Masih tentang cinta pertama

15K 1K 74
                                    

"Aku masih tidak menyangka ini terjadi, Ammu Zufar kenapa bisa secepat ini meninggalkan kita, kenapa?"
Alesha berjalan dengan limbung, andai saja Rayyan tidak ada disampingnya dengan merangkul dan memeganginya, pasti gadis itu sudah jatuh ke lantai sejak tadi.

"Kenapa pada saat seperti ini, semua orang menyalahkan takdir."
Rayyan membuka suara, setelah sekian lama terdiam ketika Alesha terus menggerutu dan menyalahi takdir yang begitu cepat mengambil Zufar dikehidupannya.

Sewajarnya, karena Zufar memang sosok yang baik, ramah dan paling bisa membuat orang mengaguminya. Kepiawaiannya dalam bergaul tidak sedikit membuatnya memiliki banyak teman. Tapi kenapa seseorang tega menembak laki-laki yang tidak bersalah apapun seperti Zufar? Membuatnya menghembuskan nafas terakhir ditangan orang jahat itu?

"Bukannya menyalahkan takdir Ray, aku hanya tidak habis fikir sama orang yang sudah melakukan ini, dua peluru berhasil menembus jantung Ammu Zufar, siapa yang sudah tega melakukan itu, siapa yang hidup dengan berhati hewan, membunuh dengan cara keji seperti ini."
Alesha masih terus bersungut-sungut, kali ini dengan amarah yang memuncak karena rasa kesalnya pada seseorang yang sudah menembak Zufar.

"Sudah selesai menyumpahi orang? Tadi menyalahkan takdir, sekarang menuduh seseorang yang belum tentu sengaja melakukan itu. Polisi kan belum memutuskan kejadian itu ada unsur kesengajaan atau bukan, jangan karena rasa tidak terima, kamu jadi gelap mata seperti ini."
Ucap Rayyan, Alesha mendongak, memandang sepasang dua mata yang langsung mengalirkan sebuah energi positif. Kalimatnya dengan wajahnya sama meneduhkan. Tapi sepertinya Alesha masih tidak terima dengan meninggalnya Zufar.

"Dia orang yang baik, Ammu Zufar orang yang baik."
Ucap Alesha lebih tenang.

"Karena beliau orang yang baik, Allah memanggilnya untuk lebih dekat. Alesha, dengar. Tidak apa-apa menangisi seseorang yang sudah meninggal, tapi jangan sekali-kali untuk merasa tidak terima. Karena ini sudah takdir."
Ucap Rayyan mencoba kembali menenangkan. Sembari membukakan pintu kamar untuk istrinya itu.

Mereka terduduk diatas ranjang, Alesha menyandarkan kepalanya dipundak yang menghangatkan.

"Tenanglah Sha, Ammu Zufar pergi saat dia sedang melakukan amal shaleh, beliau meninggal dengan khusnul khotimah. Jangan beratkan jalannya untuk pergi."
Tambah Rayyan, laki-laki itu banyak bicara, hanya untuk menenangkan istrinya.

Gadis itu hanya menangis dipundak suaminya, sembari sesenggukan. Mencoba menenangkan dirinya sendiri yang tidak terkontrol.

"Kamu sudah siap untuk kerumah duka?"
Tanya Rayyan melihat istrinya mulai tenang.
Sedangkan Alesha mengangguk, dan mengangkat kepalanya dari pundak Rayyan.

"Ayo, ayo Ray."
Alesha berdiri dan menarik tangan Rayyan.

***

"Kak Najwa yang sabar, Ammu akan tenang didekat Allah dan Rasul-Nya."
Ucap Alesha.

Keadaan sudah tenang. Tangispun sudah mulai bisa dinetralisir. Semuanya sudah selesai. Jenazah Zufar sudah dimandikan, disholatkan, dan dimakamkan. Seluruh keluarga sudah bisa mengikhlaskan, terutama Najwa yang sejak dirumah sakit menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Ayahnya, namun gadis itu kini bisa tenang, dan ikhlas.

"Assalamualaikum."
Suara itu menginterupsi, terlihat seorang gadis baru datang untuk melayat.

"Waalaikumsalam warrahmatullah."
Jawab seluruh orang yang ada ditempat itu, termasuk Sarah.

Alesha berdiri, untuk mempersilahkan gadis itu masuk lebih dalam. Namun, dia terhenyak ketika yang dia temukan adalah gadis yang kemarin kapan hari datang kerumahnya, menyerukan cinta pertama suaminya adalah gadis itu.
Kenapa gadis itu datang kerumah ini? Apa dia mencoba membuat hidup Alesha tidak tenang.

Bintang dibalik Senja (COMPLETE)Where stories live. Discover now