Epilog

23.6K 1K 129
                                    

"Raaaay, kamu dimana, ayo cepet, kita nggak boleh telat.."
Teriak Alesha yang sudah menunggu suaminya cukup lama. Biasanya untuk bersiap-siap perempuan lah yang akan lama melakukannya, tapi kali ini tidak, bahkan sudah hampir 30 menit Alesha menunggu Rayyan yang tidak juga keluar dari kamar.
"Raay, kamu itu ngapain sih? Inget, gincuku jangan dipakek banyak-banyak, itu mahal harganya."
Ucap Alesha yang sudah mulai tidak sabar.

"Kamu itu bisa diem nggak sih."
Sahut Rayyan keluar dari kamar, dengan setelan jas warna kecoklatan dan kemejanya yang juga berwarna coklat muda.

"Kamu yang bisa cepet nggak sih."

"Nggak sopan sama suaminya."

"Kamu sih lama.. Ngapain aja sih?"

"Perutku lagi eror, ini pasti gara-gara masakanmu tadi pagi.. Sudah tau Bunda nggak masak, kita bisa kan cari diluar, daripada cari resiko makan masakanmu."
Gerutu Rayyan yang membuat Alesha mendelik. Memang sudah dua hari ini Ilham dan Rumi ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Sebenarnya tak terlalu merepotkan sampai harus Rumi ikut, tapi Ilham berinisiatif sekalian liburan. Yaah, biarlah mungkin mereka sedang merasakan puber kedua.

"Kok kamu gitu sih.. Kalo nggak suka, mending tadi nggak usah makan. Daripada ngegerutu kayak gini."
Cebik Alesha. Dia mendengus kesal karena Rayyan mengungkit-ungkit masakannya yang terlalu pedas, sedangkan Rayyan tak terlalu menyukainya.

"Yaya, sudah lah.. Kita jadi pergi nggak ini?"

"Ya jadilah."
Jawab Alesha masih dengan wajah kesalnya.

"Yaudah, jangan gitu mukanya.. Mau nih aku mules lagi karna liat wajahmu?"

"Iih kamu itu nyebelin ya, masak wajahku kamu samain dengan makanan pedas yang bikin kamu mules."

"Ya Rabbiii, kenapa cowo selalu salah. Dibaikin salah, nggak dibaikin salah. Hamba harus bagaimana Ya Allah?"
Gerutu Rayyan.
"Lagian, harusnya aku yang ngambek karna udah diracunin sama kamu. Tapi ini kenapa jadi aku yang diposisi bersalah."

"Ngeracunin? Siapa juga yang ngeracunin kamu. Kamu sendiri nggak bilang kalo nggak suka pedes. Lagian kalo udah tau pedes, kenapa masih dimakan aja."

Rayyan jengah. Ingin sekali rasanya menenggelamkan wajah perempuan itu diketiaknya, agar dia berhenti berbicara dan menyalahkan dirinya.

"Baiklah. Aku yang salah. Aku nggak ngasih tau kamu kalo aku nggak suka pedes, dan aku tetep memakan makanan itu padahal udah tau pedes. Sekarang kita bisa pergi kan?"
Tanya Rayyan, dia sedikit meleburkan emosinya. Laki-laki itu yakin istrinya sedang PMS.

"Gitu dong. Akui kesalahanmu. Yaudah, kita berangkat yuk."
Ucap Alesha dengan wajah cerianya lagi. Dia melingkarkan tangannya dilengan Rayyan, mempererat dengan kepala yang disandarkan dibahu laki-laki itu.
Kesempatan bagus untuk Rayyan mencubit pipi perempuan itu, untuk menyalurkan kekesalannya.

***

"Ray, kamu yakin Umar akan datang?"
Tanya Alesha pada Rayyan.

"Iya.. Gimana sama Dira? Dia sendiri jadi datang kan?"
Tanya balik Rayyan.

"Iya, dia udah ada didepan."

"Dia nggak tau rencana kita kan?"

"Nggak bakal... Itu anaknya."
Ucap Alesha melihat Adirah yang sudah ada diambang pintu restoran.
Rayyan dan Alesha merencanakan agar Umar dan Adirah bisa bertemu sebelum mereka berangkat ke acara pernikahan teman sekolahnya. Alesha mendapat curhatan dari Dira bahwa dia sedang bingung akan menggandeng siapa jika nanti datang ke acara tersebut, begitupun dengan Umar. Tapi Rayyan sendiri tidak yakin kalau sahabatnya itu akan sebingung Dira.

Bintang dibalik Senja (COMPLETE)Where stories live. Discover now