Yang pertama

44.4K 1.6K 16
                                    

Langkahnya penuh kemantapan menuju dalam musholla yang ada didepan rumah gadis itu. Setelah ini laki-laki itu akan menunaikan sholat dan dengan khusyuknya dia berdoa.

Ini lah kegiatan gadis itu setiap subuh. Setelah Alesha, dan Bundanya selesai sholat dimusholla depan rumah yang diimami oleh Ayahnya sendiri, Ilham. Waktunya dihabiskan untuk sekedar duduk-duduk didepan rumah, menunggu laki-laki yang selalu membuatnya penasaran. Kenapa laki-laki itu datang disaat semua jamaah sholat sudah selesai, sedangkan untuk waktunya, dia tidak pernah absen pergi ke musholla.

"Alesha, apa yang kamu lakukan disini? ayo, bawa mukenah dan sajadahmu masuk."
Ilham memperingati. Dia bukan sosok Ayah yang suka bercanda, pria itu masih kesikap dinginnya. Tapi coba kalau sudah dihadapkan oleh istrinya, bisa-bisa dia berubah melumer.

"Ayah, Esha pengen lihat bintang fajar."
Alesha pura-pura sembari menoleh kearah musholla. Rumi yang melihat gerak-gerik putrinya yang aneh, mengikuti pandangan Alesha yang tertuju keambang pintu musholla, tepatnya seorang laki-laki yang sedang berjalan kedalam rumah Allah itu.

"Apa tidak bosan?"
Tanya Ilham.

"Tidaklah, kalau bintang fajarnya beda dengan bintang fajar biasanya."
Sela Rumi yang membuat Ilham mengernyitkan alisnya.

"Apa yang kamu maksud?"
Tanya Ilham, dia benar-benar tidak tahu. Padahal mata Rumi sudah menyalang-nyalang kearah musholla depan rumahnya. Tapi ternyata pria itu tetap tidak peka.

"Aah sudahlah, kamu tetap Ilham balabala ulalaku yang tidak peka."
Gerutu Rumi yang langsung ngelunyur masuk.

"Rumi, berhenti memanggilku seperti itu."
Peringati Ilham yang juga ikut masuk kedalam rumah.

Alesha yang mendengar pertengkaran menggemaskan kedua orangtuanya hanya bisa memutar bolamata. Sudah punya anak berumur 17 tahun masih saja bersikap seperti anak kecil kalau bertengkar.

Matanya kembali fokus kearah depan. Menunggu laki-laki itu keluar dan menyapanya. Sungguh, kalau saja laki-laki itu lebih berani bercakap dnegannya, pasti Alesha akan tahu siapa dia yang selama ini membuatnya penasaran. Tapi nyatanya laki-laki itu hanya sekedar mengulas senyum, dan kembali masuk kedalam mobilnya.

****

"Gue harus gimana? benci nggak bisa, tapi kalo gue terus-terusan biarin ini semua bisa-bisa gue jatuh hati sama dia. Lo tahu sendiri kan teman-teman, kalo dia itu tebar pesonanya get."
Oceh Adirah, putri dari sahabat Bundanya Alesha, yaitu Rara. Adirah dua bersaudara, kakaknya bernama Adiva.

Ketiga gadis yang ada didepannya hanya bisa cengok.

"Semiris itu ya suka sama cowok yang seanggota banjari."
Ucap Azalea, putri tunggal dari Ami.

"Dan semenyedihkan itu ya cinta bertepuk sebelah tangan."
Sambung Asilah, putri pertama dari Ani.

"Sabar ya.."
Tambah Alesha yang mengelus-elus lengan Adirah.

"Apaan sih kalian. Kayak gue aja yang ngalamin gini, kalian mah lebih parah."
Sahut Adirah yang tidak setuju hanya dirinya yang mendapat belas kasihan.

"Gue?"
Azalea angkat bicara.

"Dan gue?"
Sambung lagi Asilah.

"Juga gue?"
Tambah Alesha.

Dan dengan bersamaan mereka saling kencang-kencangan suara, meratapi nasib mereka yang sama-sama mengagumi, namun hanya bisa untuk itu.

"Eeh stop."
Alesha menyudahi kegiatan aneh mereka yang dilakukan ditaman sekolah.
"Tapi kita mah jauh lebih happines gak sih? daripada mereka-mereka yang pacaran cuman dikekang, gak boleh ini itu."

"Pegang sana, pegang sini."
Sahut Azalea yang membuat ketiganya mendelik.

"Apa maksud lo?"
Tanya Adirah yang malah mempermasalahkan hal tidak penting itu.

"Hei, ini bukan taman milik lo berempat ya. Tolong jangan berisik!"
Suara itu terdengar dari balik tubuh Alesha. Haasssh, dia tahu betul siapa pemilik suara tukang protes itu.

Dan dengan sigapnya, botol air mineral kosong yang ada ditangannya segera melayang kearah laki-laki yang ternyata sudah siap-siap untuk menangkis. Dan benar, dia bisa menghindar dari botol kosong itu.

"Lo yang bisa diem gak?"
Kenapa melihat laki-laki itu seperti ingin membejek-bejeknya. Entah kenapa laki-laki itu selalu menyebalkan.

"Dasar cewek sinting. Dibilangin baik-baik malah nyolot. Awas aja lo."
Ucap laki-laki itu berlalu, karena ada seorang gadis yang sudah menghampirinya dan mengajaknya pergi.

"Dasar playboy kurang waras. Kalo ada cewek baru aja sok cool. Liat aja tuh Ellen, nyesel banget gue yakin."
Gerutu Alesha. Pandnagannya kembali kearah temannya. Dan pandnagan ketiga sahabatnya itu benar-benar membuatnya risih.

"Kenapa sih?"
Tanya Alesha heran.

"Lo kok sesewot itu sih sama Rayyan?"
Tanya Adirah. Ya, namanya Rayyan. Dia dan Alesha adalah musuh yang tidak pernah bisa akur. Kadang diantara mereka selalu ada yang menyebalkan. Begitupun dengan Alesha yang menganggap Rayyan suka tebar pesona dan cari perhatian kebanyak gadis.

"Gue bukan sewot, emang kenyataannya gitu kan."
Elak Alesha.

"Hati-hati loh, bisa-bisa lo jatuh cinta lagi sama Rayyan."
Goda Asilah.

"Iiih amit-amit."
Elak Alesha kembali.

"Eeh Esha, gak boleh ngomong gitu."
Adirah tidak setuju deegan yang diucapkan Alesha.

"Iya iya.."
Alesha mengalah.

Tit tut tit tut

suara itu berasal dari saku roknya. Alesha merogohnya dan segera melihat siapa yang tumben-tumbenan kirim pesan kepadanya.

1 pesan dari Ayah

Esha, nanti sore harus langsung pulang. Ada yang mau Ayah sama Bunda omongin.

Isi pesan itu. Andai saja yang mengirim pesan itu Rumi, Bundanya. Pasti dia bisa beralasan dan tidak mau ikut acara orangtuanya yang akan membuatnya mual karena sikap mesra atau perselisihan bak anak muda.

"Iya Yah, insyaallah."
Jawab Alesha. Dia bisa apa?


****


Hai, labil banget ya. Satu cerita belum kelar, muncul cerita baru lagi, duuuh. Emang lagi ada inspirasi cerita sih, jadi apa salahnya? wkwk

Yaudah deh ya, yang suka Imam Al-Hubbiy dan Aisya. Jangan lupa suka cerita ini juga ya? nggak kalah seru kok heheii.

Bintang dibalik Senja (COMPLETE)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα