Bintang Fajar dan Brotowali

18.7K 1.1K 9
                                    

Alesha POV

"Eih, maaf maaf saya nggak sengaja."
Ucapku, ketika tubuhku tidak sengaja menabrak seseorang yang cukup tinggi tegap didepan. Untung saja tubuhku tidak oleng dan jatuh kearah seseorang itu, kalau hal itu terjadi, oh Ya Rabb malunya.

"Tidak apa-apa, kamu baik-baik saja kan?"
Ucap seseorang itu. Aku masih sibuk menyeimbangkan tubuh.

"Ba...ik."
Jawabku saat yang dilihat ini adalah nyata. Ya, nyata. Laki-laki yang kusebut bintang fajar itu sekarang ada didepanku, berdiri dan memperhatikanku.

"Benar? sepertinya ada yang tidak baik."
Tebak laki-laki itu sembari mengangkat alisnya sebelah.

Ya Rabb, itu alisnya pakek diangkat sebelah lagi.
Hati gelap ini menggerutu karena sikap bintang fajar yang sangat mempesona itu.

Astaghfirullah.
Dengan segera kutundukkan pandangan dan beristighfar. Ini tidak benar. tidak benar.

"Kamu putrinya Pak Ilham kan?"
Tanya laki-laki itu. Dan hanya aku jawab dengan anggukan.
Aah andai saja aku boleh melihat wajahnya sekali lagi.

"Kenalkan, nama saya Ayaz. Saya partner kerja dari Ayahmu."

Disela pandanganku, laki-laki yang kuketahui namanya bernama Ayaz itu menyedekapkan tangannya didada. Tidak salah, sesuai pemikiranku sejak awal, dia orang yang bisa menghormati perempuan, tidak seperti Rayyan. Oh Ya Allah, kenapa nama brotowali itu nyempil.

"Saya Alesha Pak."
Jawabku. Yang langsung disahut oleh Pak Ayaz.

"Kak. Panggil saja Kak. Aku tidak setua yang kamu kira."
Ucapnya. Aah sudah kuduga. Paling-paling umurnya masih dua puluh tiga.

Cengiran khas pun ku keluarkan. Jangan heran, ini mah yang jadi bikin orang klepek-klepek. Hueek. Aku sendiri tidak yakin.

"Mmm, kalau begitu.. Aku kembali kedalam dulu, Kak Ayaz."
Ucapku. Menyebut namanya ingin sekali kutambah embel-embel bintang fajarku.

"Oh iya silahkan, temanmu sudah menunggu lama didalam."

Teman? Adirah? oh temanku yang satu itu tidak bisa menunggu lama. Seperti kakaknya, dia pandai mengomel, haha mengomel kok pandai.

"Iya, permisi."
Dengan langkah yang ku percepat, ingin sekali segera sampai di ruangan Ayah. berharap Adirah tidak mengomel, dan tidak berbicara yang aneh-aneh pada Ayah. Apalagi tadi dia sudah tahu siapa yang jadi bintang fajarku.

***

Setelah pertemuan sekilas tadi. Sudah menjadi bahan yang pas untuk Adirah membicarakanku didepan Azalea dan Asilah. Oke, dia tidak membalas dendam dengan cara bicara pada Ayah, tapi dia membullyku habis-habisan dengan Azalea dan Asilah. Ini mimpi buruk.

Ditambah saat pulang dan sampai rumah, dua orang yang tidak biasanya menyambutku, sekarang bahkan menyiapkan makanan diatas meja makan yang melebihi kapasitas. Tidak ketinggalan senyumnya yang semakin membuatku curiga.

"Apa yang terjadi dengan Ayah dan Bunda? apa kalian baru ganti pasta gigi?"
Tanyaku yang diluar akal.

"Ganti baju, dan berdandan yang cantik. Akan ada tamu yang datang untuk makan malam bersama kita."
Jawab Ayah, meski wajahnya yang datar tapi rautnya mengatakan kalau ada apa-apa yang membuatnya dan Bunda seceria ini.

"Siapa? Amma Nada? atau Ammu Zufar?"
Tebakku. Tapi tidak biasanya, kalau mereka yang datang untuk makan malam tidak secepat ini menghidangkan makanannya, sekarang yang belum menjelang Maghrib.

"Sudahlah Esha, dengar kata Ayahmu. Mandi, sholat dan ganti baju sana."
Sahut eyang putri yang biasa kupanggil Uti Maila dari dalam dapur membawa makanan ditangannya.

"Iya, dan nanti. Bunda akan memilihkanmu hijab yang akan membuatmu cantik."
Tambah Bunda sembari mendorongku untuk cepat-cepat pergi kekamar dan melakukan apa yang disuruh mereka.

"Bunda, Alesha sudah cantik."
Elakku. Iya benar, aku bersyukur jadi putri dari Bunda dan Ayah. Mancung hidung Ayah dan Bunda menyatu menjadi hidungku, mata Ayah, bibir Bunda jadi satu diwajahku. Uh, tidak, tidak, aku tidak boleh riya' karena kedua orangtuaku itu.

***

Sekarang. Waktu makan malam itu tiba. Tamu yang diundang oleh Ayah dan Bunda, wajahnya sama sekali tak pernah aku kenal.

"Alesha, kenalkan. Ini Pak Irsyad dan Bu Afifah."
Ucap Ayah memperkenalkan mereka. Aku hanya berah-oh ria. Lalu aku harus apa?

"Kenalkan namamu."
Bisik Bunda disamping yang mengingatkanku.

"Nama saya Alesha Nur Syihab."
Jawab Alesha dengan menundukkan kepalanya.

"Salam kenal cantik."
Jawab wanita yang bernama Ibu Afifah.

"Iya Bu."
Jawabku. Aah aku tidak suka dengan acara malam ini, terlalu membuatku nervous. Entah karena apa itu.

"Sebelum acara makan malam ini, saya akan mengatakan apa yang menjadi tujuan kami kesini. Seperti sebelumnya tentang perjanjian kita Ilham."
Ucap Pak Irysad.

Ilham? sepertinya Pak Irsyad sudah cukup mengenal Ayah.

"Iya Kak. Saya tidak lupa dengan perjanjian kita sebelumnya."

Perjanjian? perjanjian apa sih ini? aku semakin tidak mengerti.

"Baik, begini Alesha. Sebelumnya, memang kamu tidak tahu tentang hal ini ataupun perjanjian ini. Tapi kamu harus tahu hal ini. Saya dan Ayahmu sebelumnya sudah berteman sejak lama, dan dulu ketika Ibumu hamil, kami memiliki kesepakatan untuk menjodohkan anaknya jika perempuan dengan anak kami yang juga masih beda satu tahun denganmu."
Jelas laki-laki yang bulat mengatakan semua tujuannya kesini.

Ya Allah, jadi ini acara perjodohan?
Lalu dimana laki-laki yang menjadi calonku?

Saat aku sudah menemukan bintang fajarku yang aku cari selama ini, saat itu juga aku mendapatkan kenyataan kalau aku dijodohkan sejak kecil. Ini bukan lagi jaman Siti Nurbaya, kenapa Ayah dan Bunda masih mempunyai pemikiran hal itu.

***

Hai, begini.. Seharusnya aku update Aisya, tapi rasa-rasanya masih buntu hehei. Jadi mumpung cerita ini udah tahu chapter selanjutnya yang harus ditulis, akhirnya nerusin ini dulu deh wkwk.

Pokoknya terimakasih sudah mau mampir dilapakku ini. Cerita baru ini semoga tidak menjadi salah satu cerita yang dianggurin. Dan banyak suka kayak cerita sebelumnya. Aamiin..

Regards

Umi Masrifah

Bintang dibalik Senja (COMPLETE)Where stories live. Discover now