosong dan satu piring berisi tumpukan gorengan. Rosi meletakkan nampan di depan kami, lalu ikut duduk. Kami duduk mengitari nampan. Aku melihat Helena yang langsung menuangkan teh ke semua cangkir. Lalu dengan tak sabar mencomot bakwan dan langsung melahapnya tak lupa juga rawit hijau di tangan kiri nya

"Hih! Cah edan" Rosi meminum tehnya

"Apa! Suka-suka gue lah, berisik " Helena kembali memakan bakwannya

"Issh, gue bikin ini buat Kak Nadine" Rosi menarik piringnya lalu menyodorkannya di depanku. Aku tersenyum lalu meraih satu gorengan itu, pisang goreng. Melahapnya dalam 2 kali gigitan. Sepertinya aku cukup lapar

"Makan yang banyak kak"
Aku kaget waktu Rosi mengusap ujung bibirku dengan tangannya, mungkin ada minyak

"Ckk! Modus lo Ros!!!! Nadine punyaku. Maen pegang bibir aja" Protes Helena sambil pura-pura marah
"Yang punya bibir aja kalem loh"
"Kalem lah. Pacar gue kan orangnya lembut"

"Udah ihh. Kalian berisik. Rosi, boleh deh usapin lagi. Nih nih, aduh duh bibir aku minyak semua nih" aku melihat Rosi tersenyum malu, pipinya memerah. Lucu sekali

"Nadine!! Kan merah si piting rebus. Kalau gak ada kamu nih, Rosi udah gulungan di tanah pasti karena kegirangan"

Ya ampun. Helena. Aku tertawa, Rosi pun

"Kakak manis banget deh pas ketawa. Gak salah kami suka dari pandangan pertama sama kakak" Rosi memberi sinyal aneh ke Helena. Helena tersenyum, mengedipkan satu matanya genit waktu ku tatap minta penjelasan

"Kalian tu bisa gak kalau ngomong sekalian di jelasin. Aku ngerasa jadi bego deh ini" aku memasang muka serius

"Helena gila sama kakak dari kelas 2 SMP kak. Pas ngeliat kakak di mall. Tiap hari minggu kakak selalu ke Timezone kan. Tapi diem aja gak ngapa-ngapain"

"Rosi lo bisa diem kan? Gue potong uang jajan nangis lo" Helena sok galak. Tapi ku lihat dia tersenyum tipis waktu menundukkan wajah

"Aku sering ke Timezone itu udah lama banget. Cuma liatin orang maen. Seru banget, mereka bisa lincah gitu. Tapi aku gak bisa maen, jadi diem aja haha"

"Nah suatu hari. Kak Nad inget? Di toilet?" Rosi bertanya

"Nadine mana inget. Dia kan orangnya sengak" Helena mencibir, melihat ekspresi dariku yang menunjukan tidak mengingat apa-apa

"Tadi bilang aku kalem. Kok sekarang bilang aku sengak sih sayang. Tapi bentar. Toilet?" Tanyaku
Mereka mengangguk. Ada sekelebat bayangan lama, sayup-sayup. Dan akhirnya pecah tawaku

"Kalian anak SMP yang aku laporin ke pihak keamanan gara-gara nguntitin aku terus" Mereka mengangguk malas sambil "emh"

"Terus kalian tu ngapain sih dulu itu? Aku gak ingat muka kalian. Tapi ingat, 2 anak-anak aneh yang ngikutin aku kemana-mana setiap ke mall hari minggu"

"Hehe aku sih Nad yang ajakin Rosi nguntitin kamu kayak kriminal gitu. Gak ada niat jelek kok, kita mau kenalan"
"Elleeeh.. Kita? Ada sih lo Len. Ngebet" Protes Rosi.

"Heleh, lo juga ngebet kali. Sok gak mau ngaku"

Dan meraka masih beradu argumen tentang masa itu. Aku perhatikan keduanya. Syukurlah, Helena punya seseorang yang dekat

"Sebenarnya aku cukup suka sama kakak. Tapi cukup aja, gak lebih" Rosi tersipu malu

"Udah ahh. Jangan godain pacar gue terus. Gih masuk sana, temenin ibuk" Helena mendorong-dorong Rosi

"Udah ributnya. Mending kita foto. Mumpung aku mau. Momen langka kan" Kataku

Kami merapatkan duduk kami masing-masing. Aku di tengah. Di apit dua perempuan cantik itu

Berbagai pose sudah kami ambil. Dan pose terakhir. Aku kaget, Rosi mencium pipiku

"Ociiii!" Gelegar Helena.
"Ahahaha. Maapin Oci yah temanku ma bespren polepel. Oci kelepasan cium pacarmu haha"

Rosi berlari, masuk ke dalam rumah dengan tawanya yang nyaring

"Sayang. Kalau kamu suka sama Gerry, terus aku apa?" Tiba-tiba aku marah, kesal, cemburu
"Aku gak suka sama dia Nad. Apa sih? Gara-gara aku bilang dia dulu baik, sabar, bujan berarti aku suka dalam arti romantis. Kan Oci tadi udah bilang, dari SMP aku udah ngebet sama kamu. Jangan cemburu, plis. Aku jelasinnya harus gimana?"

"Oh jadi bener ya. Udah ngebet kenalan sama aku dari masih anak kecil. Ngaku nih kamu" Godaku ke Helana

Yang digoda malah cekikikan

"Iya kakak. Buruan dong lamar aku. Keburu kakaknya tua"

"Kurang ajar. Lama-lama makin berani ya ngatain aku tua"

"Kan memang tua. Nanti kakak gak kuat ngapa-ngapain kalau keburu T-U-A, tuuaaaaaa"
Ledek Helena, menjulurkan lidahnya

"Ku tunjukin apa itu tua. Ayo buktiin si tua ini bisa ngapa-ngapain apa gak"

"OK. Do it"

Helena berjalan meninggalkanku, aku masih duduk. Tapi mataku mengikutinya. Helena membalik badan, namun diam saja
Tersenyum, lalu

"Bbaamm!" Helena menembakku dengan ekspresi wajah fierce nya

Ughh sial. Aku tertembak, tepat di jantungku

"I love you Helena" Teriakku. Lalu berlari ke arahnya

Ku peluk erat sekali pacarku ini. Aku benar-benar jatuh cinta






LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang