048. Pangeran Yang Terbuang -2-

Start from the beginning
                                    

"Bayi di perut Hinata-nee baik-baik sajakan?"

Pertanyaan polos yang lolos dari mulut mungil sang pangeran kecil, sukses mencelos hati sang Jenderal Samurai yang kini tengah duduk di samping sang istri. 'Nawaki benar, Hinata sampai sekarat begini, lalu bagaimana dengan bayi kami, apa Hoshi no Tama milik Okaa-chan hanya berfungsi untuk melindungi Hinata dari panasnya bayi kami...'

Sebuah sentuhan dibahunya membuat Naruto tersadar dari lamunannya sendiri. Bibinya kini tengah berada disampingnya. "Lakukan sesuatu, sampai Kurama Ojii-san datang..."

"Apa kau tak bisa menolongnya..." Tanya Naruto sinis pada sang bibi.

Mito tersenyum tipis mendengar ucapan sinis dari keponakannya itu. Bahkan terhadap Mitopun Naruto akan menjadi sinis jika itu menyangkut tentang Hinatanya.

"Aku bisa..., tapi apa kau sebagai suaminya hanya akan diam saja sambil meratapinya terus?"

Pertanyaan Mito sukses membuat Naruto mendongak dan berpikir jernih. 'Apa yang Ba-san katakan itu benar. Aku bisa menyembuhkan luka luar Hinata, kenapa tidak ku lakukan sedari tadi.' Tanpa menjawab pertanyaan sang bibi, tangan kanan Naruto terulur pada tubuh lemah sang istri yang kini tengah menampung buah hati mereka.

"Kau sembuhkan semua lukanya, dan aku akan memeriksa perutnya." Mito tahu, akal sehat keponakannya itu kembali berfungsi, setelah amarah yang membuatnya berubah menjadi kitsune sempurna mendingin.

Tangan keponakan dan bibi itu mengeluarkan cahaya yang berbeda warna kearah tubuh Hinata. Naruto mengeluarkan cahaya biru pada luka menganga di dada Hinata. Sementara Mito menggunakan cahaya kemerahan dari tangannya kearah perut buncit Hinata. Dalam sekejap perut yang tengah mengandung itu mengeluarkan cahaya yang amat terang hingga janin yang ada di dalamnya dapat terlihat jelas.

Manik kelabu Mito memanas, saat melihat posisi kepala janin mungil yang tak bedosa itu terjepit pada tulang kemaluan sang ibu. Mito seorang ibu, ia tentu akan merasa miris bila melihat keadaan seperti ini menimpa bayi yang bahkan belum sampai kedunia.

Naruto, menghentikan usahanya menutup luka di dada Hinata saat melihat bibinya menitikan air mata. "Ba-san apa yang terjadi pada puteraku?!" Cecar Naruto sambil mencengkam kedua lengan sang bibi.

Akibat ulah Naruto itulah cahaya yang menguar di tangan Mito terhenti seketika. "Baka!, sudah kukatakan berkonsentrasilah menyembuhkan lukanya. Kau membuatku tak dapat berkonsentrasi!" Mito naik pitam pada keponakannya yang di lingkupi rasa ketakutan berlebihan itu. Wajar Naruto seperti itu. Ia pernah merasakan kehilangan semua anggota keluarganya dengan cara keji.

"Naruto, kau sebaiknya keluar." Suara Kurama, sang kakek rubah, seketika membuat Mito dan Naruto memandang ke asal suara.

"Jika kau tak terkendali seperti ini bagaimana kau bisa membantu menyelamatkan Hinata...," Timpal Nagato yang berdiri di belakang kakek rubah berhaori api itu.

"Bagaimana keadaan istri dan anakku?" Suara tegas itu terdengar bergetar. Naruto gundah dan gusar ia tak mampu mengendalikan perasaannya saat ini, hanya Hinata dan sang putera lah yang terlintas dalam pikirannya saat ini.

"Kepala anakmu terjepit di antara tulang kemaluan Hinata, tubuhnya terlilit tali pusar, dinding rahimnya memar, dan yang lebih parah ada racun yang mulai menjalar dalam tubuhnya."

Jawaban dingin namun menusuk dari mulut sang permaisuri menjadi sambaran petir bagi manusia setengah kitsune ini. Kepalanya seperti pecah. Ia ingin mengamuk, menghancurkan goa ini lalu berbalik ke Shinto Ryu dan membunuh Hanabi saat itu juga. 'Kenapa, kenapa tak ku habisi setan kecil itu tadi dalam sekali tebasan.'

Fox And FlowerWhere stories live. Discover now